BEHAVIORISTIK

Behavioristik maksudnya adalah melihat individu manusia sangat terbatas pada perilaku yang berdasarkan responnya terhadap stimulasi dari lingkungannya. Namun sebagaimana kita ketahui, keutuhan memandang manusia secara individu memang hampir tak mungkin dilakukan tatkala kita berbicara soal budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Keutuhan manusia individu hanya bisa dilakukan dengan melihat individu tersebut secara sempurna, kesendiriannya dalam keputusannya, kemampuan persepsi inderawinya, jalannya rangsang saraf ke otak, neuron-neuronnya, dan seterusnya - namun diskusi seperti ini bukan sosiologi tempatnya.MASYARAKAT. Kita memperhatikan individu sejauh kemampuan kontributifnya dalam mempengaruhi DINAMIKA masyarakat. Masih terkesan behavioristik?Oleh karena itu, paradigma pembelajaran dan pendidikan seyogianya merupakan sebuah paradigma pembelajaran yang sedari tingkat filosofis, strategi, pendekatan proses dan teknologi pembelajarannya menuju ke arah pembebasan anak didik dengan segala eksistensinya. Dengan demikian, menurut Azyumardi Azra yang diamini Conny C Semiawan (Kompas, 2/12/2004), baru anak didik bisa bebas mewujudkan keseluruhan potensi dirinya.
Paradigma behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, dan terstruktur rapi, belajar adalah pemerolehan pengetahuan, mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) dan diharapkan pengetahuan atau pemahaman siswa sama dengan pengetahuan atau pemahaman gurunya. Sementara paradigma konstruktivistik memandang bahwa pengetahuan adalah non-objektif, bersifat temporer, berubah dan tidak menentu, belajar dimaknai menyusun pengetahuan dari pengalaman konkrit, reflektif dan interpretatif, mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna dan menghargai ketidakmenentuan. Pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalaman, prespektif dan interpretasi si belajar.

Paradigma behavioristik memandang bahwa segala sesuatu di dunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur. Orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan yang jelas dan ditetapkan dengan ketat. Pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakkan disiplin. Ketidakmampuan dalam menambah pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, sebaliknya keberhasilan sebagai perilaku yang pantas mendapat hadiah, taat pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar, dan kontrol belajar dipegang oleh sistem yang berada di luar diri si belajar. Sementara paradigma konstruktivistik memandang bahwa belajar harus bebas. Hanya di alam dan suasana kebebasan peserta didik dapat mengungkapkan makna sebagai hasil dari interprestasinya terhadap segala sesuatu yang ada di dunia nyata. Kebebasan menjadi unsur yang esensial dan penentu keberhasilan belajar, dan siswa adalah subjek yang mampu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar, serta kontrol belajar dipegang oleh siswa.