1. Teori belajar Gestalt

Menurut teori Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya. Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima stimulus (respon ) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya begitu saja, melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu mereka bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara mengolanya.
Teori Gestalt di atas memberi implikasi kepada kita bahwa anak (siswa) merupakan makluk yang aktif bukan pasif. Sesuai dengan teori ini, maka dalam proses belajar mengajar di dalam kelas seluruh anak didik (siswa) mesti dilibatkan secara aktif, baik mental maupun fisiknya, sebab dengan cara yang demikian eksistensi mereka sebagai organisme yang dinamis dapat tersalurkan secara maksimal.
Di dalam pengajaran Sosiologi, keterlibatan mental siswa secara optimal juga sangat diharapkan sekali, agar tujuan pengajaran yang dirumuskan dapat mencapai sasarannya. Di samping itu siswa lebih memahami tentang fungsi dan kegunaan ilmu Sosiologi yang sebenarnya..

2. Teori Proses Informasi
Menurut Teori informasi, pengolahan informasi menjadi sistem pengetahuan berlansung sebagai berikut:
: Informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang indrawi), kemudian masuk short term memory (memori jangka pendek), lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan kedalam long term memory (memori jangka panjang).
Berdasarkan teori di atas dapat dilihat bahwa sebelum terwujud menjadi sistem pengetahuann terlebih dahulu informasi yang diterima mengalami berbagai proses psikis dan mental dalam diri seseorang. Pada mulanya stimulus-stimulus dari lingkungan nenghampiri alat-alat indra ( receptor). Seluruh sistem itulah yang disebut gudang indrawi.(M. Dimyati Mahmud).disini informasi diseleksi dan diproses lebih lanjut untuk dialihkan ke memori jangka pendek .Dalam memori jangka pendek informasi hanya bertahan sebenatar, ia akan segera hhilang jika tidak diproses lebih lanjut. Sebahagian dari memori jangka pendek yang telah diproses lebih lanjut akan tersimpan menjadi memori jangka panjang, dan inilah yang akan menjadi pengetahuan.
Pada umumnya informasi yang sudah tersimpan sebagai ingatan jangka panjang tidak akan mudah hilang. Meskipun demikian menurut R.M. Gegne (1977, hal. 55) sebahagian diantaranya juga tidak mudah dipanggil kembali, karena adanya hambatan dari memori-memori yang baru terdapat yang lama.
Ditinjau dari kepentingan belajar, yang paling pokok dari teori informasi adalah pemrosesan informasi dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang, karena di sinilah sebenarnya sistem pengetahuan terbentuk. Pada saat ini seseorang melakukan proses elaborasi, yaitu kegiatan membandingkan, menganalisis, dan mentranformasikan (Abizar, 1983, hal. 15). Proses yang berlangsung di sini akan sangat menentukan sekali terhadap sifat informasi yang diterima: dalam arti, apakah informasi itu akan bertahan lama dalam ingatan atau tidak. Menurut Dimyati Mahmud (1989, hal. 138) cara seseorang melakukan proses elaborasi ikut menentukan terhadap diingatnya kembali informasi pada waktu lain. Oleh sebab itu perlu dicari suatu pendekatan serta metode belajar mengajar yang tepat agar pemrosesan informasi dapat berlangsung secara maksimal.