Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (1992), sistematika botani tanaman karet adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg
Tanaman karet merupakan tanaman tahunan daerah tropika dan mempunyai daya adaptasi yang baik dari segi tanah maupun iklim. Tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah didaerah tropika dan mempunyai adaptasi yang tinggi pada lingkungan yang bervariasi (Lasminingsih dan Effendi, 1985).
Daerah pertanaman utama tanaman karet di Indonesia adalah Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang terletak pada zona 6 0 LU dan 90 LS. Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda atau vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut (Setyamidjaja, 1993).
Ketinggian tempat yang cocok bagi tanaman karet adalah 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dan yang paling baik berkisar antara 0 – 200 mdpl (Syarif, 1986). Mulai ketinggian 200 mdpl, matang sadap akan tertunda selama 6 bulan setiap kenaikan 100 mdpl, karena ketinggian tempat berpengaruh terhadap temperatur (Departemen Pertanian, 1997).
Tanaman karet tumbuh baik bila syarat-syarat hidupnya mendukung terhadap pertumbuhan, baik faktor luar maupun faktor dalam. (Syarief, 1983) menyatakan bahwa curah hujan yang cukup tinggi antara 2.000 - 2.500 mm setahun disukai tanaman karet. Tanaman karet sangat toleran terhadap kemasaman tanah, tanaman ini akan tumbuh baik pada kisaran pH 4,0 – 7,0. Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (1992), suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25 – 30o C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20o C, maka tanaman karet tidak cocok ditanam didaerah tersebut.
Tanaman karet adalah tanaman yang paling toleran terhadap tanah pada tingkat kesuburan tanah sangat rendah. Tanah-tanah yang kurang subur seperti Podsolik Merah Kuning dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet. Selain jenis tanah Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Aluvial juga bisa dikembangkan untuk penanaman karet (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992). Menurut Setyamidjaja (1993), tanah-tanah aluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisiknya terutama drainasenya kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini.
Tanaman karet mempunyai sistem perakaran yang luas dengan kedalaman akar dapat mencapai 0 – 0,3 meter. Tanah yang ideal untuk tanaman karet adalah dengan kedalaman lebih dari 1 meter, aerasi dan srtuktur yang baik dan tekstur tanah harus terdiri 50 persen liat (Sys et al., 1993).
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang optimal, maka harus dipertimbangkan syarat-syarat lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Hal ini disebabkan karena lingkungan yang cocok akan menunjang pertumbuhan disamping perawatan. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitat yang diinginkannya, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg
Tanaman karet merupakan tanaman tahunan daerah tropika dan mempunyai daya adaptasi yang baik dari segi tanah maupun iklim. Tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah didaerah tropika dan mempunyai adaptasi yang tinggi pada lingkungan yang bervariasi (Lasminingsih dan Effendi, 1985).
Daerah pertanaman utama tanaman karet di Indonesia adalah Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang terletak pada zona 6 0 LU dan 90 LS. Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda atau vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut (Setyamidjaja, 1993).
Ketinggian tempat yang cocok bagi tanaman karet adalah 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dan yang paling baik berkisar antara 0 – 200 mdpl (Syarif, 1986). Mulai ketinggian 200 mdpl, matang sadap akan tertunda selama 6 bulan setiap kenaikan 100 mdpl, karena ketinggian tempat berpengaruh terhadap temperatur (Departemen Pertanian, 1997).
Tanaman karet tumbuh baik bila syarat-syarat hidupnya mendukung terhadap pertumbuhan, baik faktor luar maupun faktor dalam. (Syarief, 1983) menyatakan bahwa curah hujan yang cukup tinggi antara 2.000 - 2.500 mm setahun disukai tanaman karet. Tanaman karet sangat toleran terhadap kemasaman tanah, tanaman ini akan tumbuh baik pada kisaran pH 4,0 – 7,0. Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (1992), suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25 – 30o C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20o C, maka tanaman karet tidak cocok ditanam didaerah tersebut.
Tanaman karet adalah tanaman yang paling toleran terhadap tanah pada tingkat kesuburan tanah sangat rendah. Tanah-tanah yang kurang subur seperti Podsolik Merah Kuning dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet. Selain jenis tanah Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Aluvial juga bisa dikembangkan untuk penanaman karet (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992). Menurut Setyamidjaja (1993), tanah-tanah aluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisiknya terutama drainasenya kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini.
Tanaman karet mempunyai sistem perakaran yang luas dengan kedalaman akar dapat mencapai 0 – 0,3 meter. Tanah yang ideal untuk tanaman karet adalah dengan kedalaman lebih dari 1 meter, aerasi dan srtuktur yang baik dan tekstur tanah harus terdiri 50 persen liat (Sys et al., 1993).
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang optimal, maka harus dipertimbangkan syarat-syarat lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Hal ini disebabkan karena lingkungan yang cocok akan menunjang pertumbuhan disamping perawatan. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitat yang diinginkannya, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.