Rawa Lebak

Lahan rawa merupakan dataran rendah yang pada musim hujan digenangi air dan pada musim kemarau menjadi daratan dengan kondisi seperti hanya dapat ditanami 1 kali dalam 1 tahun. Perbedaannya dengan danau ialah, bahwa rawa tertumbuhi tumbuhan (pohon, glagah, rumput, tumbuhan akuatik), genangannya secara nisbi dangkal dan ladang (stagnant), dan tanah dasarnya berupa lumpur. Swamp ialah rawa yang tertumbuhi pohon di sana sini dan lebih bersifat tumpat air daripada tergenang. Menurut pengertian Amerika, swamp ialah rawa bergambut, yang di Inggris dinamakan bog atau morass. Ada rawa yang genangannya dipertahankan oleh air permukaan ( runoff) atau luapan sungai yang berlangsung secara berkala. Tebal air genangan rawa ini berfluktuasi menurut musim hujan dan kemarau.

b. Karakteristik Lahan Rawa Lebak
Rawa merupakan daerah cekungan di dataran rendah yang tergenang secara permanen atau pada beberapa waktu akibat limpasan sumber air yang berasal dari sungai, danau atau laut (Hanafiah, 1992).
Berdasarkan ketinggian genangan air, lahan rawa lebak dibagi menjadi tiga macam, yaitu rawa lebak dangkal (pematang), tengahan dan dalam. Rawa lebak dangkal mempunyai ketinggian air permukaan antara 0 cm sampai 50 cm dengan masa genangan kurang dari 3 bulan, rawa lebak tengahan mempunyai ketinggian air permukaan antara 50 cm sampai 100 cm dengan masa genangan antara 3 bulan sampai 6 bulan, sedangkan rawa lebak dalam mempunyai ketinggian air permukaan lebih dari 100 cm dengan masa genangan lebih dari 6 bulan (Waluyo et al., 1997).
Menurut Djafar (1992), tanah di kawasan lebak umumnya dicirikan oleh kandungan bahan organik rendah hingga tinggi, kesuburan alami yang rendah, kandungan N, P, dan K dan kejenuhan basa rendah kadar Al dan Fe tinggi serta reaksi tanah yang masam hingga sangat masam.
Lahan rawa dapat dijumpai baik pada dataran rendah di sepanjang dan di muara sungai maupun di dataran yang lebih tinggi, di tengah dan hulu sungai sehingga dikenal secara awam lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut. Lahan rawa lebak secara internasional disebut sebagai fresh waterswamps karena pada umumnya rawa ini terletak di bagian tengah hingga hulu sungai yang airnya tawar, sedangkan lahan rawa pasang surut disebut tidal swamps karena letaknya di bagian hilir sungai yang secara langsung dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Departemen Pertanian, 2005).
Menurut Soebagjo dan Soepraptohardjo (1978), umumnya tanah yang terdapat di daerah rawa lebak terdiri dari tanah tanggul sungai dan dataran rawa belakang. Tanah tanggul sungai mempunyai jenis tanah Alluvial Hidromorf dan Alluvial kelabu, sedangkan tanah dataran rawa belakang terletak lebih jauh dari tanggul sungai dan didominasi oleh jenis tanah Glei Humus dan Oganosol. Tanah Glei Humus dan Organosol mempunyai kandungan bahan organik tinggi, N rendah, K sangat rendah, reaksi tanah (pH) umumnya masam sampai sangat masam, KTK tinggi, dan kejenuhan basa rendah, yang mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.
Tingkat kesuburan lahan rawa lebak sangat bervariasi dan tergantung pada sistem saluran reklamasi. Kemerosotan kesuburan lahan rawa lebak berhubungan dengan heterogenitas lahan lebak, antara lain lahan yang mengandung pirit dan lahan yang bergambut tebal. Kemerosotan kesuburan lahan rawa lebak dikaitkan dengan sistem tata air. Semakin dekat dengan saluran utama, maka kematangan bahan organik semakin meningkat (Armanto et al., 1998).