Apakah bimbingan belajar itu?

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, disampng persamaannya. Perbedaan tersebut menyangkut kapasitas intelektual, ketrampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga, dan lain-lain. Perbedaan ini cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang dicapai oleh siswa.
Mereka mengaharapkan pendidikan dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang sempurna. Namun pada kenyataannya, untuk mencapai hal tersebut ada beberapa masalah yang mereka hadapi, seperti ketidak mampuan mengerjakan tugas, keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan denganteman, kemampuan intelektual yang kurang, motivasi belajar yang lemah, dan lain-lain.
Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar-mengajar di sekolah, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru di luar situasi proses pembelajaran. Disinilah peran, fungsi, dan tanggung jawab guru diuji. Dalam mengajar, guru perlu memperhatikan kergaman karakteristik periaku murid sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan bimbingan belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan belajar?
2. Apakah bimbingan belajar itu?
3. Apa saja jenis-jenis masalah belajar dan faktor penyebabnya?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membantu murid mengatasi masalah kesulitan belajar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi belajar.
2. Untuk mengetahui definisi bimbingan belajar.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis masalah belajar dan faktor penyebabnya.
4. Untuk mengetahu upaya-upaya yang dilakukan untuk membantu murid mengatasi masalah kesulitan belajar.

D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi belajar.
2. Mengetahui definisi bimbingan belajar.
3. Mengetahui jenis-jenis masalah belajar dan faktor penyebabnya.
4. Mengetahu upaya-upaya yang dilakukan untuk membantu murid mengatasi masalah kesulitan belajar.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Belajar
Banyak definisi belajar yang dapat di ungkapkan oleh para ahli, antara lain:
1. Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman belajar. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya (Anita E. Wool Folk, 1995: 196).
2. Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik dan latihan (Garry & Kingsley, 1970: 15).
3. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dicapai individu melalui interaksi dengan lingkungannya (Kartadinata, Sunaryo, dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Depdikbud).
Dari definisi di atas nampak bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Akan tetapi, ternyata tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar, artinya ada perubahan perilaku yang dipandang bukan sebagai hasil belajar, antara lain:
1. Kecenderungan perilaku instinktif
Perilaku instinktif adalah pola respon yang di bawa sejak lahir dan sudah dimiliki individu secara relatif sempurna. Misalnya, gerak mengedipkan mata jika kena cahaya. Pola respon tersebut telah dimiliki sejak lahir tanpa melalui proses belajar.
2. Kematangan
Kematangan dapat diartikan sebagai kesiapan organ fisik dan psikis untuk menjalani fungsi sebagaimana mestinya. Misalnya, balita tidak akan belajar berjalan sebelum kakinya kuat untuk belajar berjalan. Ini artinya, kematangan fisik menentukan kesiapan seseorang untuk melakukan proses belajar, bukan hasil belajar.

3. Perilaku keadaan sementara
Perubahan perilaku yang sifatnya sementara, seperti keletihan atau kekuatan karena obat-obatan bukanlah hasil belajar. Keletihan bukanlah proses belajar karena itu merupakan efek yang pasti dirasakan ketika seseorang melakukan kegiatan secara berulang-ulang.

B. Bimbingan Belajar
1. Pengertian
Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya.
Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya.
Bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya.
Tugas guru adalah membantu murid dalam mengenal, menumbuh dan mengembangkan  diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan, serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Latar Belakang Bimbingan Belajar
Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar belakang. Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut:
a. Adanya criterion referenced evaluation yang mengklasifikasikan siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Kualifikasi itu, antara lain :
1) Siswa yang benar-benar dapat meguasai pelajaran.
2) Siswa yang cukup menguasai pelajaran.
3) Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran.
b. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh tiap siswa yang berbeda dengan siswa yang lainnya. Klasifikasi siswa tersebut antara lain :
1) Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
2) Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
3) Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dai apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
c. Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar. Klasifikasi siswa dalam hal ini antara lain :
1) Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan.
2) Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan.
3) Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Klasifikasi siswa berdasarkan perstasinya itu antara lain :
1) Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
2) Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya.
3) Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya.

3. Tujuan Bimbingan Belajar
Tujuan bimbingan belajar di SD , antara lain:
a. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
b. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau kelompok.
c. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan pribadi.

C. Jenis-jenis Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Kesulitan Belajar atau "Learning Disabilities, LD" adalah hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.
Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung.
Dari pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah belajar di sekolah dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami:
1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal.
2. Kecepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4. Kurang motivasi belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya.
6. Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.
7. Kekurangan persepsi visual. Kekurangan pada bagian ini dapat dikenali karena anak nampak bermasalah untuk mempelajari abjad dan sering terbalik melihat huruf-huruf tertentu seperti b/d, p/q, m/w maupun angka seperti 2, 3, 4, 5, 7, 9. Konsep membaca, mengeja, dikte dan menghitung mereka nampak lebih lambat dibading anak lain. Ketika diajar membaca mereka cepat bosan, sering menguap dan mengatakan matanya perih untuk melihat huruf.
8. Kekurangan persepsi visual motor. Lambatnya anak menyalin tulisan dari papan tulis ke bukunya merupakan ciri khas kekurangan pada persepsi visual motor. Akhirnya anak sering ketinggalan dalam mengerjakan tugas dibanding temannya dan prestasi sekolahnya nampak memburuk. Buruknya kualitas tulisan, cenderung tidak rapi dan keluar dari garis, sukar mengikuti garis ketika menggunting merupakan ciri lainnya pada kekurangan bagian ini.
9. Kekurangan persepsi auditor. Sukar untuk membedakan beberapa huruf yang hampir memiliki kesamaan bunyi seperti b/p, d/t, v/f, lambat dalam menangkap pembiacaraan dalam kecepatan yang normal meskipun dapat memahaminya bila diberikan pengulangan dengan kecepatan yang lebih lambat atau sukar mengenali suara yang umum atau bahkan seringkali didengarnya merupakan ciri pada kurangnya persepsi auditori ini.
10. Rendahnya kemampuan mengingat. Mereka biasanya mengalami kesulitan untuk mempertahankan apa yang dilihat dan didengarnya dalam waktu yang cukup lama, rendah ingatan jangka panjangnya, yang seringkali bertahan hanyalah ingatan jangka pendeknya, itu pun sering terlupakan ketika ditanyakan kembali di lain hari. Pada akhirnya pengetahuan yang mereka miliki pada umumnya menjadi sangat terbatas.
11. Lambatnya pemahaman konsep. Gambaran tampak pada bagian ini adalah anak tidak mampu ''membaca'' situasi sosial, tidak memahami bahasa tubuh maupun humor. Berhubungan dengan konsep waktu mereka juga biasanya sukar membedakan arti kemarin, tadi, besok, sebelum/sesudah maupun konsep "cepat".
12. Kekurangan hubungan spasial dan kesadaran tubuh. Gerakan anak yang nampak canggung, mudah terantuk dan jatuh, sukar memahami konsep kiri-kanan, atas-bawah, pertama-terakhir, depan-belakang merupakan ciri yang paling khas pada aspek ini. Mereka juga sering tersesat dan kebingungan dalam lingkungan yang justru mereka kenal seperti rumah atau sekolah. Sangat ceroboh sehingga sering kehilangan barang seperti pensil, buku, dll. serta sangat berantakan dan tidak tertata rapi merupakan ciri lain yang bisa diama



D. Identifikasi Murid yang Mengalami Kesulitan Belajar
Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
Ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar yang dapat dengan mudah untuk diidentifikasi adalah :
1. Gangguan Internal
Anak mengalami gangguan pemusatan perhatian sehingga kemampuan perseptualnya terhambat antara lain hambatan perseptual untuk objek yang dilihat, didengar atau diraba
2. Kesenjangan antara potensi dan prestasi
Anak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan normal atau di atas rata-rata tetapi memiliki prestasi di bawah potensi yang dimilikinya. Kesenjangan terjadi biasanya karena ada kesulitan belajar akademik yang bersifat spesifik, misalnya pada kemampuan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), atau berhitung (diskalkulia).
3. Tidak adanya gangguan fisik dan atau mental
Anak yang berkesulitan merupakan anak yang tidak memiliki gangguan fisik dan/atau mental
Murid yang mengalami kesulitan perlu mendapat perhatian lebih dari guru dan dilakukan upaya untuk membantunya mengatasi kesulitan belajar tersebut. Perlu dilakukan identifikasi terhadap anak yang mengalami klesulitan belajar. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi anak yang mengalami kesulitan belajar, antara lain dengan:
1. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar adalah alat untuk mengukur ketercapaian suatu tujuan pembelajaran, serta untuk mengetahui sampai dimana murid menguasai materi (kefahaman) yang diajarkan. Murid dianggap menguasai materi ajar apabila murid menguasai sebagian besar materi ajar yang telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari belajar tuntas (mastery learning) berdasarkan asumsi bahwa setiap murid dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan jika diberi waktu yang cukup dan bimbingan belajar yang memadai untuk mempelajari bahan yang disajikan. Apabila ada murid yang kurang memenuhi kualifikasi tersebut, murid seperti inilah yang disebut dengan murid yang mengalami kesulitan berlajar.
Jenis-jenis tes hasil belajar :
a. Tes formatif
Tes formatif sesungguhnya merupakan ceriterion referenced test  yang tujuannya untuk menentukan tingkat kemampuan anak dan. Tes  formatif diberikan ketika proses belajar mengajar berlangsung dimaksudkan untuk memantau kemajuan siswa selama proses belajar berlangsung, memberikan feed beck atau balikan bagi penyempurnaan program belajar mengajar, serta untuk mengetahui kelemahan - kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar mengajar menjadi lebih baik.
b. Tes Sumatif
Tes sumatif diberikan saat suatu pengalaman belajar telah selesai dengan cakupan materi yang lebih luas. Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan apakah seorang siswa berhasil mencapai tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan atau tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan angka berdasarkan tingkat hasil belajar  siswa yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Ulangan akhir semester  termasuk kepada tes sumatif. Tes sumatif juga dapat dimanfaatkan sebagai  perbaikan proses pembelajaran.


c. Tes penempatan
Pada umumnya tes penempatan dibuat sebagai prates. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program belajar dan sampai dimana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) sebagimana yang tercantum dalam  RPP mereka. Hubungan dengan tujuan pertama berkaitan dengan kesiapan siswa menghadapi program yang baru, sedangkan untuk yang kedua berkaitan dengan kesesuaian program pembelajaran dengan siswa.
d. Tes diagnostik
Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami peserta didik berdasarkan hasil berdasarkan tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal bervariasi dan difokuskan pada kesulitan untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan peserta didik. Tes diagniostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tes diagnostik dapat diadakan untuk menjaajaki pengetahuan dan keterampilan peserta didik  yang dikuasainya.
2. Tes kemapuan dasar
Semua murid mempunyai kemampuan dasar. Kemampuan dasar setiap orang akan berbeda dengan yang lainnya. Untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar harus diukur dengan tes kecerdasan yang sudah baku, seperti tes intelegensi atau tes IQ. Murid yang mempunyai hasil tes kemampuan belajar tinggi cenderung memiliki hasil belajar yang tinggi sedangkan murid yang mempunyai tes hasil belajar rendah cenderung mempunyai hasil belajar yang rendah.
3. Skala sikap dan kebiasaan belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk melakukan identifikasi anak berkesulitan belajar. Sebagian besar hasil belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk pada bentuk  dan pola yang terus menerus dilakukan murid dalam belajar.
Sikap dan kebiasaan belajar murid dapat dilihat melalui pengamatan yang terus menerus secara kontinyu. Pengamatan ini bisa dilakukan di dalam kelas, dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya dalam pengerjaan tugas, mencatat, membaca buku, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar murid. Pengamatan hanya bisa mengidentifikasi sesuatu  yang hanya bisa diindera. Untuk mengembangkan pengamatan secara luas dibuat “skala sikap dan kebiasaan belajar” alat ini dapat mengungkapkan bagaimana cara murid mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru,sikap dalam menerima pelajaran, dan kebiasaan dalam melaksanakan kebiasaan belajar.
Dengan mengetahui sikap dan cara belajar murid maka akan sangat mudah mengidentifikasi murid yang mengalami kesulitan belajar. Karena pengamatan itu dilakukan selama proses belajar, sehingga akan sangat nampak jika dalam proses belajar tersebut mengalami kesulitan belajar. Dari proses ini pula bisa dikorelasikan dengan hasil belajar. Apakah dari proses dan hasil belajar terjadi ketimpangan atau tidak. Berikut ini adalah contoh pengamatan dengan cara menggunakan table inventori atau daftar ceklis berikut :
No Perilaku yang teramati Ceklis
1 Perhatian mudah teralih
2 Lambat dalam melakukan intruksi atau melakukan tugas
3 Tidak kenal lelah atau aktivitas berlebih
1. Sering kehilangan barang-barang atau mudah lupa
5 Sering kehilangan barang-barang atau mudah lupa
6 Cenderung ceroboh
7 Kesulitan mengikuti ritme atau ketukan
8 Kesulitan bekerja sama dengan teman
9 Kesulitan meniru gerakan yang dicontohkan
10 Kesulitan melempar dan menangkap bola
11 Kesuliatan membedakan arah kiri-kanan, atas-bawah, depan belakang.
12 Kesulitan dalam mengenal huruf
13 Kesulitan untuk membedakan hurup ‘b-d,p-q,w-m,n-u”
14 Kualitas tulisan sangat buruk tidakj terbaca
15 Kehilangan huruf saat menulis
16 Kurang dapat memahami isi bacaan
17 Menghilangkan kata saat membaca
18 Kosakata terbatas
19 Kesulitan untuk mengemukakan pendapat
20 Kesulitan mengemukakan pendapat


E. Faktor –Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar Murid di Sekolah Dasar
Secara kompleks penyebab terjadinya masalah belajar pada muri  SD ada 3 hal yaitu:
1. Masalah belajar dapat timbul olaeh berbagai sebab berlainan. Sesuatu masalah belajar yang sama dialami oleh dua orang murid atau lebih, belum tentu disebabkan dari faktor yang sama.
2. Dari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan. Seringkali suatu kondisi yang sama dimiliki oleh bebrap orang murid, nemun menimbulkan masalah-masalah yang berlainan dari masing-masing individu.
3. Sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Kadang-kadang masalah belajar yang dihadapi oleh seorang murid tidak dari satu sebab saja, melainkan dapat timbul dariberbagai sebab yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
a. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
b. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
c. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
d. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
a. Sekolah, antara lain:
1) Sifat kurikulu yang kurang fleksibel
2) Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
3) Metode mengajar yang kurang memadai
4) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
b. Keluarga (rumah), antara lain:
1) Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
2) Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
3) Keadaan ekonomi.



F. Upaya Membantu Murid dalam Mengatasi Masalah Belajar
Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan murid. Beberapa upaya yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan dapat dilakukan kepada seseorang atau sekelompok murid yang mengalami masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode, dan pelaksanaannya dissesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang masalah yang dihadapi murid.
2. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentu layanan yang diberikan kepada seorang atau beberaa orang atau muri yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan ketrampilan mereka. Jika mereka (anak-anak yang memiliki kecepatan belajar yang tinggi) dihargai dan diperhatikan maka itu akan berdampak positif, begiti juga sebaliknya.
3. Peningkatan Motivasi Belajar
Prosedur yang dapat dilakukan guru dan staf sekolah lainnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, antara lain dengan:
a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar.
b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan, dan minat siswa.
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang, dan menyenangkan.
d. Memberikan hadiah dan hukuman yang bersifat mendidik/membimbing.
e. Menciptakan hubungan belajar yang hangat.
f. Menghindari suasana-suasana/tekanan yang menakutkan.
g. Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
h. Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.
4. Peningkatan Ketrampilan belajar
Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya dengan:
a. Membuat catatan waktu guru mengajar
b. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca
c. Mengerjakan latihan-latihan soal
5. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, antara lain:
a. Membantu murid menyusun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan subpokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang ingin dicapai dan cara mempelajari bahan yang bersangkutan.
b. Membantu murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Murid perlu mengetahui apa yang harus dilakukan sebelun memulai KBM, cara memahami materi pelajaran, dan apa yang harus dilakukan ketika sudah di rumah.
c. Melatih murid membaca cepat. Hal ini membantu murid dalam memperoleh banyaknya informasi.
d. Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif.
e. Membiasakan murid mengerjakan tugas secara teratur, rapi, dan bersih.
f. Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya.
g. Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat.
h. Membantu murid mempersiapkan diri mengikuti ujian, meliputi kesiapan mental, penguasaan, cara menjawab, dan segi administratif penyelenggaraan.


G. Teknik Membantu Anak Tuna Cakap Belajar
Cartwright (1984), mengemukakan secara rinci tentang cara mengajar murid yang mengalami tuna cakap belajar adalah sebagai berikut:
1. Bagi murid yang memiliki masalah pendengaran dan penglihatan
a. Guru duduk seperti murid di depan kelas
b. Membeikan tugas kelompok dengan dibantu oleh temannya untuk memberikan penjelasan tentang petunjuk bagi semua tugas yang diberikan
c. Guru memberikan petunjuk secara tertulis dan lisan untuk semua tugas yang diberikan
2. Bagi murid yang memiliki masalah pendengaran
a. Menggunakan alat-alat visual, seperti: peta, slide, gambar-gambar, dan garfik pada saat proses pembelajaran
b. Merangkum materi pokok dari setiap mata pelajaran di akhir proses pembelajaran.
c. Memberikan rancangan tertulis bagi setiap pokok bahasan pelajaran.
d. Membantu murid untuk mengingat pelajaran dengan teknik mnemonic (teknik untuk memperkuat daya ingat terhadap pelajaran yang telah diberikan).
e. Menggunakan tape recorder pada saat guru sedang mengajar (menjelaskan).
3. Bagi murid yang mengalami masalah visual (penglihatan) dan motorik (gerak)
a. Menggunakan bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat kelas murid.
b. Memberikan kesempatan kepada murid untuk merekam penjelasan guru, diskusi, dan petunjuk, dari pada harus mencatatnya.
c. Memberikan tugas-tugas secara tertullis yang sederhanan
d. Mencoba meberikan tes lisan
e. Memberikan tes tulisan yang beragam, seperti menjodohkan, pilihan ganda, salah benar, dan isian singkat.
f. Memberikan tugas-tugas yang bervariasi dengan melalui model, diagram, tape recorder, slide dan penyajian secara terurut.
g. Mamberikan rancangan tertulis tentang tugas membaca secara singkat

H. Cara Menilai (Megevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar
Cartwrint (1984) mengemukakan pula secara rinci tentang cara menilai murid tuna cakap belajar sebagai berikut:
1. Menyusun ilustrasi dari setiap pokok basasan yang diteskan
2. Mempersiapkan glosari atau kata-kata khusus dan definisi dari setiap konsep yang diajarkan
3. Membuat kartun atau gambar yang menjelaskan tentang gagasan dari setiap pokok bahasan/sub pokok bahasan
4. Membuat rangkaian gambar yang berhubungan dengan gagasan yang beragam dalam setiap sub pokok bahasan
5. Membuat majalah dinding
6. Menulis atau merekam berita mengenai suatu hal yang berkaitan dengan pelajaran
7. Mewawancarai seseorang yang memahami topic-topik pelajaran
8. Mampelajari informasi baru dari jurnal, yang sesuai dengan materi pelajaran
9. Mempersiapkan proposal penelitian
10. Mempersiapkan slide, filmstrip, atau penyajian bideotape bagi kelompok
 Ada dua dasar layanan bimbingan yang dapat dikembangakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dalam upaya membantu tuna cakap belajar Jerome Rosner (1993) menggolongkan pola tersebut dalam layanan Remediasi, Kompensasai dan Prevensi.
1. Layanan remediasi terfokus kepada upaya menyembuhkan, mengurangi atau jika mungkin menghilangkan kesulitan. Layanan ini dipersiapkan untuk mengatasi kekurangan dalam keterampilan perseptual dan berbahasa sehingga remediasi ini mengubah dan memperbaiki keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dan kondisi normal dan tidak perlu menyiapkan kondisi sekolah khusus.
2. Layanan konpensasi yaitu mangaembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang normal atau baku yang memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan dalam keadaan kekurang terampilan perceptual dan bahasa. Layanan yang bersifat kompensasi ini hendaknya memperhatikan patokan atau rambu-rambu berikut:
a. Pahami dan pastikan bahwa murid memiliki pengetahuan faktual yang diperlukan dalam mempelajari bahan ajaran
b. Batasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada bahan atau unit ajaran dan sampaikan sedikit demi sedikit
c. Sajikan informasi secara jelas tenteng apa yang harus murid pelajari
d. Nyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitan dengan informasi yang telah dimiliki murid
e. jika murid sudah mampu menguasai unit-unit kecil perkenalkan dia kepada unit-unit yang lebih besar
f. Siapkan pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam ingatan murid
 Selanjutnya Jerome Rosner (1993), mengemukakakn petunjuk pengambilan keputusan dalam melakukan treatment sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kasus utama tentang ketunacakapan belajar yang secara signifikan mengganggu perkembangan kemempuan pokok belajara murid. Yang termasuk dalam kemampuan pokok belajar murid yaitu:
1) Keterampilan-keterampilan perseptual, yang dapat diidentifikasi melalui system “coding” bentuk bacaan, tulisan, ejaan, dan hitungan
2) Bahasa, yang berkaitan dengan upaya murid dalam memperoleh informasi.
b. Mengidentifikasi dan menilai kemampuan pokok belajar murid baik dalam hal keterampilan perceptual maupun bahasa
c. Memberikan remedisi terhadap kelemahan-kelemahan melalui proses pembelajaran.
 Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalalm mengambil keputusan (faktor-faktor prognosik) untuk melakukan treatment, yaitu :
a. Kasus yang mungkin terjadi baik menyangkut aspek kelemahan bahasa atau keterampilan perseptual
b. Usia murid dan kelemahan dalamprestasi belajarnya di sekolah
c. Tersedianya sumber-sumber emosi, fisik, waktu, dan energi yang diperlukan dalam program remedial.
3. Prevensi
Langkah pertama dalam prevensi adalah mengidentifikasi murid sebelum dia mengalami kesulitan atau ketunacakapan belajar di sekolah.
Langkah ini dilaksanakan melalui tes atau pemeriksaan terhadap aspek-aspek pribadi murid yaitu sebagai berikut :
a. Kesehatan
Mengetahui kesehatan murid perlu keterangan dari dokter ahli anak (pediatrician) yang menjelaskan tentang kondisi kesehatan murid.
b. Perkembangan
Perkembangan murid perlu dipahami itu menyengkut aspek-aspek sosial, bahasa, motor dan tingkah laku adaptif.
c. Penglihatan dan Pendengaran
Untuk mengetahui kondisi penglihatan dan pendengaran murid dapat diperoleh keterangan dari dokter ahli telinga (THT)
d. Keterampilan dan Perseptual
Untuk mengetahui keterampilan perseptual ini dapat melalui pemeriksaan di samping dari ahli mata juga melalui tes psikologis tentang keterampilan perceptual, penglihatan, dan pendengaran.
e. Usia Pra Sekolah
Banyak anak yang masuk sekolah sebelum usia lima tahun, mereka perlu dipilih secara hati-hati apakah akan mengalami resiko atau tidak.
f. Usia Masuk TK
Menurut aturan anak-anak tidak boleh masuk TK sebelum usia lima tahun. Nyatanya ditemukan anak yang belum berusia lima tahun sudah menampilkan perkembangan yang baik dalam perilaku sosial, bahasa, dan penyesuaian dirinya. Namun anak seperti itu relative masih sangat sedikit.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Sedangkan bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya.
Namun, dalam menjalani semua proses itu terkadang kita akan menemukan kesulitan-kesulitan atau yang disebut dengann masalah belajar. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Jenis-jenis masalah belajar di sekolah dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami: keterlambatan akademik, kecepatan dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi belajar, bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, sering tidak sekolah, kekurangan persepsi visual, kekurangan persepsi visual motor, kekurangan persepsi auditor, rendahnya kemampuan mengingat, lambatnya pemahaman konsep, kekurangan hubungan spasial dan kesadaran tubuh.
Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh.
Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal dan eksternal. Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan murid. Beberapa upaya yang dapat dilakukan, antara lain: pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar.


B. Saran
Pendidikan sampai saat ini masih berjalan sebatas penyampaian pengetahuan oleh para pendidik, tanpa adanya upaya perbaikan untuk mengembangkan pendidikan melalui siswanya secara optimal. Bahkan tidak jarang, pendidik justru mengabaikan siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar karena dianggap tidak pintar atau bodoh. Diharapkan semua pihak yang terlibat, mulai dari mahasiswa, orang tua, pejabat pendidikan/pemerintah, sampai masyarakat umum ikut memperhatikan, turut berpartisipasi, dan bekerja sama dalam upaya-upaya penyelesaian masalah belajar yang dilakukan oleh pihak manapun sehingga pendidikan tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan, namun benar-benar berjalan sebagai proses belajar yang seharusnya.



DAFTAR PUSTAKA

NN. 2006. “Kesulitan Belajar”, (Online), (http://kesulitanbelajar.blogspot.com/2006/01/kesulitan-belajar.html, di akses pada 20 Maret 2011)
NN. 2010. “Jenis-jenis Tes Hasil Belajar” (Online), (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-tes-hasil-belajar.html, di akses pada 17 Maret 2011)
SD Islam Al Huda. 2009. “Konsep Dasar Bimbingan Belajar di SD Islam Al-Huda”, (Online), (http://sdislamalhuda.wordpress.com/2009/11/05/konsep-dasar-bimbingan-belajar-di-sd-islam-al-huda/, diakses pada 15 Maret 2011)
SMP N 9 Cimahi. 2010. “Identifikasi Siswa Brkesulitan Belajar”, (Online), (http://litbang-smpn9cimahi.blogspot.com/2010/07/identifikasi-siswa-kesulitan-belajar.html, di akses pada 17 Maret 2011)
Kartadinata, Sunaryo, dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Depdikbud
Winkel, W.S. 1991. Bimbingan Dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo