Sejarah Gerakan Pramuka

Fajar menyising menyongsong secercah harapan bagi para tokoh bangsa Indonesia untuk bercita-cita berdirinya suatu negara Indonesia, cita-cita tersebut dirintis dengan mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo pada tahun 1908 oleh dr. Soetomo, Cipto Mangunkusumo dan Wahidin Sudirohusodo. Tujuan yang utamanya adalah memberikan dorongan kepada para pemuda Indonesia untuk berjuang memajukan bangsa Indonesia melalui upaya perluasan pendidikan.
Gerakan kepanduan di Indonesia yang bergerak dibidang pendidikan, merupakan gerakan yang sejalan, seirama dan sejiwa dengan gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejarah Gerkan Kepanduan Indonesia merupakan bagian dari sejarah perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekannya, Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar. Para perintis kemerdekaan sejak tahun 1920-an, telah secara dini melihat bahwa gerakan anak muda yang dinamakan gerakan kepanduan, dapat menjadi wadah pendidikan watak, pembentukan jiwa patriotisme dan nasionalisme bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, bukanlah suatu kebetulan, bahwa dalam perjuangan politik maupun perjuangan fisik merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sebagian besar dari para pemimpin, memiliki landasan watak, akhlak, disiplin dan rasa kebangsaan yang ditumbuhkan oleh gerakan kepanduan itu.
Sejarah kepramukaan berkaitan erat dengan usaha bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya, bahkan seterusnya berkaitan erat dengan usaha mempertahankan dan mengisi kemerdekaan itu. Kaitan dan hubungan yang erat itu hanya dapat terungkap dengan jelas, apabila orang mengkaji sejarah kepramukaan, dan juga memahami sejarah pergerakan bangsa Indonesia di samping sejarah Indonesia secara umum.
Perkembangan Kepramukaan di Indonesia dimulai dengan adanya cabang “Nederlandse Padvinders Organisatie” (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I tahun 1916 memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi “Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging” (NIPV).
Organisasi kepramukaan yang diprakarsai bangsa Indonesia adalah “Javaanse Padvinders Organisatie” (JPO); berdiri atas prakarsa S.P Mangkunegara VI di Surakarta pada tahun 1916.
Kenyataan bahwa kepramukaan senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut diatas dapat diperhatikan pada adanya “Padvinder Muhammadiyah” yang pada tahun 1920 berganti nama menjadi “Hisbul Wathon” (HW); Nationale Padvinderij” yang didirikan oleh Budi Oetomo; Syarikat Islam mendirikan “Syarikat Islam afdeling Padvinderij” yang kemudian diganti menjadi “Syarikat Islam Afdeling Pandu” dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietishe Padvinderij (NAPTIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indoneisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Semangat Sumpah Pemuda 1928 yang menjiwai gerakan kepanduan Indonesia pada waktu itu, sehingga kepanduan Indonesia makin berkembang dan menjadi tak terpisahkan dari gerakan perjuangan Indonesia. Sekalipun pada saat itu (penjajahan Jepang) gerakan kepanduan dilarang menggunakan kata “Padvinder” atau “Padvinderij” bagi kepanduan nasional Indonesia, maka K.H. Agus Salim mencetuskan idenya dengan mengganti istilah Padvinder menjadi Pandu.
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia timbulah kembali keinginan untuk menghidupakn organisasi kepramukaan Indonesia. Pada akhir September 1945, disusunlah Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia. Dan atas dorongan Ki Hajar Dewantara untuk mengadakan kesatuan kepramukaan, maka diselenggarakan kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta pada tanggal 27 s/d 29 Desember 1945 dengan suara bulat memutuskan membentuk organisasi kesatuan kepanduan dengan nama “ Pandu Rakyat Indonesia”.
Berbagai hasrat bersatu sebenarnya sangat besar dan tak terbendungkan lagi, sehingga pada tanggal 16 September 1951 terbentuklah Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO), kemudian pada tahun 1954 pandu golongan puteri membentuk Persaudaraan Organisasi Pandu Puteri Indonesia (POPINDO) dan Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI). Pada tahun 1960 IPINDO sebagai federasi golongan putera itu kemudian berfederasi dengan golongan puteri dan terbentuklah PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).
Memperhatikan keadaan yang demikian itu dan atas dorongan para tokoh kepanduan saat itu, pada hari Kamis tanggal 9 Maret 1961 para tokoh yang mewakili organisasi kepanduan yang ada di kumpulkan di Istana Merdeka untuk mendengarkan amanat Presiden selaku mandataris MPRS, untuk lebih mengefektifkan organisasi kepanduan sebagai suatu komponen bangsa yang potensial dalam pembangunan negara dan bangsa. Oleh karena itu beliau menyatakan pembubaran semua organisasi kepanduan Indonesia dan meleburnya kedalam satu organisasi kepanduan baru, bernama “Gerakan Pramuka”, dengan lambang Tunas Kelapa. .
Tanggal 14 Agustus 1961 organisasi Gerakan Pramuka resmi diperkenalkan pada rakyat Indonesia. Setelah menyaksikan defile dari anak dan pemuda Indonesia yang menjadi anggota Gerakan Pramuka, Presiden menyampaikan amanatnya dan dilanjutkan penganugerahan tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia kepada Gerakan Pramuka yang diterima Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang pertama (Bapak Pramuka). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 14 Agustus ini kemudian ditetapkan sebagai “ Hari Pramuka “. Gerakan Pramuka tetap merupakan gerakan pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia serta berasaskan Pancasila. Dengan bantuan seorang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sastra Jawa lalu dipanjangkan menjadi PRA : Praja (masyarakat), MU : Muda, KA : Karana (kata asli dalam bahasa Sanskrit “KRNA” yang berarti kreatif dan berkarya). Dengan demikian Pramuka bermakna anak muda yang kreatif berkarya.
Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu:
1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS di hadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai “Hari Tunas Gerakan Pramuka”.
Tanggal 20 Mei adalah hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan dilingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai “Hari Permulaan Tahun Kerja”.
Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. peristiwa ini kemudian disebut sebagai “Hari Ikrar Gerakan Pramuka”.
2. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti oleh defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan panji-panji Gerakan Pramuka, pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai “Hari Pramuka”.