Semangat kerja karyawan menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan karena berhubungan langsung dengan seluruh rangkaian kegiatan manajemen dan operasional perusahaan. Dalam hal ini, kompensasi yang diberikan kepada karyawan diharapkan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan, dengan demikian maka diharapkan produktifitas perusahaan juga akan meningkat.
Semangat kerja dapat dilihat dari adanya kesenangan dan kegairahan dalam bekerja serta timbulnya rasa puas dalam diri karyawan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dalam kaitannya dengan hal ini, Nitisemito (1992:160) mengemukakan bahwa :
“Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat terselesaikan, kerusakan pada produk dapat dikurangi, absensi dapat diperkecil, serta dapat mengurangi perputaran karyawan”.
Para dosen BPA – UGM (dalam Anoraga dan Suyati, 1995:74) menyatakan bahawa, “semangat kerja adalah sikap kejiwaan dan peranan yang menimbulkan kesediaan pada kelompok orang untuk bersatu padu secara giat dalam usahanya untuk mencapai tujuan bersama”. Karyawan yang kurang produktif tentu saja akan mengganggu kelancaran perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi maupun administrasinya, oleh karena itu semangat kerja karyawan sangat diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan dan mewujudkan tujuan perusahaan. Hasibuan (2002:94) menyatakan bahwa : “Semangat kerja adalah kemauan untuk melakukan pekerjaan dengan giat dan antusias, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan baik”.
Mengacu pada beberapa pendapat diatas, maka semangat kerja dapat diartikan sebagai kemauan atau kesediaan karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan lebih giat sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.
Semangat kerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor. Siswanto (1997:168) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi turun naiknya semangat kerja adalah:
a. Setiap tenaga kerja senantiasa terus memantau lingkungan kerjanya untuk memperoleh tanda-tanda yang mungkin mempengaruhi keberuntungan psikologisnya.
b. Berbagai macam informasi mengenai pekerjaan dinilai sebagai dukungan moral, atau sebagai rekanan atau juga sebagai sesuatu yang netral.
c. Dampak keputusan manajemen yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya
Turunnya semangat kerja karyawan akan menimbulkan permasalahan yang kompleks bagi lingkungan karyawan maupun bagi keseluruhan organisasi perusahaan. Menurut Nitisemito (1992:161), turunnya semangat kerja dapat dilihat dari:
a. Rendahnya produktifitas kerja
b. Tingkat absensi yang tinggi
c. Tingkat perpindahan karyawan
d. Tingkat kerusakan produktifitas yang tinggi
e. Kegelisahan di mana-mana
f. Pemogokan.
Pimpinan perusahaan perlu mengetahui gejala-gejala yang mengarah pada penurunan semangat kerja karyawan dan harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah turunnya semangat kerja karyawan itu dengan cara lebih memperhatikan kebutuhan karyawan, karena apabila keadaan semacam ini dibiarkan berlarut-larut, maka akibatnya kelancaran perusahaan akan terganggu.
Semangat kerja karyawan dapat ditingkatkan melalui beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Menurut Nitisemito (1992:170), cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat kerja karyawan adalah:
a. Gaji yang cukup
b. Memperhatikan kebutuhan rohani
c. Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai
d. Harga diri perlu mendapat perhatian
e. Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat
f. Berikan kesempatan untuk maju
g. Perasaan aman untuk menghadapi masa depan perlu diperhatikan
h. Usahakan para karyawan memiliki loyalitas
i. Sekali-kali karyawan perlu diajak berunding
j. Fasilitas yang menyenangkan
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan semangat kerja karyawannya, perusahaan dituntut untuk selalu mengetahui dan memperhatikan karyawannya dengan baik. Mengingat pentingnya semangat kerja karyawan dalam perusahaan, maka perusahaan harus benar-benar memahami dan menerapkan cara-cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawan dengan baik demi tercapainya tujuan perusahaan.
Pemberian kompensasi yang tepat akan menimbulkan kepuasan pada setiap karyawan yang kemudian mendasari timbulnya semangat kerja karyawan. Semangat kerja karyawan akan membawa pengaruh lain seperti sikap dan perilaku yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat diukur melalui beberapa faktor, Anoraga dan Suyati (1995:76) menyatakan bahwa semangat kerja dapat diukur melalui indikator-indikator : kerjasama, disiplin kerja, dan kegairahan kerja.
a. Kerjasama
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, kerjasama sangat dibutuhkan agar pekerjaan yang dilakukan dapat terselesaikan dengan baik dan lebih cepat. Menurut Anoraga dan Suryati (1995:76), “Kerjasama berarti bekerja bersama-sama ke arah tujuan yang sama”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang bekerja mempunyai maksud yaitu untuk mencapai tujuan yang sama dengan bekerja bersama-sama dengan kompak.
Adanya kerjasama yang baik antarkaryawan akan mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, berbeda apabila suatu pekerjaan dilakukan sendiri. Kerjasama menciptakan hubungan yang harmonis antar karyawan, sehingga dapat mendorong semangat kerja karyawan.
Kerjasama sangat diperlukan di dalam setiap pekerjaan agar setiap pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan dengan baik dan cepat. Di Unit Usaha Strategik Sumber Jambe misalnya, dalam memproduksi tanaman perkebunan, semua karyawan dituntut untuk bekerjasama dengan karyawan lain sebagai sebuah tim. Sebagian karyawan mengurus masalah perawatan tanaman, dan karyawan yang lain menangani masalah panen. Apabila tanaman tidak dirawat dengan baik, maka panen tidak dapat mencapai hasil yang maksimal. Apabila karyawan di bagian perawatan mengalami kesulitan, maka kesulitan tersebut segera diatasi tidak hanya oleh karyawan di bagian perawatan, tetapi juga oleh karyawan lain.
Gambaran tersebut menjelaskan bahwa diperlukan adanya komunikasi dan kerjasama antarkaryawan agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Kesediaan karyawan bekerjasama dan membantu karyawan lain diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja mereka.
Anoraga dan Suyati (1995:76) menyatakan bahwa di dalam suatu perusahaan, kerjasama dapat dilihat dari:
1) Kesediaan para karyawan untuk bekerjasama dengan teman-teman sekerja maupun dengan atasan mereka yang berdasarkan untuk mencapai tujuan bersama.
2) Kesediaan untuk saling membantu diantara teman-teman sekerja sehubungan dengan tugasnya.
b. Disiplin kerja
Disiplin kerja perlu diciptakan dan ditegakkan dalam sebuah perusahaan baik yang bertujuan pada lembaga maupun pada aspek manusianya. Maksud dari adanya disiplin kerja ini adalah agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Nitisemito (1992:199)menyatakan bahwa: “Disiplin kerja adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis”. Menurut Simamora (2004:610), “Disiplin kerja merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi”.
Disiplin kerja menurut Siswanto (1997:278) adalah:
“Suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengeluh untuk menerima sanksinya apabila dia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.”
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan erat dengan sikap, tingkah laku atau perbuatan dan ketaatan pada peraturan ataupun pada pimpinan. Moekijat (1999:138) mengemukakan ada hubungan antara disiplin kerja dengan semangat kerja yang tinggi seperti pendapatnya: “Apabila pegawai merasa bahagia dalam pekerjaannya, maka mereka pada umumnya memiliki disiplin kerja, sebaliknya apabila moril kerja atau semangat kerja mereka rendah, maka mereka dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik”
Pada intinya, kedisiplinan dalam bekerja dapat dicapai apabila semua peraturan yang ditegakkan oleh perusahaan ditaati oleh seluruh karyawan. Anoraga dan Suyati (1995:77) mengemukakan beberapa hal untuk mengukur disiplin kerja yang baik, yaitu:
1) Kepatuhan karyawan pada jam-jam kerja
2) Kepatuhan karyawan pada perintah atasan, serta taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku
3) Penggunaan dan pemeliharaan bahan-bahan atau alat-alat perlengkapan kantor dengan hati-hati
4) Bekerja dengan mengikuti cara-cara yang ditentukan perusahaan.
c. Kegairahan kerja
Kegairahan kerja diperlihatkan oleh karyawan dalam melakukan pekerjaan atau kesenangan yang mendalam dalam melaksanakan pekerjaan (Anoraga dan Suyati, 1995:77). Semangat kerja karyawan dapat diukur melalui kegairahan kerja, karena kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap semangat kerja. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nitisemito (1992:160), bahwa: “Kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan. Meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh kegairahan kerja, tetapi kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja”.
Nitisemito (1992:161) juga mengungkapkan bahwa:
“Setiap organisasi seyogyanya selalu berusaha agar para anggota mempunyai tingkat kegairahan kerja yang tinggi, organisasi yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan darinya, seperti pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat. Hal ini berarti produktifitas kerja dapat ditingkatkan sehingga pencapaian tujuan bersama dapat terealisir dengan baik”.
Kegairahan kerja memperlihatkan seorang karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan senang hati, tidak mengeluh, kerja dengan puas dan saling membantu. Jadi kegairahan kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan kelangsungan hidup organisasi. kegairahan kerja berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, produktifitas, dan akhirnya mencakup pencapain tujuan organisasi.
Semangat kerja dapat dilihat dari adanya kesenangan dan kegairahan dalam bekerja serta timbulnya rasa puas dalam diri karyawan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dalam kaitannya dengan hal ini, Nitisemito (1992:160) mengemukakan bahwa :
“Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat terselesaikan, kerusakan pada produk dapat dikurangi, absensi dapat diperkecil, serta dapat mengurangi perputaran karyawan”.
Para dosen BPA – UGM (dalam Anoraga dan Suyati, 1995:74) menyatakan bahawa, “semangat kerja adalah sikap kejiwaan dan peranan yang menimbulkan kesediaan pada kelompok orang untuk bersatu padu secara giat dalam usahanya untuk mencapai tujuan bersama”. Karyawan yang kurang produktif tentu saja akan mengganggu kelancaran perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi maupun administrasinya, oleh karena itu semangat kerja karyawan sangat diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan dan mewujudkan tujuan perusahaan. Hasibuan (2002:94) menyatakan bahwa : “Semangat kerja adalah kemauan untuk melakukan pekerjaan dengan giat dan antusias, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan baik”.
Mengacu pada beberapa pendapat diatas, maka semangat kerja dapat diartikan sebagai kemauan atau kesediaan karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan lebih giat sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.
Semangat kerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor. Siswanto (1997:168) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi turun naiknya semangat kerja adalah:
a. Setiap tenaga kerja senantiasa terus memantau lingkungan kerjanya untuk memperoleh tanda-tanda yang mungkin mempengaruhi keberuntungan psikologisnya.
b. Berbagai macam informasi mengenai pekerjaan dinilai sebagai dukungan moral, atau sebagai rekanan atau juga sebagai sesuatu yang netral.
c. Dampak keputusan manajemen yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya
Turunnya semangat kerja karyawan akan menimbulkan permasalahan yang kompleks bagi lingkungan karyawan maupun bagi keseluruhan organisasi perusahaan. Menurut Nitisemito (1992:161), turunnya semangat kerja dapat dilihat dari:
a. Rendahnya produktifitas kerja
b. Tingkat absensi yang tinggi
c. Tingkat perpindahan karyawan
d. Tingkat kerusakan produktifitas yang tinggi
e. Kegelisahan di mana-mana
f. Pemogokan.
Pimpinan perusahaan perlu mengetahui gejala-gejala yang mengarah pada penurunan semangat kerja karyawan dan harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah turunnya semangat kerja karyawan itu dengan cara lebih memperhatikan kebutuhan karyawan, karena apabila keadaan semacam ini dibiarkan berlarut-larut, maka akibatnya kelancaran perusahaan akan terganggu.
Semangat kerja karyawan dapat ditingkatkan melalui beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Menurut Nitisemito (1992:170), cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat kerja karyawan adalah:
a. Gaji yang cukup
b. Memperhatikan kebutuhan rohani
c. Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai
d. Harga diri perlu mendapat perhatian
e. Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat
f. Berikan kesempatan untuk maju
g. Perasaan aman untuk menghadapi masa depan perlu diperhatikan
h. Usahakan para karyawan memiliki loyalitas
i. Sekali-kali karyawan perlu diajak berunding
j. Fasilitas yang menyenangkan
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan semangat kerja karyawannya, perusahaan dituntut untuk selalu mengetahui dan memperhatikan karyawannya dengan baik. Mengingat pentingnya semangat kerja karyawan dalam perusahaan, maka perusahaan harus benar-benar memahami dan menerapkan cara-cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawan dengan baik demi tercapainya tujuan perusahaan.
Pemberian kompensasi yang tepat akan menimbulkan kepuasan pada setiap karyawan yang kemudian mendasari timbulnya semangat kerja karyawan. Semangat kerja karyawan akan membawa pengaruh lain seperti sikap dan perilaku yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat diukur melalui beberapa faktor, Anoraga dan Suyati (1995:76) menyatakan bahwa semangat kerja dapat diukur melalui indikator-indikator : kerjasama, disiplin kerja, dan kegairahan kerja.
a. Kerjasama
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, kerjasama sangat dibutuhkan agar pekerjaan yang dilakukan dapat terselesaikan dengan baik dan lebih cepat. Menurut Anoraga dan Suryati (1995:76), “Kerjasama berarti bekerja bersama-sama ke arah tujuan yang sama”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang bekerja mempunyai maksud yaitu untuk mencapai tujuan yang sama dengan bekerja bersama-sama dengan kompak.
Adanya kerjasama yang baik antarkaryawan akan mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, berbeda apabila suatu pekerjaan dilakukan sendiri. Kerjasama menciptakan hubungan yang harmonis antar karyawan, sehingga dapat mendorong semangat kerja karyawan.
Kerjasama sangat diperlukan di dalam setiap pekerjaan agar setiap pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan dengan baik dan cepat. Di Unit Usaha Strategik Sumber Jambe misalnya, dalam memproduksi tanaman perkebunan, semua karyawan dituntut untuk bekerjasama dengan karyawan lain sebagai sebuah tim. Sebagian karyawan mengurus masalah perawatan tanaman, dan karyawan yang lain menangani masalah panen. Apabila tanaman tidak dirawat dengan baik, maka panen tidak dapat mencapai hasil yang maksimal. Apabila karyawan di bagian perawatan mengalami kesulitan, maka kesulitan tersebut segera diatasi tidak hanya oleh karyawan di bagian perawatan, tetapi juga oleh karyawan lain.
Gambaran tersebut menjelaskan bahwa diperlukan adanya komunikasi dan kerjasama antarkaryawan agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Kesediaan karyawan bekerjasama dan membantu karyawan lain diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja mereka.
Anoraga dan Suyati (1995:76) menyatakan bahwa di dalam suatu perusahaan, kerjasama dapat dilihat dari:
1) Kesediaan para karyawan untuk bekerjasama dengan teman-teman sekerja maupun dengan atasan mereka yang berdasarkan untuk mencapai tujuan bersama.
2) Kesediaan untuk saling membantu diantara teman-teman sekerja sehubungan dengan tugasnya.
b. Disiplin kerja
Disiplin kerja perlu diciptakan dan ditegakkan dalam sebuah perusahaan baik yang bertujuan pada lembaga maupun pada aspek manusianya. Maksud dari adanya disiplin kerja ini adalah agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Nitisemito (1992:199)menyatakan bahwa: “Disiplin kerja adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis”. Menurut Simamora (2004:610), “Disiplin kerja merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi”.
Disiplin kerja menurut Siswanto (1997:278) adalah:
“Suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengeluh untuk menerima sanksinya apabila dia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.”
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan erat dengan sikap, tingkah laku atau perbuatan dan ketaatan pada peraturan ataupun pada pimpinan. Moekijat (1999:138) mengemukakan ada hubungan antara disiplin kerja dengan semangat kerja yang tinggi seperti pendapatnya: “Apabila pegawai merasa bahagia dalam pekerjaannya, maka mereka pada umumnya memiliki disiplin kerja, sebaliknya apabila moril kerja atau semangat kerja mereka rendah, maka mereka dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik”
Pada intinya, kedisiplinan dalam bekerja dapat dicapai apabila semua peraturan yang ditegakkan oleh perusahaan ditaati oleh seluruh karyawan. Anoraga dan Suyati (1995:77) mengemukakan beberapa hal untuk mengukur disiplin kerja yang baik, yaitu:
1) Kepatuhan karyawan pada jam-jam kerja
2) Kepatuhan karyawan pada perintah atasan, serta taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku
3) Penggunaan dan pemeliharaan bahan-bahan atau alat-alat perlengkapan kantor dengan hati-hati
4) Bekerja dengan mengikuti cara-cara yang ditentukan perusahaan.
c. Kegairahan kerja
Kegairahan kerja diperlihatkan oleh karyawan dalam melakukan pekerjaan atau kesenangan yang mendalam dalam melaksanakan pekerjaan (Anoraga dan Suyati, 1995:77). Semangat kerja karyawan dapat diukur melalui kegairahan kerja, karena kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap semangat kerja. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nitisemito (1992:160), bahwa: “Kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan. Meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh kegairahan kerja, tetapi kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja”.
Nitisemito (1992:161) juga mengungkapkan bahwa:
“Setiap organisasi seyogyanya selalu berusaha agar para anggota mempunyai tingkat kegairahan kerja yang tinggi, organisasi yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan darinya, seperti pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat. Hal ini berarti produktifitas kerja dapat ditingkatkan sehingga pencapaian tujuan bersama dapat terealisir dengan baik”.
Kegairahan kerja memperlihatkan seorang karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan senang hati, tidak mengeluh, kerja dengan puas dan saling membantu. Jadi kegairahan kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan kelangsungan hidup organisasi. kegairahan kerja berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, produktifitas, dan akhirnya mencakup pencapain tujuan organisasi.