Resume Psikologi Umum
Proses Sensorik
Oleh :
Binti Iliya Faridah
PRODI S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2012-2013
Proses Sensorik
Sifat Umum Modalitas Sensorik
Dua sifat umum semua modalitas sensorik. Sifat yang pertama menjelaskan modalitas sensorik pada tingkat psikologis, sifat yang kedua yaitu menjelaskan modalitas sensorik pada tingkat biologis.
Sensitivitas
Penglihatan manusia hampir sama sensitifnya dengan kemungkinan fisik. Hecht dan sejawatnya membuktikan bahwa manusia dapat mendeteksi kilatan cahaya yang hanya 100 kuanta. Selain itu mereka menunjukkan bahwa hanya 7 dari 100 kuanta tersebut yang sesungguhnya kontak dengan molekul kritis di mata dan masing-masing dari 7 kuanta itu mempengaruhi molekul yang berbeda. Dengan demikian, unit reseptif kritis mata (suatu molekul) adalah sensitif terhadap unit energi cahayaminimal.
Ambang Mutlak. Cara yang paling umum untuk menilai sensitivitas modalitas sensorik adalah menentukan besar minimum stimulus yang dapat dibedakan dari tidak ada stimulus, sebagai contohnya, cahaya terlemah yang dapat dibedakan dari kegelapan. Besar minimum ini yang dinamakan sebagai ambang mutlak. Dan metode yang digunakan untuk menentukan ambang tersebut dinamakan metode psikofisik. Ambang mutlak bervariasi dari satu individu ke individu lain, tergantung pada keadaan fisik dan motivasi individu tersebut.
Mendeteksi Perubahan Intensitas. Perbedaan minimum besarnya stimulus yang diperlukan untuk membedakan dua stimuli dinamakan ambang perbedaan (difference threshold) atau just noticeable difference (jnd). Ambang perbedaan adalah besarnya perubahan yang diperlukan oleh seorang subjek untuk mendeteksi perbedaan antara dua stimuli pada 50 persen uji coba.
Pada tahun 1934 Ernst Weber, seorang ahli psikologi Jerman, menemukan bahwa semakin kuat stimulus dimulai, semakin besar perubahan yang diperlukan bagi subjek untuk memperhatikannya. Ia mengukur jnd untuk intensitas beberapa indra termasuk penglihatan dan pendengaran. Ia menemukan jnd merupakan fraksi konstan suatu intensitas stimulus (hukum Weber).
Nilai konstanta Weber dapat digunakan sebagai pembanding sensitivitas berbagai modalitas sensorik. Semakin kecil konstanta tersebut, semakin kita sensitif terhadap perubahan intensitas modalitas itu. Hukum tersebut digeneralisasikan oleh Gustav Fechner (1860), seorang ahli fisika Jerman. Ia menyatakan bahwa bukan hanya jnd yang merupakan fraksi konstan intensitas stimulus, tetapi juga satu jnd yang secara perseptual sama dengan jnd lain. Fechner menurunkan persamaan bahwa besar suatu stimulus yang dapat dirasakan, P, adalah proporsional dengan logaritme intensitas fisiknya I dengan rumus P= c log I . persamaan ini dikenal sebagai hukum Fechner. Relasi logaritmik banyak berguna dalam aplikasi praktis psikologi sensorik.
Penyandian Sensorik
Dari Reseptor Ke Otak. Setiap modalitas sensorik harus diubah (translasikan) terlebih dahulu dari energi listrik, sehingga sinyal tersebut akhirnya dapat mencapai otak, Proses translasi ini dinamakan transduksi. Proses ini dilakukan oleh sel khusus di organ indra, yang dinamakan reseptor. Sistem sensorik kita menghubungkan peristiwa eksternal dengan pengalaman subjektif.
Penyandian Intensitas dan Kualitas. Dengan bantuan perekam sel tunggal, para peneliti berhasil mempelajari banyak hal tentang sistem sensorikmenyandikan intensitas dan kualitas. Cara pertama untuk menyandikan intensitas suatu stimulus berkaitan dengan jumlah impuls saraf dalam setiap satuan waktu yaitu kecepatan impuls saraf.
Johan Muller pada tahun 1825 menyatakan bahwa otak dapat membedakan informasi dari modalitas sensorik yang berbeda seperti cahaya dan bunyi karena mereka melibatkan saraf sensorik yang berbeda (sebagian saraf menuju ke pengalaman visual, sebagian lain ke pengalaman auditorik, dan sebagainya).
Indra visual
Sistem pembentuk citra terdiri dari kornea, pupil dan lensa, tanpa sistem tersebut kita hanya dapat melihat cahaya tetapi bukan pola. Semua yang diatas berfungsi untuk menjatuhkan cahaya dibagian belakang bola mata, yaitu retina. Di retina, proses transduksi mengambil alih. Terdapat dua tipe sel reseptor, sel batang dan sel kerucut. Sel batang di tujukan untuk melihat di malam hari, mereka pada intensitas yang rendah dan menyebabkan sensasi yang tidak berwarna Sel kerucut paling baik untuk melihat selama siang hari dan mereka berespons terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan menyebabkan sensasi warna.
Melihat Cahaya
Sensitivitas. Sensitivitas terhadap intensitas cahaya ditentukan oleh sel batang dan kerucut. Terdapat dua perbedaan penting antara sel batang dan kerucut yang menjelaskan sejumlah fenomena yang melibatkan intensitas yang dirasakan, kecerahan kita. Salah satu perbedaan adalah bahwa rata-rata lebih banyak sel batang yang berhubungan dengan sel ganglion tunggal dibandingkan sel kerucut dengan demikian ganglion sel batang mendapatkan masukan yang lebih banyak dibandingkan ganglion sel kerucut, akibatnya penglihatan lebih sensitif jika didasarkan pada sel batang ketimbang kerucut. Salah satu konsekuensi perbedaan tersebut adalah bahwa kita lebih mampu mendeteksi cahaya redup di perifer yang lebih banyak mengandung sel batang dibandingkan di fovea.
Sistem batang membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk beradaptasi, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya yang jauh lebih lemah.
Melihat Warna
Sifat semua warna adalah serupa kecuali panjang gelombangnya. Pangjang gelombang yang berbeda menghasilkan warna yang berbeda.
Asal mula sensasi warna adalah objek yang memantulkan cahaya jika sumber cahaya meneranginya. Persepsi kita terhadap warna benda sebagiannya ditentukan oleh panjang gelombang yang dipantulkan oleh objek dan sebagian lagi dipengaruhi oleh faktor lain. Salah satu faktor lain tersebut adalah karakteristik warna objek.
Penampilan Warna. Secara fenomenologi cahaya dapat dideskripsikan dari tiga dimensi : brightness, hue dan saturation. Brightness (kecerahan), hue (corak, warna-warna yang dimaksudkan sebagai kualitas yang dideskripsikan oleh nama warna seperti merah atau kuning kehijauan), Saturation berarti kejenuhan atau kemurnian.
Albert Munsel, seorang seniman, mengajukan skema untuk menyebutkan permukaan berwarna dengan menyusunnya menggunakan 10 nama corak dan dua angka, satu menyatakan saturasi dan yang lain menyatakan kecerahan. Warna di dalam sistem Munsell direpresentasikan oleh warna padat.
Berkaitan dengan pencampuran cahaya, tiga cahaya yang panjang gelombangnya berbeda jauh dapat dikombinasikan untuk menghasilkan hampir semua warna cahaya.
Defisiensi Warna. Diklomat memiliki kelemahan utama dalam membedakan panjang gelombang, Monokromat tidak mampu membedakan panjang gelombang sama sekali. Kedua kelompok itu dinamakan buta warna. Defisiensi warna adalah genetik. Buta warna lebih sering terjadi pada pria (2 persen) dibandingkan pada wanita (0,03 persen) karena gen kritisnya adalah gen resesif pada kromosom X (Nathan, Thomas & Hogness 1986).
Selama lebih dari bertahun-tahun, dua teori utama tentang penglihatan warna telah dikembangkan. Teori pertama awalnya diajukan oleh Thomas Young pada tahun 1807, lima puluh tahun kemudian, Hermann von Helmholtz mengembangkan teori Young. Menurut teori Young-Helmholtz atau teori trikromatik terdapat banyak warna berbeda yang dapat kita bedakan, terdapat hanya tiga jenis reseptor (sel kerucut) untuk warna. Setiap reseptor adalah sensitif terhadap rentang panjang gelombang yang luas, tetapi paling resposif didaerah yang sempit.
Teori trikromatik menyatakan bahwa kualitas warna yang disandikan oleh pola aktivitas tiga reseptor ketimbang oleh reseptor spesifik untuk setiap warna walaupun berhasil, teori trikromatik tidak dapat menjelaskan beberapa penemuan tentang fenomenologi warna, pada tahun 187b Ewald Hering mengamati bahwa semua warna dapat dideskripsikan secara fenomenologis sebagai terdiri dari satu atau dua sensasi. Observasi fenomenologis tersebut menyebabkan Hering mengajukan teori alternatif penglihatan warna yang dinamakan warna-oponen.hering yakin bahwa sistem visual memiliki 2 jenis unit yang sensitif warna. Unit berespon terhadap merah atau hijau, dan yang lain terhadap biru atau kuning.
Analisis penglihatan warna merupakan salah satu kemajuan teoritis besar dalam psikologi, dan berfungsi sebagai prototipe untuk analisis sistem sensorik lain.
Indra Pendengaran
Gelombang Suara
Proses Sensorik
Oleh :
Binti Iliya Faridah
PRODI S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2012-2013
Proses Sensorik
Sifat Umum Modalitas Sensorik
Dua sifat umum semua modalitas sensorik. Sifat yang pertama menjelaskan modalitas sensorik pada tingkat psikologis, sifat yang kedua yaitu menjelaskan modalitas sensorik pada tingkat biologis.
Sensitivitas
Penglihatan manusia hampir sama sensitifnya dengan kemungkinan fisik. Hecht dan sejawatnya membuktikan bahwa manusia dapat mendeteksi kilatan cahaya yang hanya 100 kuanta. Selain itu mereka menunjukkan bahwa hanya 7 dari 100 kuanta tersebut yang sesungguhnya kontak dengan molekul kritis di mata dan masing-masing dari 7 kuanta itu mempengaruhi molekul yang berbeda. Dengan demikian, unit reseptif kritis mata (suatu molekul) adalah sensitif terhadap unit energi cahayaminimal.
Ambang Mutlak. Cara yang paling umum untuk menilai sensitivitas modalitas sensorik adalah menentukan besar minimum stimulus yang dapat dibedakan dari tidak ada stimulus, sebagai contohnya, cahaya terlemah yang dapat dibedakan dari kegelapan. Besar minimum ini yang dinamakan sebagai ambang mutlak. Dan metode yang digunakan untuk menentukan ambang tersebut dinamakan metode psikofisik. Ambang mutlak bervariasi dari satu individu ke individu lain, tergantung pada keadaan fisik dan motivasi individu tersebut.
Mendeteksi Perubahan Intensitas. Perbedaan minimum besarnya stimulus yang diperlukan untuk membedakan dua stimuli dinamakan ambang perbedaan (difference threshold) atau just noticeable difference (jnd). Ambang perbedaan adalah besarnya perubahan yang diperlukan oleh seorang subjek untuk mendeteksi perbedaan antara dua stimuli pada 50 persen uji coba.
Pada tahun 1934 Ernst Weber, seorang ahli psikologi Jerman, menemukan bahwa semakin kuat stimulus dimulai, semakin besar perubahan yang diperlukan bagi subjek untuk memperhatikannya. Ia mengukur jnd untuk intensitas beberapa indra termasuk penglihatan dan pendengaran. Ia menemukan jnd merupakan fraksi konstan suatu intensitas stimulus (hukum Weber).
Nilai konstanta Weber dapat digunakan sebagai pembanding sensitivitas berbagai modalitas sensorik. Semakin kecil konstanta tersebut, semakin kita sensitif terhadap perubahan intensitas modalitas itu. Hukum tersebut digeneralisasikan oleh Gustav Fechner (1860), seorang ahli fisika Jerman. Ia menyatakan bahwa bukan hanya jnd yang merupakan fraksi konstan intensitas stimulus, tetapi juga satu jnd yang secara perseptual sama dengan jnd lain. Fechner menurunkan persamaan bahwa besar suatu stimulus yang dapat dirasakan, P, adalah proporsional dengan logaritme intensitas fisiknya I dengan rumus P= c log I . persamaan ini dikenal sebagai hukum Fechner. Relasi logaritmik banyak berguna dalam aplikasi praktis psikologi sensorik.
Penyandian Sensorik
Dari Reseptor Ke Otak. Setiap modalitas sensorik harus diubah (translasikan) terlebih dahulu dari energi listrik, sehingga sinyal tersebut akhirnya dapat mencapai otak, Proses translasi ini dinamakan transduksi. Proses ini dilakukan oleh sel khusus di organ indra, yang dinamakan reseptor. Sistem sensorik kita menghubungkan peristiwa eksternal dengan pengalaman subjektif.
Penyandian Intensitas dan Kualitas. Dengan bantuan perekam sel tunggal, para peneliti berhasil mempelajari banyak hal tentang sistem sensorikmenyandikan intensitas dan kualitas. Cara pertama untuk menyandikan intensitas suatu stimulus berkaitan dengan jumlah impuls saraf dalam setiap satuan waktu yaitu kecepatan impuls saraf.
Johan Muller pada tahun 1825 menyatakan bahwa otak dapat membedakan informasi dari modalitas sensorik yang berbeda seperti cahaya dan bunyi karena mereka melibatkan saraf sensorik yang berbeda (sebagian saraf menuju ke pengalaman visual, sebagian lain ke pengalaman auditorik, dan sebagainya).
Indra visual
Sistem pembentuk citra terdiri dari kornea, pupil dan lensa, tanpa sistem tersebut kita hanya dapat melihat cahaya tetapi bukan pola. Semua yang diatas berfungsi untuk menjatuhkan cahaya dibagian belakang bola mata, yaitu retina. Di retina, proses transduksi mengambil alih. Terdapat dua tipe sel reseptor, sel batang dan sel kerucut. Sel batang di tujukan untuk melihat di malam hari, mereka pada intensitas yang rendah dan menyebabkan sensasi yang tidak berwarna Sel kerucut paling baik untuk melihat selama siang hari dan mereka berespons terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan menyebabkan sensasi warna.
Melihat Cahaya
Sensitivitas. Sensitivitas terhadap intensitas cahaya ditentukan oleh sel batang dan kerucut. Terdapat dua perbedaan penting antara sel batang dan kerucut yang menjelaskan sejumlah fenomena yang melibatkan intensitas yang dirasakan, kecerahan kita. Salah satu perbedaan adalah bahwa rata-rata lebih banyak sel batang yang berhubungan dengan sel ganglion tunggal dibandingkan sel kerucut dengan demikian ganglion sel batang mendapatkan masukan yang lebih banyak dibandingkan ganglion sel kerucut, akibatnya penglihatan lebih sensitif jika didasarkan pada sel batang ketimbang kerucut. Salah satu konsekuensi perbedaan tersebut adalah bahwa kita lebih mampu mendeteksi cahaya redup di perifer yang lebih banyak mengandung sel batang dibandingkan di fovea.
Sistem batang membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk beradaptasi, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya yang jauh lebih lemah.
Melihat Warna
Sifat semua warna adalah serupa kecuali panjang gelombangnya. Pangjang gelombang yang berbeda menghasilkan warna yang berbeda.
Asal mula sensasi warna adalah objek yang memantulkan cahaya jika sumber cahaya meneranginya. Persepsi kita terhadap warna benda sebagiannya ditentukan oleh panjang gelombang yang dipantulkan oleh objek dan sebagian lagi dipengaruhi oleh faktor lain. Salah satu faktor lain tersebut adalah karakteristik warna objek.
Penampilan Warna. Secara fenomenologi cahaya dapat dideskripsikan dari tiga dimensi : brightness, hue dan saturation. Brightness (kecerahan), hue (corak, warna-warna yang dimaksudkan sebagai kualitas yang dideskripsikan oleh nama warna seperti merah atau kuning kehijauan), Saturation berarti kejenuhan atau kemurnian.
Albert Munsel, seorang seniman, mengajukan skema untuk menyebutkan permukaan berwarna dengan menyusunnya menggunakan 10 nama corak dan dua angka, satu menyatakan saturasi dan yang lain menyatakan kecerahan. Warna di dalam sistem Munsell direpresentasikan oleh warna padat.
Berkaitan dengan pencampuran cahaya, tiga cahaya yang panjang gelombangnya berbeda jauh dapat dikombinasikan untuk menghasilkan hampir semua warna cahaya.
Defisiensi Warna. Diklomat memiliki kelemahan utama dalam membedakan panjang gelombang, Monokromat tidak mampu membedakan panjang gelombang sama sekali. Kedua kelompok itu dinamakan buta warna. Defisiensi warna adalah genetik. Buta warna lebih sering terjadi pada pria (2 persen) dibandingkan pada wanita (0,03 persen) karena gen kritisnya adalah gen resesif pada kromosom X (Nathan, Thomas & Hogness 1986).
Selama lebih dari bertahun-tahun, dua teori utama tentang penglihatan warna telah dikembangkan. Teori pertama awalnya diajukan oleh Thomas Young pada tahun 1807, lima puluh tahun kemudian, Hermann von Helmholtz mengembangkan teori Young. Menurut teori Young-Helmholtz atau teori trikromatik terdapat banyak warna berbeda yang dapat kita bedakan, terdapat hanya tiga jenis reseptor (sel kerucut) untuk warna. Setiap reseptor adalah sensitif terhadap rentang panjang gelombang yang luas, tetapi paling resposif didaerah yang sempit.
Teori trikromatik menyatakan bahwa kualitas warna yang disandikan oleh pola aktivitas tiga reseptor ketimbang oleh reseptor spesifik untuk setiap warna walaupun berhasil, teori trikromatik tidak dapat menjelaskan beberapa penemuan tentang fenomenologi warna, pada tahun 187b Ewald Hering mengamati bahwa semua warna dapat dideskripsikan secara fenomenologis sebagai terdiri dari satu atau dua sensasi. Observasi fenomenologis tersebut menyebabkan Hering mengajukan teori alternatif penglihatan warna yang dinamakan warna-oponen.hering yakin bahwa sistem visual memiliki 2 jenis unit yang sensitif warna. Unit berespon terhadap merah atau hijau, dan yang lain terhadap biru atau kuning.
Analisis penglihatan warna merupakan salah satu kemajuan teoritis besar dalam psikologi, dan berfungsi sebagai prototipe untuk analisis sistem sensorik lain.
Indra Pendengaran
Gelombang Suara
Bunyi yang bersesuaian dengan gelombang sinus dinamakan nada murni. Nada murni penting untuk menganalisis pendengaran karena suara yang lebih kompleks dapat dianalisis menjadi nada murni, artinya didekomposisi menjadi sejumlah gelombang sinus yang berbeda. Nada murni memiliki variasi dalam frekuensi (jumlah siklus per detik, yang dinamakan hertz), intensitasnya (perbedaan tekanan antara puncak dan palung), dan waktu saat dimulainya gelombang
Sistem Auditorius
Sistem auditorius terdiri dari telinga, bagian-bagian otak, berbagai jalur saraf penghubung.
Telinga mengandung dua sistem, salah satu sistem memperkuat dan mentransmisikan suara ke reseptor, dimana sistem lain mengambil alih tugas dan mentransduksikan suara menjadi impuls saraf. Sistem transmisi mencakup telinga luar, yang terdiri dari daun telinga (atau oinna) dan kanalis auditorius, dan telinga dalam, yang terdiri dari gendang telinga dan rangkaian tiga tulang pendengaran. Sistem transduksi terletak di telinga dalam yang dinamakan koklea, yang berisi reseptor untuk suara.
Di bagian luar telinga tengah terdapat gendang telinga yang peka terhadap getaran gelombang suara yang masuk melalui telinga luar. Tugas telinga tengah adalah mentransmisikan getaran pada gendang telinga melalui suatu ruang yang berisi udara ke membran lain, foramen ovale (oval window), yang merupakan gerbang masuk telinga dalam reseptor yang dinamakan maleus, inkus, dan stapes.
Koklea dibagi menjadi ruang-ruang cairan oleh sebuah membran yang salah satunya membran basilaris. Tekanan di foramen ovale menyebabkan perubahan tekanan di cairan koklear, yang selanjutnya menyebabkan membran basilaris bergetar, menghasilkan pembengkokan sel rambut dan timbulnya impuls listrik. Jalur auditorius dari setiap telinga menuju ke kedua sisi otak dan memiliki sinaps di beberapa nukleus sebelum mencapai korteks auditorik.
Mendengarkan intensitas Suara
Terdapat dua jenis defek pendengaran utama. Yang pertama, ambang suara mengalami peninggian kira-kira sama pada semua frekuensi sebagai akibat kondisi yang buruk ditelinga tengah (ketulian konduksi). Pada gangguan pendengaan lain, peninggian ambang tidak merata, dengan peninggian terbesar terjadi pada frekuensi
Mendengarkan Nada
Tinggi dan Frekuensi Nada. Nada merupakan kualitas prima bunyi yang disusun dalam skala dari rendah sampai tinggi. Orang dewasa muda dapat mendengar frekuensi antara 20 dan 20000 hertz (cycles per second), dengan jnd kurang dari 1 hertz pada 100 hertz dan meningkat menjadi 100 hertz pada 10000 hertz.
Teori Persepsi Nada. Teori pertama diajukan oleh Lord Rutherford, seorang dokter Inggris, pada tahun 1886 dengan nama teori temporal (teori frekuensi). Ia menyatakan bahwa : a) gelombang suara menyebabkan seluruh membran basilaris bergetar dan kecepatan getaran sesuai dengan frekuensi suara. b) kecepatan getaran membran menentukan kecepatan implus serabut saraf auditorius.
Serabut saraf terbukti memiliki kecepatan pemicu maksimal sekitar 1000 impuls perdetik, sehingga bagaimana kita mendengar nada suara dengan frekuensi yang lebih dari 1000 hertz? Weaver (1949) untuk menyelamatkan teori temporal. Ia berpendapat bahwa frekuensi diatas 1000 hertz dapat disandikan oleh kelompok serabut saraf yang berbeda, yang setiap grup memicu pada kecepatan yang sedikit berbeda. Versi temporal ini mendapatkan dukungan dari penemuan pola impuls saraf di saraf auditorius mengikuti bentuk gelombang nada stimulus walaupun sel individual tidak berespon terhadap setiap siklus gelombang (Rose, Brugge, Anderson, & Hind, 1967)
Teori kedua persepsi nada diajukan pada tahun 1683 saat Joseph Guichard Duverney, seorang ahli anatomi Prancis, menyatakan frekuensi disandikan menjadi nada secara mekanis yaitu resonansi (Green & Wier 1984). Telinga memiliki struktur seperti instrumen berdawai dengan setiap bagiannya sesuai dengna frekuensi tertentu, sehingga jika frekuensi tersebut di presentasikan ke telinga, bagian yang bersesuaian akan bergetar. Gagasan ini terbukti benar, struktur itu adalah membran basilaris.
Pada tahun 1800-an, Hermann von Helmholtz mengembangkan hipotesis resonansi menjadi teori tempat tentang persepsi nada. Teori ini menyatakan bahwa setiap tempat spesifik disepanjang membran basilaris akan menghasilkan sensasi nada khusus. Dan teori ini juga menyatakan bahwa kita mendengar dengan membran basilaris, tetapi tempat dimembran yang bergetar paling kuat yang menentukan serabut saraf mata yang teraktivasi dan hal itu menentukan nada yang kita dengar.
Membran basilaris secara aktual bergerak masih belum diketahui sampai tahun 1940-an saat Georg Bekesy mengukur pergerakannya melalui lubang kecil yang dibor di koklea.
Teori tempat memiliki masalah dalam menjelaskan persepsi kita tentang nada frekuensi rendah, sedangkan teori temporal memiliki masalah berkaitan dengan nada frekuensi tinggi.
Indra lain
Penciuman
Kepentingan Evolusioner. Organ indra untuk penciuman meliki posisi ditonjolan di kepala yang sesuai dengan tujuan indra sebagai pedoman bagi organisme. Penciuman memiliki jalur langsung ke otak dibandingkan indra lain, reseptornya. Walaupun penciuman (atau olfaktorius) tidak terlalu penting untuk spesies manusia, penciuman sangat penting bagi kelangsungan hidup banyak hewan. Karena penciuman berkembang sangat baik pada spesies lain, penciuman sering digunakan sebagai sarana utama komunikasi.
Sistem Oflaktorius. Molekul yang dilepaskan oleh subtansi tertentu adalah stimulus untuk penciuman. Molekul meninggalkan subtansi, berjalan melalui udara, dan memasuki hidung. Molekul juga harus larut dalam lemak, karena reseptor untuk penciuman ditutupi oleh subtansi seperti lemak. Sistem olfaktorius terdiri dari dua reseptor dirongga hidung, daerah otak, dan jalur neural penghubung. Reseptor penciuman terletak dipuncak rongga hidung
Mengindra Intensitas Dan Kualitas. Di dalam penciuman tampaknya terlibat banyak jenis reseptor yang berbeda. Diperkirakan 1000 jenis reseptor olfaktorius tampaknya bukan tidak beralasan menurut penelitian terakhir (Buck & Axel, 1991). Bukan hanya menyandikan bau spesifik, setiap jenis reseptor mungkin berespon untuk banyak bau yang berbeda (Matthew, 1972). Sehingga kualitas mungkin hanya tersandi separuh oleh pola aktivitas neuron bahkan dalam modalitas sensorik yang kaya akan neuron ini.
Pengecapan
Pengecapan (atau gus tatorik) adalah indra tersendiri. Subtansi yang sedang dirasakan bukan hanya satu-satunya faktor yang menentukan rasanya. Susunan genetik dan pengalaman masa lalu juga mempengaruhi pengecapan.
Sistem Gustatorius, stimulus untuk pengecapan ada;ah subtan yang larut dalam saliva yang merupakan cairan mirip seperti air garam.
Mengindra Intensitas dan Kualitas. Sensitifitas terhadap stimuli pengecapan yang berbeda adalah bervariasi dari satu bagian lidah dengan bagian lidah lainnya. Sistem gustatorius menyandikan rasa dalam kaitan dengan serabut saraf spesifik yang teraaktivasi dan pola aktivasi pada serabut saraf.
Indra Kulit
Tekanan. Stimulus untuk sensasi tekanan adalah tekanan fisik pada kulit. Walaupun kita tidak menyadari adanya tekanan stabil diseluruh tubuh (seperti tekanan udara), kita dapat membedakan variasi tekanan stabil di atas permukaan tubuh. Denagn sentuhan aktif saja, kita dapat denagn segera mengenali objek yang akrab, walaupun sebagian besar dari kita jarang harus mengidentifikasi benda dengan cara seperti ini (Kaltzky & Metzger 1985)
Temperatur. Stimulus untuk temperatur adalah temperatur dikulit kita. Reseptornya adalah neuron dengan ujung saraf bebas yang terletak tepat dibawah kulit. Karena mempertahankan temperatur tubuh sangat penting bagi kelangsungan hidup, maka penting agar kita dapat merasakan perubahan kecil di temperatur kulit.
Nyeri. Semua stimulus yang mencakup kuat untuk menyebabkan kerusakan jaringan adalah stimulus untuk nyeri. Variasi dalam kualitas nyeri, mungkin perbedaan yang paling penting adalah antara jenis nyeri yang kita rasakan segera saat merasakan cederayang dinamakan fase fasik, dan jenis nyeri yang kita rasakan setelah cedera terjadi, dinamakan fase tonik.
Indra tubuh
Indra tubuh memberikan informasi tentang pergerakan dan orientasi dalam ruang.
Kinestesis. Kinestesis adalah suatu sensasi tentang posisi dan pergerakan kepala dan anggota gerak relatif pada tubuh.
Orientasi dan Pergerakan Tubuh. Reseptor untuk orientasi dan pergerakan linear (pergerakan dalam garis lurus, seperti saat berlari) terletak diruang yang berisi cairan, ruang-ruang tersebut yang dinamakan kantung vestibularisyang terdiri dari sel-sel rambut. Stimulus yang ekstrem pada indra ini akan menghasilkan pusing dan mual.
Dengan demikian, pada banyak kasus tubuh pengindra bukan menghasilkan sensasi kualitass dan intensitas yang sadar.
Sistem Auditorius
Sistem auditorius terdiri dari telinga, bagian-bagian otak, berbagai jalur saraf penghubung.
Telinga mengandung dua sistem, salah satu sistem memperkuat dan mentransmisikan suara ke reseptor, dimana sistem lain mengambil alih tugas dan mentransduksikan suara menjadi impuls saraf. Sistem transmisi mencakup telinga luar, yang terdiri dari daun telinga (atau oinna) dan kanalis auditorius, dan telinga dalam, yang terdiri dari gendang telinga dan rangkaian tiga tulang pendengaran. Sistem transduksi terletak di telinga dalam yang dinamakan koklea, yang berisi reseptor untuk suara.
Di bagian luar telinga tengah terdapat gendang telinga yang peka terhadap getaran gelombang suara yang masuk melalui telinga luar. Tugas telinga tengah adalah mentransmisikan getaran pada gendang telinga melalui suatu ruang yang berisi udara ke membran lain, foramen ovale (oval window), yang merupakan gerbang masuk telinga dalam reseptor yang dinamakan maleus, inkus, dan stapes.
Koklea dibagi menjadi ruang-ruang cairan oleh sebuah membran yang salah satunya membran basilaris. Tekanan di foramen ovale menyebabkan perubahan tekanan di cairan koklear, yang selanjutnya menyebabkan membran basilaris bergetar, menghasilkan pembengkokan sel rambut dan timbulnya impuls listrik. Jalur auditorius dari setiap telinga menuju ke kedua sisi otak dan memiliki sinaps di beberapa nukleus sebelum mencapai korteks auditorik.
Mendengarkan intensitas Suara
Terdapat dua jenis defek pendengaran utama. Yang pertama, ambang suara mengalami peninggian kira-kira sama pada semua frekuensi sebagai akibat kondisi yang buruk ditelinga tengah (ketulian konduksi). Pada gangguan pendengaan lain, peninggian ambang tidak merata, dengan peninggian terbesar terjadi pada frekuensi
Mendengarkan Nada
Tinggi dan Frekuensi Nada. Nada merupakan kualitas prima bunyi yang disusun dalam skala dari rendah sampai tinggi. Orang dewasa muda dapat mendengar frekuensi antara 20 dan 20000 hertz (cycles per second), dengan jnd kurang dari 1 hertz pada 100 hertz dan meningkat menjadi 100 hertz pada 10000 hertz.
Teori Persepsi Nada. Teori pertama diajukan oleh Lord Rutherford, seorang dokter Inggris, pada tahun 1886 dengan nama teori temporal (teori frekuensi). Ia menyatakan bahwa : a) gelombang suara menyebabkan seluruh membran basilaris bergetar dan kecepatan getaran sesuai dengan frekuensi suara. b) kecepatan getaran membran menentukan kecepatan implus serabut saraf auditorius.
Serabut saraf terbukti memiliki kecepatan pemicu maksimal sekitar 1000 impuls perdetik, sehingga bagaimana kita mendengar nada suara dengan frekuensi yang lebih dari 1000 hertz? Weaver (1949) untuk menyelamatkan teori temporal. Ia berpendapat bahwa frekuensi diatas 1000 hertz dapat disandikan oleh kelompok serabut saraf yang berbeda, yang setiap grup memicu pada kecepatan yang sedikit berbeda. Versi temporal ini mendapatkan dukungan dari penemuan pola impuls saraf di saraf auditorius mengikuti bentuk gelombang nada stimulus walaupun sel individual tidak berespon terhadap setiap siklus gelombang (Rose, Brugge, Anderson, & Hind, 1967)
Teori kedua persepsi nada diajukan pada tahun 1683 saat Joseph Guichard Duverney, seorang ahli anatomi Prancis, menyatakan frekuensi disandikan menjadi nada secara mekanis yaitu resonansi (Green & Wier 1984). Telinga memiliki struktur seperti instrumen berdawai dengan setiap bagiannya sesuai dengna frekuensi tertentu, sehingga jika frekuensi tersebut di presentasikan ke telinga, bagian yang bersesuaian akan bergetar. Gagasan ini terbukti benar, struktur itu adalah membran basilaris.
Pada tahun 1800-an, Hermann von Helmholtz mengembangkan hipotesis resonansi menjadi teori tempat tentang persepsi nada. Teori ini menyatakan bahwa setiap tempat spesifik disepanjang membran basilaris akan menghasilkan sensasi nada khusus. Dan teori ini juga menyatakan bahwa kita mendengar dengan membran basilaris, tetapi tempat dimembran yang bergetar paling kuat yang menentukan serabut saraf mata yang teraktivasi dan hal itu menentukan nada yang kita dengar.
Membran basilaris secara aktual bergerak masih belum diketahui sampai tahun 1940-an saat Georg Bekesy mengukur pergerakannya melalui lubang kecil yang dibor di koklea.
Teori tempat memiliki masalah dalam menjelaskan persepsi kita tentang nada frekuensi rendah, sedangkan teori temporal memiliki masalah berkaitan dengan nada frekuensi tinggi.
Indra lain
Penciuman
Kepentingan Evolusioner. Organ indra untuk penciuman meliki posisi ditonjolan di kepala yang sesuai dengan tujuan indra sebagai pedoman bagi organisme. Penciuman memiliki jalur langsung ke otak dibandingkan indra lain, reseptornya. Walaupun penciuman (atau olfaktorius) tidak terlalu penting untuk spesies manusia, penciuman sangat penting bagi kelangsungan hidup banyak hewan. Karena penciuman berkembang sangat baik pada spesies lain, penciuman sering digunakan sebagai sarana utama komunikasi.
Sistem Oflaktorius. Molekul yang dilepaskan oleh subtansi tertentu adalah stimulus untuk penciuman. Molekul meninggalkan subtansi, berjalan melalui udara, dan memasuki hidung. Molekul juga harus larut dalam lemak, karena reseptor untuk penciuman ditutupi oleh subtansi seperti lemak. Sistem olfaktorius terdiri dari dua reseptor dirongga hidung, daerah otak, dan jalur neural penghubung. Reseptor penciuman terletak dipuncak rongga hidung
Mengindra Intensitas Dan Kualitas. Di dalam penciuman tampaknya terlibat banyak jenis reseptor yang berbeda. Diperkirakan 1000 jenis reseptor olfaktorius tampaknya bukan tidak beralasan menurut penelitian terakhir (Buck & Axel, 1991). Bukan hanya menyandikan bau spesifik, setiap jenis reseptor mungkin berespon untuk banyak bau yang berbeda (Matthew, 1972). Sehingga kualitas mungkin hanya tersandi separuh oleh pola aktivitas neuron bahkan dalam modalitas sensorik yang kaya akan neuron ini.
Pengecapan
Pengecapan (atau gus tatorik) adalah indra tersendiri. Subtansi yang sedang dirasakan bukan hanya satu-satunya faktor yang menentukan rasanya. Susunan genetik dan pengalaman masa lalu juga mempengaruhi pengecapan.
Sistem Gustatorius, stimulus untuk pengecapan ada;ah subtan yang larut dalam saliva yang merupakan cairan mirip seperti air garam.
Mengindra Intensitas dan Kualitas. Sensitifitas terhadap stimuli pengecapan yang berbeda adalah bervariasi dari satu bagian lidah dengan bagian lidah lainnya. Sistem gustatorius menyandikan rasa dalam kaitan dengan serabut saraf spesifik yang teraaktivasi dan pola aktivasi pada serabut saraf.
Indra Kulit
Tekanan. Stimulus untuk sensasi tekanan adalah tekanan fisik pada kulit. Walaupun kita tidak menyadari adanya tekanan stabil diseluruh tubuh (seperti tekanan udara), kita dapat membedakan variasi tekanan stabil di atas permukaan tubuh. Denagn sentuhan aktif saja, kita dapat denagn segera mengenali objek yang akrab, walaupun sebagian besar dari kita jarang harus mengidentifikasi benda dengan cara seperti ini (Kaltzky & Metzger 1985)
Temperatur. Stimulus untuk temperatur adalah temperatur dikulit kita. Reseptornya adalah neuron dengan ujung saraf bebas yang terletak tepat dibawah kulit. Karena mempertahankan temperatur tubuh sangat penting bagi kelangsungan hidup, maka penting agar kita dapat merasakan perubahan kecil di temperatur kulit.
Nyeri. Semua stimulus yang mencakup kuat untuk menyebabkan kerusakan jaringan adalah stimulus untuk nyeri. Variasi dalam kualitas nyeri, mungkin perbedaan yang paling penting adalah antara jenis nyeri yang kita rasakan segera saat merasakan cederayang dinamakan fase fasik, dan jenis nyeri yang kita rasakan setelah cedera terjadi, dinamakan fase tonik.
Indra tubuh
Indra tubuh memberikan informasi tentang pergerakan dan orientasi dalam ruang.
Kinestesis. Kinestesis adalah suatu sensasi tentang posisi dan pergerakan kepala dan anggota gerak relatif pada tubuh.
Orientasi dan Pergerakan Tubuh. Reseptor untuk orientasi dan pergerakan linear (pergerakan dalam garis lurus, seperti saat berlari) terletak diruang yang berisi cairan, ruang-ruang tersebut yang dinamakan kantung vestibularisyang terdiri dari sel-sel rambut. Stimulus yang ekstrem pada indra ini akan menghasilkan pusing dan mual.
Dengan demikian, pada banyak kasus tubuh pengindra bukan menghasilkan sensasi kualitass dan intensitas yang sadar.