TAWAKAL


Tawakal memiliki 4 macam, pertama tawakal kepada makhluk, kedua tawakal kepada harta benda, ketiga tawakal kepada diri, keempat tawakal kepada Tuhan, contoh tawakal kedada makhluk seperti selama masih ada dia kita tidak susah, tawakal kepada harta seperti selama masih memiliki harta banyak maka tidak ada sesuatu yang menyusahkan, tawakal kepada diri seperti selama saya sehat saya tetap bisa bekerja, ketiga tawakal ini adalah tawakal orang bodoh sedang tawakal kepada Tuhan seperti saya tidak perduli saya fakir atau kaya karena Allah yang mengatur segalanya.

Nabi bersabda "tidaklah berhenti seorang yang meminta kepada manusia sehingga datang hari kiamat tidak ada daging di wajahnya", nabi juga bersabda "meminta adalah perkara tercela dan tidaklah diperbolehkan perkara tercela selain meminta", nabi juga bersabda "meminta adalah pekerjaan yang terakhir". (durrotunnashihin)

Allah berfirman "Setiap yang hidup di dunia dijamin Allah atas rezekinya" Allah juga berfirman "Demi Allah yang menguasai langit dan bumi, bahwa urusan rezeki dan sebagainya, itu pasti benar-benar terjadi seperti pastinya engkau berucap"

Hasan basri berkata "Allah melaknat orang-orang yang tidak yakin kalau Tuhan telah bersumpah menjamin rezekinya kepadanya" katanya lagi "dan tatkala turun ayat ini (ayat tersebut diatas), maka malaikat-malaikat berkata "celakalah anak cucu adam, membuat murka Allah, sehingga Allah bersumpah untuk menjamin rezeki mereka"

Nabi bersabda "barangsiapa yang menginginkan jadi orang kuat, hendaklah bertawakal kepada Allah, beliau juga bersabda "barangsiapa yang ingin jadi orang yang paling kaya, maka hendaklah ia lebih percaya kepada kekuasaan Allah daripada kekuatan dirinya sendiri" dalam hadits yang lain nabi bersabda " bagaimana kalau engkau panjang umur dan hidup diantara orang-orang yang sudah menimbun rezeki untuk satu tahun karena lemah keyakinannya"

Abu Muthi bertanya kepada Hatim Al Asom "wahai Hatim, ku dengar-dengar engkau mengarungi padang sahara yang sulitnya bukan main dan bahayanya tak terbatas itu tanpa membawa bekal apa-apa, apakah itu benar?" Hatim menjawab "Siapa bilang? aku tetap membawa bekal" kembali bertanya "cobalah terangkan kepadaku, bekal apa saja yang engkau persiapkan dan engkau bawa dalam menghadapi gurun sahara yang membahayakan itu?" jawabnya "bekal yang ku bawa yaitu keyakinan bahwa dunia dan akhirat, dunia dan seisinya, akhirat dan seisinya adalah Allah yang menguasai" kata hatim, "lalu?" terus Hatim " bekal kedua ialah keyakinan bahw segala makhluk termasuk diriku adalah termasuk hamba-hamba Allah" Abu Muthi berkata "dan bekal ketiga, aopa?" Hatim menjawab " bekal ketiga yang ku bawa adalah berkeyakinan bahwa urusan rezeki dan semua penyebabnya ada pada kekuasaan Allah", kemudian?", " bekal keempat ialah keyakinanku bahwa segala yang dikehendaki Allah pastilah terjadi, karena Allah yang maha pemiliknya" jawab Hatim.

Suatu hari Harom bin Hayyam datang berjumpa Oes Al Qorany, mereka berdua berbincang-bincang soal jaminan Allah atas hamba-hambanya "wahai Al Qorany, bagaimana agar daku percaya sepenuhnya adanya jaminan Allah. Padahal tanpa usaha, tak mungkin kita bisa hidup?" tanya Harom, "puasakanlah hatimu terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadamu dengan bersyukur. Tentramkan dan tenangkan jiwamu atas rezeki yang telah dijamin Allah, sehingga lahiriahmu dan batiniayah kosong oleh keduaniaan dan bisa sepenuhnya beribadah kepada Allah" jawab Al qorany, "terus aku harus berada dimana?", "di negeri syam", "bagaimanakah keadaanku kelak disana" Harom ragu, "celakalah orang yang jiwanya lemah yang sudah dikotori oleh kebimbangan atas jaminan Allah, tiada guna nasehat terhadap orang ini " kata Al Qorany dalam hati.(godaan ibadah)

Rosulullah saw melewati bangkai kambing yang telah dibuang oleh pemiliknya, lalu beliau bersabda " demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaanNya, sungguh dunia itu lebih hina atas Allah dari pada bangkai ini pada pemiliknya"

Allah berfirman "tiadalah terjadi barang sesuatu malapetaka, melainkan dengan izin llah. Dan siapa yang percaya kepada Allah, akan dipimpin Allah hatinya (menuju kebenaran), dan Allah itu maha tahu terhadap sesuatu" (Ilmu & ma'rifat)

Pada suatu hari ketika matahari bersinar dengan sangat teriknya, Al Junayd berjalan melewati sebuah hutan dengan ditemani seorang muridnya, saking panasnya cuaca, tiba-tiba hidung muridnya mengeluarkan darah, sehingga karena tidak tahan merasakan hawa yang begitu panas, muridnyapun mengeluh "alangkah panasnya cuaca hari ini", mendengar keluhan tersebut Al Junayd menjadi berang "mengapa engkau mengeluhkan keadaan yang telah ditentukan Tuhan? menyingkirlah kau dariku, tak perlu lagi menemaniku"

Diriwayatkan bahwa pada suatu ketika, ada seorang sufi yang merasa sangat lapar, sehingga terlintas dalam pikirannya untuk memohon kepada Allah SWT agar diberi makanann, namun pada saat bersamaan terdengarlah suara dari hati kecilnya yang menyatakan bahwa keinginan semacam ini bukan perbuatan mutawakkil (orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan) maka mendengar suara itu ia segera membatalkan keinginannya, lantaran ia menyadari, jika ia memohon makanan pada Tuhan, maka ia berarti melakukan usaha yang menunjukkasn rasa tidak puasnya terhadap ketentuanNya" (Sufi Al-Junayd)

Allah berfirman dalam hadist qudsi "hamba-Ku, taatlah kepadaKu didalam apa yang telah Aku perintahkan kepadamu, dan janganlah memberitahukan kepadaKu doa yang baik bagi kamu" (Hakekat Ma'rifat)