Jenis Metode Pengawasan



Jenis Metode Pengawasan
Menurut William Newman:
1. Pengawasan arah (steering control) atau pengawasan pendahuluan (feedforward control).
Dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan/suatu masalah terjadi.
2. Pengawasan saringan (screening control) atau pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control).
Jenis pengawasan ini merupakan suatu proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui/dipenuhi dulu sebelum kegiatan bisa dilanjutkan untuk lebih menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
3. Pengawasan sesudahnya (pastaction control) atau pengawasan umpan balik (feedback control).
Mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah selesai. Pengawasan dilakukan setelah kegiatan terjadi.

CARA MENDIDIK ANAK | TIPS ORANG TUA MENDIDIK ANAK

Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ? Maka jawaban Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih “Harimau yang memakan anaknya sendiri”, atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda :
1. Kurang Pengawasan
Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies – Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.
2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu Muka
Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda.
4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh.
5. Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
6. Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.
7. Mengabaikan Kata Hati
Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu”.
8. Terlalu Banyak Nonton TV
Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi
Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.
10. Bersikap Berat Sebelah
Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.


1. Pengertian Pengawasan Pengawasan adalah identik dengan kata “controling” yang berarti “pengawasan, pemeriksaan”. Sedangkan kata pengawasan dalam kamus umum bahasa Indonesia berarti: “penilik dan penjagaan” (Depdikbud, 2002 : 17). Jadi pengawasan berarti mempertahankan dan menjaga dengan baik-baik segala apa yang dilakukan anak dalam segala aktivitasnya. Orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan dunia luar maka setiap reaksi emosi anak dan pemikiran terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya dahulu. Pendapat lain mengatakan “Orang tua adalah guru petama bagi anaknya, sedangkan hubungan guru dengan muridnya sama dengan orang tua dengan anaknya (Daradjat, 1992 : 35). Berangkat dari pendapat di atas maka pengertian pengawasan orang tua adalah “usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk memperhatikan, mengamati dengan baik segala aktivitas anaknya dalam fungsinya sebagai guru dalam rangka mengembangkan aspek jasmaniah dan rohaniah anaknya, sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, keluarga dan lingkungannya dalam rangka membentuk kepribadian anak. Mengingat pentingnya peranan orang tua dalam membentuk kepribadian anaknya sehingga orang tua mempunyai waktu luang untuk mengawasi seta mendidik anaknya. Menurut Kusuma (1973 : 27-28) untuk mencapai tujuan pendidikan dalam keluarga, orang tua dalam melakukan pengawasan harus mencakup segala segi kehidupan diantaranya dari segi pendidikan aqidah dan moral, pengamalan agama dan aktivitas ibadah anak.
 Berikut ini diuraikan mengenai empat bidang pengawasan tersebut:
1)  Pengawasan orang tua terhadap pendidikan aqidah anak Setiap individu dilahirkan dalam keadaan berfitrah agama, hal ini kita lihat pada waktu Allah SWT selaku khalik berdialog dengan manusia selak makhluk di alam arwah, yaitu sewaktu Allah bertanya kepada roh-roh manusia adakah aku ini Tuhanmu? Benar! Kami telah menyaksikan. Pada hakekatnya semua manusia berada dalam keadaan suci atau dalam keadaan beragama Islam tapi karena orang tua dan ingkungannyalah yang menjadikan mereka itu berada di luar Islam.

2) Pengawasan orang tua terhadap pendidikan akhlak dan moral anak Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan manusia bermoral, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan berakhlak yang tinggi, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan berakhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia. Firman Allah swt dalam surat al-Qalam ayat 4 : ÙˆَØ¥ِÙ†َّÙƒَ Ù„َعلَÙ‰ Ø®ُÙ„ُÙ‚ عَظِÙŠْÙ… (القلم:Ù¤) Artinya : “Sesungguhnya engkau memiliki akhlak dan moral yang tinggi” (Depag RI, 1989 : 9607).

 3) Pengawasan orang tua terhadap pengamalan agama anak Pada mulanya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dialaminya pada masa kecilnya. Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapat pendidikan agama, maka masa selanjutnya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang pada masa kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya ibu Bapaknya yang tahun beragama, ditambah pula denan pendidikan agama di rumah, sekolah dan masyarakat. Setiap orang tua ingin membina anaknya agar menjadi orang yang berguna dan baik, mempunyai keperibadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semuanya itu tidak diusahakan melalui pendidikan, baik informal, formal dan non formal. Setiap pengalaman yang dilalui oleh anak akan ikut menentukan keperibadiannya.

4) Pengawasan orang tua terhadap aktivitas ibadah anak Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT.



bentuk-bentuk perhatian dapat mencakup:

1) Atas dasar intensitasnya
Perhatian intensif dan Perhatian tidak intensif
2)Atas dasar timbulnya
   a. Perhatian spontan: perhatian tak disengaja,perhatian tak sekehendak
   b. Perhatian disengaja (perhatian sekehendak,perhatian reflektif)
3) Atas dasar luas objek yang dikenai perhatian
Perhatian terpencar atau distributif dan Perhatian terpusat atau konsentratif 
            (Suryabrata, Sumadi.
            Psikologi Pendidikan
(Jakarta: Raja GrafindoPersada,2000) hal. 233.16)