MAKALAH SOSIOLOGI
“STUDY LITERATUR PENGARUH PENGAWASAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK”
OLEH :
NAMA
: BINTI ILIYA FARIDAH
KELAS
/ NO : XII IPS2 / 06
MAN SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga
Penulis dapat memnyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “STUDY
LITERATUR PENGARUH PENGAWASAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK“
Makalah ini saya sajikan sebagai salah
satu bentuk nyata dari hasil menimba ilmu yang telah didapatkan di sekolah
ataupun didalam proses penelitian untuk dipergunakan sebagai penambah khasanah
perpustakaan sekolah.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu Penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan bahwa tiada makalah yang sempurna tanpa uluran tangan pemerhatinya. Oleh
karena itu, kritik serta saran sangat saya harapkan dari pembaca sekalian dan semoga pembaca sekalian
mendapatkan tambahan ilmu setelah membaca makalah ini.
Surabaya, 21 Maret 2011
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
1. JUDUL HALAMAN
..................................................................................................... i
2. KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
3. DAFTAR ISI
................................................................................................................. iii
4. BAB I PENDAHULUAN
.............................................................................. 1 ` 1.1 Latar belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan
masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan
..................................................................................... 2
1.4 Manfaat
...................................................................................
2
5. BAB II ISI ...................................................................................................... 3
2.1.
Pengawasan orang tua ...........................................................
3
2.2.
Perkembangan anak ............................................................... 4
2.3. Pengaruh
pengawasan orang tua terhadap perkembangan
anak ....................................................................................... 9
6. BAB III PENUTUP
........................................................................................... 13
4.1. Kesimpulan
............................................................................ 13
4.2. Saran
...................................................................................... 13
7. DAFTAR PUSTAKA
................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa
manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui
beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya
itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan.
Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional
mengambil peranan penting, proses tersebut merupakan
proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara
aktif melakukan proses sosialisasi. Akan tetapi selain
faktor intelektual dan emosional ada juga faktor pengawasan orang tua terhadap
anak yang juga berperan sangat penting.
Pengawasan orang tua adalah “usaha yang dilakukan oleh orang tua
untuk memperhatikan, mengamati dengan baik segala aktivitas anaknya dalam
fungsinya sebagai guru dalam rangka mengembangkan aspek jasmaniah dan rohaniah
anaknya, sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
dirinya, keluarga dan lingkungannya dalam rangka membentuk perkembangan dan
kepribadian anak. Mengingat pentingnya peranan orang tua dalam
membentuk perkembangan anaknya
sehingga orang tua mempunyai waktu luang untuk mengawasi anaknya. Menurut
Kusuma (1973 : 27-28) untuk mencapai tujuan pendidikan dalam keluarga, orang
tua dalam melakukan pengawasan harus mencakup segala segi kehidupan diantaranya
dari segi proses perkembangan anak.
1.2. Rumusan masalah
1.Apa yang di maksud dengan pengawasan orang tua dan sebutkan jenis-jenis metode pengawasan terhadap anak?
2. Apa yang dimaksud dengan perkembangan anak dan sebutkan
tahap-tahap perkembangan anak?
3. Apakah ada pengaruh yang
ditimbulkan oleh adanya pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak?
1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pengawasan orang tua dan jenis-jenis metode
pengawasan terhadap anak
2. Untuk mengetahui perkembangan anak dan tahap-tahap perkembangan
anak
3.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak
1.4. Manfaat
1. Manfaat bagi orang tua : proposal ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang pengertian
perkembangan anak dan tahap-tahap perkembangnya beserta mengetahui jenis-jenis metode
pengawasan menurut para ahli kepada orang tua sehingga dapat memudahkan orang
tua dalam mengawasi anak yang
nantinya juga dapat menciptakan keharmoniskan
hubungan dalam lingkungan keluarga.
2. Manfaat bagi anak : proposal ini diharapkan memberikan
inforfasi tentang pengertian perkembangan anak dan tahap-tahap perkembangnya
beserta mengetahui jenis-jenis metode pengawasan menurut para ahli kepada anak sehingga
anak juga turut ikut serta dalam menciptakan keharmonisan keluarga
2
BAB II
ISI
2.1. Pengawasan
Orang Tua
Pengawasan adalah identik dengan
kata “controling” yang berarti “pengawasan, pemeriksaan”. Sedangkan kata
pengawasan dalam kamus umum bahasa Indonesia berarti: “penilik dan penjagaan”
(Depdikbud, 2002 : 17). Jadi pengawasan berarti mempertahankan dan menjaga
dengan baik-baik segala apa yang dilakukan anak dalam segala aktivitasnya.
Orang tua adalah pusat kehidupan jasmani dan rohani
anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan dunia luar maka setiap reaksi
emosi anak dan pemikiran terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya dahulu. Pendapat lain mengatakan “Orang tua
adalah guru petama bagi anaknya, sedangkan hubungan guru dengan muridnya sama
dengan orang tua dengan anaknya (Daradjat, 1992 : 35).
Berangkat dari
pendapat di atas, maka pengertian pengawasan orang tua adalah “usaha yang
dilakukan oleh orang tua untuk memperhatikan, mengamati dengan baik segala
aktivitas anaknya dalam fungsinya sebagai guru dalam rangka mengembangkan aspek
jasmaniah dan rohaniah anaknya, sehingga anak memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan dirinya, keluarga dan lingkungannya dalam rangka
membentuk kepribadian anak.
Mengingat pentingnya peranan orang
tua dalam membentuk kepribadian anaknya sehingga orang tua mempunyai waktu
luang untuk mengawasi seta mendidik anaknya. Menurut Kusuma (1973 : 27-28)
untuk mencapai tujuan pendidikan dalam keluarga, orang tua dalam melakukan
pengawasan harus mencakup segala segi kehidupan diantaranya dari segi
pendidikan aqidah dan moral, pengamalan agama dan aktivitas ibadah anak.
Berikut ini diuraikan mengenai empat bidang pengawasan tersebut:
1) Pengawasan orang tua terhadap pendidikan
aqidah anak
Setiap individu
dilahirkan dalam keadaan berfitrah agama, hal ini kita lihat pada waktu Allah
SWT selaku khalik berdialog dengan manusia selak makhluk di alam arwah, yaitu
sewaktu Allah bertanya kepada roh-roh manusia adakah aku ini Tuhanmu? Benar!
Kami telah menyaksikan. Pada hakekatnya semua manusia berada dalam keadaan suci
atau dalam keadaan beragama Islam tapi karena orang tua dan ingkungannyalah
yang menjadikan mereka itu berada di luar Islam.
2) Pengawasan
orang tua terhadap pendidikan akhlak dan moral anak
Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak
dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan manusia bermoral, jiwa yang bersih,
kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan berakhlak yang tinggi, kemauan
yang keras, cita-cita yang benar dan berakhlak yang tinggi, tahu
3
arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak
manusia. Firman Allah swt dalam surat al-Qalam ayat 4 Artinya : “Sesungguhnya
engkau memiliki akhlak dan moral yang tinggi” (Depag RI, 1989 : 9607).
3)
Pengawasan orang tua terhadap pengamalan agama anak
Pada
mulanya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan
latihan-latihan yang dialaminya pada masa kecilnya. Seseorang yang pada waktu
kecilnya tidak pernah mendapat pendidikan agama, maka masa selanjutnya nanti,
ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan
orang yang pada masa kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya
ibu Bapaknya yang tahun beragama, ditambah pula denan pendidikan agama di
rumah, sekolah dan masyarakat. Setiap orang tua ingin membina anaknya agar
menja di orang yang berguna dan baik, mempunyai keperibadian yang
kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semuanya itu tidak
diusahakan melalui pendidikan, baik informal, formal dan non formal. Setiap
pengalaman yang dilalui oleh anak akan ikut menentukan keperibadiannya.
4) Pengawasan
orang tua terhadap aktivitas ibadah anak
Islam menghendaki
agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Berikut
adalah jenis dan metode pengawasan menurut William Newman :
a.
Pengawasan
arah (steering control) atau pengawasan pendahuluan (feedforward control).
Dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau
tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
diselesaikan/suatu masalah terjadi.
b. Pengawasan saringan (screening control) atau pengawasan
yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control).
Jenis pengawasan
ini merupakan suatu proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui/dipenuhi dulu sebelum kegiatan
bisa dilanjutkan untuk lebih menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
c.
Pengawasan
sesudahnya (pastaction control) atau pengawasan umpan balik (feedback control).
Mengukur
hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah selesai. Pengawasan dilakukan
setelah kegiatan terjadi.
2.2. Perkembangan Anak
1.
Pengertian Perkembangan Anak
4
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek
kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembangan
berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman.
Beberapa teori
perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan
berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri
perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan
lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan
emosional mengambil peranan penting. Proses tersbut merupakan proses sosialisai
yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan
proses sosialisasi
Berikut adalah definisi perkembangan anak manurut
beberapa pendapat :
a.
Santrock ussen (1992)
Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa
konsepsi dan berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi.
b.
E. B. Hurlock
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman, dan terdiri atas serangkaian
perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
c.
Drs. H. M. Arifin, M. Ed
Perkembanagn merupakan perubahan-perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan
integrasi dan hanya dapat
dilihat gejala-gejalanya.
d.
Gut Windarsih dan Rohana Kusumawati
Perkembangan merupakan proses menuju keadaan yang lebih dewasa bersifat
kualitatif.
e.
Werner (1957
Perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa perkembangan
berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan
diman diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap.
f.
Nagel (1957)
Perkembangan merupakan pengertian dimana stuktur yang terorganisasi dan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan
stuktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan
fungsi.
g.
Schneirla (1957)
Perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi
organisme, dan organisme
5
ini dilihat sebagai sistem adaptif sepanjang hidupnya.
h.
Spiker (1966)
Perkembangan berhubungan dengan dua hal yaitu:
1) Ortogenetik, yang berhubungan
dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai
dewasa.
2) Filogenetik, yakni perkembangan
asal-usul manusia sampai sekarang ini.
i. Libert,
Paulus, dan Strauss (Singgih,1990:31)
Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu
sebagai fungsi kematangan dan interaksi lingkungan.
j.
Monks(1984)
Perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap menuju
ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
proses pertumbuhan,kemetangan dan belajar.
Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan Perkembangan merupakan suatu pola perubahan secara progresif
organisme baik dalam struktur maupun fungsi(fisik atapun psikis) yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung sejak
masa konsepsi sampai akhir hayat, berdasarkan pertumbuhan, kematangan,
pengalaman, dan belajar.
2. Tahap – Tahap Perkembangan Anak
Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah
salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang
paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui
serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id
menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau
libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut
Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal
perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian
dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Jika
tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya
adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada
tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih
pada tahap
awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap
“terjebak” dalam tahap ini.Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral
mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok,
minum, atau makan.
6
Menurut Sigmund Freud fase-fase
perkembangan anak ada 5, yaitu :
1.
Fase Oral (0-1)
Pada tahap oral, sumber utama bayi
interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks
mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi
berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti
mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang
bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa
kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik
utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang
bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud
percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi.
fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau
menggigit kuku.
2. Fase
Anal (1-3)
Pada
tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini
adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan
tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada
tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang
tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat
yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan
produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat
sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan
kreatif.
Namun,
tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan
selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu
seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai
dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang
terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat
berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian
berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu
dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu
tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase
Phalic (3-6)
Pada
tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak
juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak
laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu.
Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan
untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum
oleh ayah untuk perasaan ini, takut
7
Freud disebut pengebirian kecemasan.
4. Fase
Latent (6-12)
Periode
laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan
ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini
sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan
kepercayaan diri.
Freud
menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak
ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak
perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan
dalam
deskripsi teori sebagai salah satu
tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5. Fase
Genital (12-dewasa)
Pada
tahap akhir perkembangan
psikoseksual, individu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam
tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan
orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan
sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap
ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan
3.
Hukum – Hukum Perkembangan
Para ahli psykologi tidak hanya mengemukakan fase-fase
perkembangan tetapi mereka juga mengemukakan tentang hukum-hukum perkembangan,
berikut adalah hukum-hukum perkembangan :
a. Hukum Tempo Perkembangan
Perkembangan anak ada yang cepat (tempo singkat) ada pula yang lambat. Sebagai contoh keterampilan berbicara dan berjalan
Perkembangan anak ada yang cepat (tempo singkat) ada pula yang lambat. Sebagai contoh keterampilan berbicara dan berjalan
b. Hukum Irama Perkembangan
Perkembangan anak itu mengalami gelombang “pasang surut”, mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak juga mengalami kemunduran dalam suatu bidang tertentu
Perkembangan anak itu mengalami gelombang “pasang surut”, mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak juga mengalami kemunduran dalam suatu bidang tertentu
c.HukumKonvergensiPerkembangan
Aliran nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang berpendapat bahwa “manusia adalah hasil bentukan dari pembawaanya”, sejak lahir anak membawa bakat, kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan, dan sifat bawaan tertentu.
Aliran nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang berpendapat bahwa “manusia adalah hasil bentukan dari pembawaanya”, sejak lahir anak membawa bakat, kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan, dan sifat bawaan tertentu.
Abad ke-19 lahir paham
empirisme yang berasal dari John Locke. Ia memperkenalkan teori
8
tabularasa yang
mengatakan bahwa child born like a sheet of white paper avoid of all
aharacters. Ketika anak lahir, ia diumpamakan
sebagai kertas buram yang putih, belum ada ditulisi atau digoresi dengan bakat
apapun .
d. Hukum Kesatuan Organ
Tiap-tiap anak terdiri dari organ-organ (anggota) tubuh, yang merupakan satu kesatuan, diantara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral.
Tiap-tiap anak terdiri dari organ-organ (anggota) tubuh, yang merupakan satu kesatuan, diantara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral.
e. Hukum Hierarki Perkembangan
Perkembangan anak tidak mungkin akan mencapai suatu
fase tertentu dengan cara spontan atau sekaligus, akan tetapi harus melalui
tingkatan tertentu yang telah tersusun sedemikian rupa.
f.HukumMasaPeka
Ialah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik seorang anak. Istilah masa peka pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli Biologi (biolog) dari Belanda yang bernama Prof. Dr. Hugo de Vries (1848-1935). Kemudian istilah tersebut dibawa kedalam dunia pendidikan, khususnya psikologi oleh Dr. maria Montessori (Italia,1870-7952).
Ialah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik seorang anak. Istilah masa peka pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli Biologi (biolog) dari Belanda yang bernama Prof. Dr. Hugo de Vries (1848-1935). Kemudian istilah tersebut dibawa kedalam dunia pendidikan, khususnya psikologi oleh Dr. maria Montessori (Italia,1870-7952).
g. Hukum
Memperkembangan Diri
Dorongan yang pertama
adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan
mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud misalnya : pada
dorongan makan dan menjaga diri sendiri. Dalam perkembangan jasmani terlihat
hasrat dasar untuk mengembangkan pembawaan. Untuk anak-anak dorongan mengembangkan
diri berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha belajar berjalan, kegiatan
bermain, dan lain-lain.
2.3. Pengaruh Pengawasan Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek
kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik.
Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa
manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui
beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya
itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan.
Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional
mengambil peranan penting, proses tersebut merupakan
proses sosialisai yang mendudukkan anak-
9
anak
sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Akan tetapi selain faktor intelektual dan emosional ada juga faktor pengawasan
orang tua terhadap anak yang juga berperan sangat penting.
Pengawasan orang tua adalah “usaha yang dilakukan oleh orang tua
untuk memperhatikan, mengamati dengan baik segala aktivitas anaknya dalam
fungsinya sebagai guru dalam rangka mengembangkan aspekjasmaniah dan rohaniah
anaknya, sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
dirinya, keluarga dan lingkungannya dalam rangka membentuk perkembangan dan
kepribadian anak. Mengingat pentingnya peranan orang tua dalam
membentuk perkembangan anaknya
sehingga orang tua mempunyai waktu luang untuk mengawasi anaknya. Menurut
Kusuma (1973 : 27-28) untuk mencapai tujuan pendidikan dalam keluarga, orang
tua dalam melakukan pengawasan harus mencakup segala segi kehidupan diantaranya
dari segi proses perkembangan anak.
Jadi dapat simpulkan bahwa
Pengawasan orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Jika
pengawasan orang tua terhadap dapat maksimal maka perkembangan anak juga akan
maksimal dan sebaliknya jika pengawasan orang tua terhadap anak tidak maksimal
maka hasilnya tentu tidak maksimal juga. Berikut adalah tips bagi orang tua
agar anak anda tidak mengalami gangguan dalam proses perkembangannya :
1. Jangan Sampai Anak Merasa Kurang Pengawasan
Menurut Professor Robert
Billingham, Human Development and Family Studies – Universitas Indiana, “Anak
terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah
tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan,
bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau
sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila
pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya.
Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian dan pengawasan.
Menurut Judy Haire,
“banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, dari pada
meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan
kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh.
2. Jangan Menjadi Orang Tua yang Gagal
Mendengarkan
Menurut psikolog Charles
Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung
mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Aisyah pulang dengan
mata
10
yang lembam, umumnya
orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan,
menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya,
orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang
menceritakannya.
3. Kurangi Budaya Jarang Bertemu Muka Dengan Anak
Menurut Billingham,
orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang
kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri,
tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda.
4. Usahakan Jangan Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater Sara
B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar”
dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak
lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang
tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya
menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar
saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan
ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
5. Harus Konsisten Dalam Menghadapi Anak
Anak perlu merasa bahwa
orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi
senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus
tegas dan berwibawa dihadapan anak.
6. Jangan Pernah Mengabaikan Kata Hati
Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja
sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya
banyak belajar bahwa orang tua seharusnya
mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu”.
7. Jangan Biarkan Anak Terlalu Banyak / Sering Nonton TV
Menurut Neilsen Media
Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit
siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua
cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu
aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya
iklan negatif yang tidak mendidik.
11
8. Jangan Pernah Mengukur Segalanya Dengan Materi
Menurut Louis Hodgson,
ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai banyak benda untuk
dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang
mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality
time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan
diberi sesuatu dan diam.
10. Hindari Bersikap Berat Sebelah
Beberapa orang tua
kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan
pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola
untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit
disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah
waktu yang tidak dapat diinterupsi.
12
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Beberapa teori perkembangan
manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa
bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak
dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka
berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor
intelektual dan emosional mengambil peranan penting, Akan tetapi selain faktor intelektual dan emosional ada juga faktor
pengawasan orang tua terhadap anak yang juga berperan sangat penting. Pengawasan
orang tua adalah “usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk memperhatikan,
mengamati dengan baik segala aktivitas anaknya dalam fungsinya sebagai guru
dalam rangka mengembangkan aspek jasmaniah dan rohaniah anaknya, sehingga anak
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, keluarga dan
lingkungannya dalam rangka membentuk perkembangan dan kepribadian anak. Jadi
pengawasan orang tua sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan anak.
4.2. Saran
1. Orang tua lebih mengawasi perkembangan anak agar anak tumbuh
dan berkembang secara sempurna
2. Anak lebih memaklumi tindakan orang tua yang terkadang mereka
anggap terlalu berlebihan karena semua orang tua ingin melihat anak-anaknya
tumbuh dan berkembang secara sempurna.
13
KAJIAN PUSTAKA
Suryabrata, Sumadi. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Raja
Grafindo
Sternberg. R.J. 2006. Cognitive Psychology. Bellmont,CA : Thomson Wadsworth
Bjorklund. D.F. 2000. Children's thinking: Developmental function and individual
differences.
3rd ed.Bellmont, CA : Wadsworth
Widjaja,
Kuntaraf. 1999. Indonesia Publishing House. Jakarta : Rineka Cipta
muhammad.blogspot.com
aneh2.blogspot.com
14