2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Pharyngitis
Radang
tenggorokan atau pharyngitis, adalah suatu penyakit radang yang menyerang
batang tenggorok. Penyakit yang kerap disebut radang tenggorok itu ditandai
adanya penebalan atau pembengkakan dinding tenggorokan, berwarna kemerahan, ada
bintik-bintik putih, disertai adanya rasa sakit menelan.
Radang
tenggorok bisa disebabkan infeksi virus atau kuman, disertai daya tahan tubuh
yang lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif pada radang yang
disebabkan oleh kuman.
ü Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya :
a.
Faringitis
akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus
dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil
yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam
dan batuk. Faringitis
ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
b.
Faringitis
kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu
yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang
mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa
yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara
berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alkohol dan
tembakau. Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:
·
Faringitis hipertrofi,ditandai
dengan penebalan umum dan kongesti membrane mukosa
·
Faringitis atrofi kemungkinan
merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan,licin dan
pada waktunya berkerut)
·
Faringitis granular kronik terjadi
pembengkakan folikel limfe pada dinding faring
ü Klasifikasi
berdasarkan agen penyebab :
Faringitis
Virus
|
Faringitis
Bakteri
|
Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan
|
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
|
Demam, biasanya tinggi.
|
Demam.
|
Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat
|
Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai
sedang
|
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar
|
Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar
getah bening
|
Tes apus tenggorokan memberikan hasil negative
|
Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep
throat
|
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri
|
Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
|
2.1.2 Epidemiologi & Etiologi Pharyngitis
Faringitis adalah penyakit infeksi akut
pada oropharynx atau nasopharynx. Penyakit inilah yang menyebabkan 1-2% pasien
harus menjalani rawat jalan. Virus adalah penyebab paling umum, sedangkan grup
A β-hemolytic Streptococcus, atau S. pyogenes adalah bakteri penyebab utama dan
menjadi fokus pada bagian ini. Pada golongan pediatri grup A Streptococcus,
atau “strep throat,” menyebabkan hingga 15% sampai 30% kasus pharyngitis. Pada
orang dewasa hingga 5-15% kasus gejala simptomatik dari pharyngitis.
2.1.3
Patofisiologi Pharyngitis
Virus tampaknya menyebabkan mayoritas
serangan, sering menyerupai pilek. Tetapi, sejumlah bakteri, dengan streptococci
β hemolitik grup A (Streptococcus
pyogenes, GAS) yang dominan.
Pada mayoritas kasus faringitis akut,
sulit untuk membedakan, dengan dasar klinik, antara etiologi bakteri atau
virus. Empat temuan yang memprediksikan biakan tenggorokan positif untuk GAS
adalah eksudat tonsil, nodus limfoma servik yang membengkak dan melunak, kurang
terdengar batuk, dan riwayat demam >380C. Jika terdapat dua atau
tiga temuan diatas, sebaiknya dibuat biakan dan perawatan ditunda sampai
tersedia hasil biakan. Dengan satu atau dua temuan, tidak dibuat kultur dan
tidak diberikan antibiotik. Dengan semua temuan, sebaiknya dibuat biakan dan
diputuskan untuk memulai terapi antibiotik berdasar data klinik. Biakan
tenggorokan dari permukaan tonsil dan dinding farink posterior paling umum
digunakan untuk uji identifikasi GAS. Diagnosa yang cepat untuk pencegahan
demam rheumatic akut tidak penting, karena terapi antibiotik bisa dimulai
selambatnya 9 hari setelah onset faringitis streptococcal dan masih efektif.
2.1.4
Manifestasi Klinis dan Diagnosis Pharyngitis
Anak-anak berumur 5-15 tahun memiliki persentase atau
kemungkinan tinggi terkena streptococcal pharyngitis. Orang tua dan dewasa
dengan kontak terhadap pediatric juga meningkatkan resiko terkena penyakit ini.
Tanda-tanda dan symptom
Streptococcal Pharyngitis
-
Serangan sakit tenggorokan mendadak dengan sakit berat saat menelan.
-
Demam
-
Sakit kepala, sakit perut (abdominal), mual, atau muntah (terutama pada
anak-anak).
-
Erythema tonsil dan faring dengan kemungkinan adanya eksudat (possible
patchy exudates).
-
Sakit, pembesaran anterior cervical lymphnodes.
-
Anak lidah/tekak bengkak dan merah.
-
Soft
palate petechiae
-
Scarlatiniform
rash
-
General
absence of conjunctivitis, hoarseness, cough, rhinorrhea, discrete ulcerations,
and diarrhea (suggestive of viral etiology)
Diagnosis
-
swab dan kultur dari
kerongkongan/ tenggorokan :” Gold standard”, hasil dalam 24-48 jam.
-
Rapid antigen detection
test :sensitivitas 80-90%, hasil
diperoleh hanya dalam beberapa menit
-
tes-tes ini dilakukan
hanya jika ada kecurigaan klinis streptococcal pharyngitis.
-
Untuk pasien yang telah
ditetapkan menderita faringitis, keputusan klinik yang paling penting adalah
penyebab faringitis oleh kelompok A Streptococcus
atau bukan.
-
Centor criteria atau
modifikasinya adalah suatu sistem penilaian yang mendukung suatu diagnosis pada
orang dewasa untuk mengatasi kurang sensitif dan spesifik dari keputusan klinik
dan untuk menghindari pengujian laboraturium untuk semua pasien. Studi terakhir
menganjurkan pembatasan pengujian untuk pasien yang mendapatkan nilai dua atau
lebih centor criteria akan meminimalkan pengujian yang berlebihan. Pendekatan
yang paling mudah yaitu pengujian dengan konfirmasi kultur pada kasus hasil
yang negatif.
-
Uji laboraturium tidak
selayaknya tanpa menggunakan pertimbangan kriteria klinik. Hal ini disebabkan
karena hasil positif, tidak selamanya mengindikasikan faringitis. Hasil positif
mungkin juga mengindikasikan carriage (bukan infeksi aktif) oleh kelompok A Streptococcus. Kejadian carriage pada
anak kecil adalah 5% - 20% dan berkurang pada orang dewasa.
-
Ada beberapa pilihan
untuk pengujian faringitis kelompok A Streptococcus. Sediaan sekaan tenggorokan
dikultur atau digunakan untuk rapid antigen-detection test (RADT). Kultur
berupa/berwarna “gold standart” tetapi membutuhkan waktu 24-48 jam untuk mengetahui
hasilnya. RADT merupakan cara yang cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan
kultur tetapi kurang sensitif. Kultur direkomendasikan untuk anak kecil, anak
remaja, orang tua, guru sekolah denagn hasil test RADT negatif pada situasi
perjangkitan faringitis atau untuk memonitor kekebalan. Penundaan terapi karena
menunggu hasil kultur tidak memberikan efek komplikasi (meskipun beberapa
argumen bahwa penyembuhan simtomatik tertunda dan efek buruknya masih ada), dan
pasien harus diedukasi tentang manfaat menunggu hasil kultur untuk menurunkan
kemungkinan negatif palsu dari RADT.