HUMANISTIK.

humanis: adanya suasana saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat/berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, adanya keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan kemampuan hidup bersama dengan teman yang mempunyai pandangan berbeda.
Kebanyakan Mewujudkan sekolah yang demokratis memang bukanlah pekerjaan yang gampang. Berbagai kendala yang tidak mendukung terbentuknya demokratisasi dalam pendidikan tersebut tidak mudah kita singkirkan begitu saja. Namun, kita tidak boleh mundur dan putus asa. Mengingat pentingnya pendidikan yang demokratis, partisipatif, dan humanis tersebut, upaya ke arah itu mutlak dilakukan.
Mengupayakan pendidikan yang demokratis adalah keharusan. Mengutip John Dewey dalam bukunya Democracy and Education, pendidikan yang demokratis harus dimulai dari sekolah. Menurut Dewey, pendidikan yang demokratis bukan hanya untuk menyiapkan siswa bagi kehidupan mereka nanti di masyarakat, tetapi sekolah sendiri juga harus menjadi masyarakat mini, di mana praktik demokrasi yang ada dalam masyarakat perlu diadakan secara nyata di sekolah. Model hidup di sekolah yang mirip dengan situasi masyarakat tempat si anak berasal mesti diciptakan. Dengan demikian, anak dibiasakan dengan karakteristik perikehidupan yang demokratis tersebut.
Dalam rangka mendorong dan menumbuhkembangkan pendidikan yang demokratis dan humanis ini, Romo Mangun menyarankan adanya beberapa kemampuan dasar yang secara sadar dikembangkan menjadi bekal yang ampuh dalam hidup bermasyarakat. Kemampuan dasar yang mesti dikembangkan tersebut di antaranya kemampuan berkomunikasi, jiwa eksploratif, kreatif, serta integral.
Pemilikan kemampuan berkomunikasi, ditandai penguasaan bahasa dan kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan semua orang dari segala lapisan dirasakan, sangat penting saat ini. Hal ini disebabkan hanya mereka yang mampu menyerap, menguasai, dan mengolah informasilah yang akan mampu berkompetisi dan dapat berhasil dalam persaingan hidup di tengah masyarakat.
Jiwa eksploratif yang dicirikan adanya keinginan anak didik untuk suka mencari, bertanya, menyelidiki, merumuskan pertanyaan, mencari jawaban, dan peka menangkap gejala alam sebagai bahan untuk mengembangkan diri mesti ditumbuhkembangkan dalam diri anak agar menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan berkualitas. Jiwa kreatif—dicirikan anak suka menciptakan hal-hal baru dan berguna, tidak mudah putus asa, berpikir lateral serta semangat integratif yang ditandai kemampuan melihat dan menghadapi beragam kehidupan dalam keterpaduan yang realistis, dan utuh—adalah aspek pemberdayaan lain yang mutlak ditanamkan dan dimiliki peserta didik