Mangium (Acacia mangium Willd.)

Mangium (Acacia mangium Willd.) merupakan tanaman yang dijadikan sebagai

salah satu jenis unggulan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri, karena memilki

beberapa kelebihan antara lain cepat tumbuh serta dapat tumbuh pada lahan-lahan yang

kurang subur (Tham, 1976 dalam Supriadi, 2002).

Klasifikasi mangium selengkapnya diuraikan sebagai berikut :


Divisio

Kelas

Subkelas

Ordo

Family

Genus

Jenis


: Angiospermae

: Dicotyledonae

: Dialypetalae

: Rosales

: Leguminosae

: Acacia

: Acacia mangium Willd. (Silaen, 1995).


Pertumbuhan kayu mangium sangat cepat serta memerlukan persyaratan tumbuh

yang ringan. Di daerah Seram Barat, kayu mangium tumbuh rata-rata dengan ketinggian

30 m dpl sampai ketinggian 6 - 8 m dpl. Tinggi pohon mangium rata-rata 20 m dengan

keliling batang yang bervariasi antara 30 - 120 cm. Kayu mangium mulai ditanam di

Sumatera Selatan pada tahun 1979/1980. Bentuk batangnya lurus, berkulit tebal dengan

mata kayu yang besar serta warna kayunya kecoklatan. Pada tempat tumbuh yang baik



8






volumenya bisa mencapai 415 m3/ha/tahun. Adapun riap rata-rata pertahunnya mencapai

20 - 50 m3 /ha (Kliwon, 2002 dalam Formanita, 2007).

Daur kayu mangium yang diterapkan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) di

Indonesia adalah 8 – 9 tahun dengan volume berkisar 150 – 175 m3/hektar untuk

diameter diatas 10 cm. Daurnya dapat diperpendek apabila program pemuliaan pada

Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk bahan pulp dan kertas diarahkan untuk

mendapatkan volume tinggi (riap besar) dengan memperhatikan faktor berat jenis kayu.

Merupakan hal yang mendatangkan profit besar bagi perusahaan apabila daur bisa

diperpendek dari 8 – 9 tahun menjadi 6 tahun dengan volume per hektar yang tetap atau

justru lebih tinggi (Khomsatun, 2000 dalam Formanita, 2007).

Pemanfaatan kayu mangium sebagai bahan baku pulp dan kertas berdasarkan

pada kelas diameter, yaitu kelas diameter 8 - 22 cm. Selama ini penambahan rata-rata

per tahun yang dimiliki kayu akasia pada tegakan untuk bahan baku pulp dengan jarak

tanam 3 x 3 meter, yaitu sebesar 25 cm3 sehingga untuk satu daurnya akan dihasilkan

volume sebesar 200 m3 per hektar dan pertambahan riap pertahunnya 50 m3 (Supriyadi,

2005).

Fetriana (2005) menyatakan bahwa batang kayu mangium mempunyai

kandungan lignin yang cukup tinggi yakni sebesar 25.99% selulosa 48.53% dan zat

ekstraktif 9.06%. Rendemen total yang dihasilkan dalam proses pembuatan pulp sebesar

50 – 53.1%. Kayu mangium memiliki kayu gubal berwarna krem muda dan kayu teras

berwarna coklat tua. Kayunya cukup keras, rapat dan berserat lurus dengan kerapatan



9






berkisar antara 420 - 483 kg/m3. Kekuatan kayu mangium termasuk kelas ringan sampai

sedang dan rendemen kayu gergajiannya berkisar antara 37 - 40% (Hardiayanto, 1999).

Kayu mangium dapat diperbanyak dengan melakukan penyemaian biji atau

secara vegetatif dengan sifat pertumbuhan tajuk yang cepat menyentuh tanah. Kayunya

yang keras dan berwarna coklat cerah merupakan partikel yang baik untuk dijadikan

kayu industri seperti kayu papan, meubel, rangka pintu, papan hias dinding, jendela dan

alat rumah tangga. Untuk industri kertas yang dimanfaatkan adalah kayu gubal yang

tipis dan keras dan ranting-rantingnya dapat dijadikan kayu bakar dengan energi yang

dapat dihasilkan sebesar 4500 - 4900 kalori/kg (Rahayu et all., 1991).




2.2. Batang Kayu Mangium sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas

Pada umumnya pulp merupakan produk utama kayu mangium yang digunakan

untuk pembuatan kertas dan papan kertas. Selain itu pulp juga dapat diproses menjadi

berbagai turunan-turunan selulosa dan menghasilkan beberapa produk lanjutan lainnya

seperti rayon, plastik serta produk sintesis yang diperoleh dari hasil pemisahan serat

yang ada pada kayu, baik secara mekanis, kimia maupun campuran dari kedua cara

tersebut (Sjostrom, 1995).

Penggunaan kayu sebagai bahan baku pulp juga telah memudahkan dan

memungkinkan pembuatan kertas secara massal pada mesin kertas moderen

berkecepatan tinggi. Industri pulp dan kertas generasi pertama yang ada di Indonesia

semula juga menggunakan sumber serat non-kayu seperti merang dan bambu, namun

pada perubahan zaman baik perkembangan tuntutan maupun teknologi juga telah



10






memaksa industri pulp untuk menggunakan kayu sebagai sumber seratnya (Marsoem,

2004).

Panjang serat merupakan faktor yang penting dalam menentukan struktur

lembaran, kekuatan mekanik dan sifat-sifat optik dari kertas. Panjang dan kekasaran

serat kayu mangium seperti dilaporkan oleh Palokangas (1996) dalam Marsoem (2004),

setara dengan panjang dan kekasaran serat Eucalyptus. Serat dengan sifat seperti ini

diharapkan akan menghasilkan pulp dengan mutu yang baik, karena serat mudah

memipih sehingga memberikan permukaan yang luas bagi terjadinya ikatan antar serat.

Uji coba pembuatan pulp dan kertas batang mangium telah banyak dilakukan.

Berdasarkan sifat morfologi serat, fisik dan kimianya, kayu tersebut cocok untuk pulp

dan kertas. Pemanfaatan kayu mangium sebagai bahan baku pulp dan kertas didasarkan

atas kelas diameter, yaitu kelas diameter 8-22 cm. Pembuatan pulp kertas dari kayu

mangium lebih mudah bila dibandingkan dengan penggunaan kayu Eucalyptus yang

sudah lebih dulu diproduksi secara komersial. Pulp dari mangium dengan mudah

dikelantang (bleached) pada level kecerahan (brightness) yang tinggi dan sifat-sifat pulp

yang dikelantang (bleached pulp) sangat sesuai untuk berbagai produk akhir seperti

kertas tulis dan cetak (Logan, 1986 dalam Marsoem, 2004).




2.3. Cabang Kayu Mangium sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas

2.3.1. Anatomi dan Kandungan Kimia Cabang Kayu Mangium

Worster dan Vintje (1976) dalam Ayu (2008) mengemukakan bahwa panjang

serat rata-rata dan kekasaran pulp kraf tanpa dicuci pada bagian pucuk dan cabang yaitu



11






masing-masing 2,4 mm dan 1,7 mm. Tsoumis (1976) dalam Aprianto (2004)

menyatakan bahwa kayu teras dan kayu gubal dari cabang dibentuk oleh cincin-cincin

yang meruncing. Sel-sel longitudinal umumnya ditemukan berukuran pendek dengan

diameter yang kecil jika dibandingkan dengan batang utama.

Sejumlah kayu keras menunjukkan bahwa panjang serat dalam cabang kayu

ditemukan rata-rata 25 - 35% lebih sedikit jika dibandingkan dengan cabang utama. Dan

juga perbedaan yang paling signifikan diantara bahan baku cabang dan batang adalah

proporsi kulit cabang yang lebih tinggi (Haygreen dan Bowyer, 1996).

Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), cabang adalah suatu bahan baku yang

bisa digunakan walaupun hanya untuk beberapa bagian dan lebih sedikit jika

dibandingkan dengan batang pokok. Selanjutnya Hakilla (1972) dalam Ayu (2008),

melaporkan bahwa cabang dari pucuk pohon yang tidak dipakai merupakan sumber

bahan baku yang potensial dari pada tunggul dan akar-akar pohon.

Komposisi kimia cabang mangium memiliki kadar lignin berkisar antara

19,30%-23,72%, selulosa berkisar antara 33,43%-46,36% dan zat ekstraktif berkisar

antara 8,15%-6,11%. Berdasarkan analisa komponen kimianya, cabang kayu mangium

berdiameter 2,5 cm-12,5 cm diduga akan menghasilkan kertas dengan kualitas yang

menyamai batang (Fetriana, 2005).

Beberapa industri pulp dan kertas yang ada belum memanfaatkan cabang dan

kulit Akasia secara utuh, salah satu contohnya terjadi pada PT. Tanjung Enim Lestari

yang hanya memanfaatkan batangnya saja.



12






2.3.2. Pemanfaatan Cabang Kayu Mangium

Cabang adalah suatu bahan baku yang bisa digunakan walaupun hanya untuk

beberapa bagian dan lebih sedikit jika dibandingkan dengan batang pokok (Haygreen

dan Bowyer, 1996).

Pada saat eksploitasi tegakan di hutan diketahui bahwa masih banyak sisa-sisa

kayu yang tidak digunakan sebagai bahan baku industri pengelolaan kayu. Cabang dari

pucuk pohon yang tidak dipakai merupakan sumber bahan baku yang potensial daripada

tunggul dan akar-akar pohon. Selanjutnya Yahya (2001), telah melakukan studi untuk

menghasilkan bubur kayu dan kertas dari cabang P. falcataria tanpa kulit kayu dan

membandingkan hasil serta mutunya dengan batangnya. Hasil analisa statistik

menunjukkan bahwa sifat fisik dan optis handsheet tidak dipengaruhi oleh porsi pohon.

Cabang yang digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas diselimuti oleh kulit

merupakan jaringan pada pohon yang paling penting. Dari keseluruhan bagian pohon,

cabang memiliki kulit yang paling tinggi dengan nilai 20 - 35%, kulit pada bagian

tunggul dan akar juga lebih tinggi dari batang (Young, 1871 dalam Fengel, D dan G.

Wegener, 1995). Batang yang telah dikuliti biasanya memberikan pengaruh yang jelek

terhadap kualitas pulp. Hasil limbah kulit biasanya dibakar untuk memperoleh panas,

hanya sebagian kecil saja yang menggunakan kulit sebagai bahan dasar untuk

menghasilkan bahan-bahan kimia (Sjostrom, 1995).

Industri PT. Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper (PT. TEL) bahan bakunya

dipasok dari PT. Musi Hutan Persada (MHP) yang hanya menerima kayu berdiameter

besar dari 8 cm. Karena setiap harinya PT. MHP mengirim kayu ke PT. TEL sebesar



13






8000 m3 (Ryan, 2000), dan jika kayu yang berdiameter 4-8 cm tertinggal di lokasi

tebangan PT. MHP adalah sebesar 10,43 % (Supriadi, 2002) maka volume kayu yang

tidak digunakan mencapai 30.456,26 m3 per tahun.

Mangium (Acacia mangium Willd.) adalah jenis tanaman yang dipilih dan

dikembangkan di HTI PT. MHP sebagai bahan baku pulp. Natawijaya (2002)

mengutarakan bahwa luas hutan tanaman Akasia di Indonesia adalah 800.000 ha dan

akan mencapai satu juta ha pada tahun 2010. Dengan asumsi bahwa pada rotasi 8 tahun

akan dihasilkan kayu 25 m3 per ha (Supriadi dan Wahyono, 2002), maka setiap tahun

akan diperoleh tambahan kayu dari cabang atau batang yang berdiameter 4-8 cm sebesar

2.206.700 m3 atau dapat meningkatkan 37,84 % jatah tebang tahunan yang ditetapkan

oleh Departemen Kehutanan (Menteri Kehutanan, 2003).

Uraian diatas menggambarkan bahwa dari segi potensi volume, cabang mangium

sangat prospektif sebagai tambahan bahan baku industri pulp dan kertas. Dari segi bahan

baku, Yahya., et all (2003) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada

kerapatan kayu, kandungan holoselulosa, dan selulosa antara batang dan cabang kayu A.

mangium, bahkan lebih menguntungkan kerena kadar lignin dan ekstraktifnya lebih

rendah dari pada batang.