Laporan keuangan memegang peranan penting yang memberikan berbagai informasi tentang kegiatan operasional perusahaan bagi bermacam-macam pihak. Definisi laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu :
”Laporan keuangan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai cara (seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan serta laporan lain yang kesemuanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa laporan keuangan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak tergantung dari kebutuhannya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sifatnya adalah umum, dengan demikian kebutuhan informasi tidak dapat memenuhi kebutuhan setiap penggunanya karena para investor merupakan penanam modal yang sifatnya beresiko ke perusahaan maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan para investorlah yang memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
Sementara itu di dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) diterangkan lebih lanjut mengenai tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Tujuan laporan keuangan juga disebutkan dalam Financial Accounting Standard Board, yaitu ”Financial reporting should provide information that is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational in investment, credit and similar decisions”
II.1.2. Definisi Akuntansi
Pada tahun 1941, the Committee on Therminology of America Institute of Public Accountants (Sekarang AICPA) memberikan definisi tentang akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:33) “Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in significant manner in terms of money, transactions and events which are, in part at least, of financial character, and interpreting the results there of.”
The American Accounting Association (AAA) memberikan definisi akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:33) : “Accounting is the process of identifying, measuring and communicating economic information to permit informed judgements and decision by user of information.”
Dari pertanyaan tersebut, Akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalammempertimbangkan berbagai alternative dalam mengambil keputusan oleh para pemakainya. Dalam hal ini akuntansi dinyatakan sebagai proses.
Menurut Grady, seperti yang dikutip oleh Suwardjono (1991:2) :
“Accounting is the body of knowledge and functions concerned with systematic originating, authenticating, recording, classifying, processing, summarizing, analyzing, interpreting, and supplying of dependable and significant information covering transaction and events which are, in part at least, of financial character, required for the management and operation of entity and for reports that have to be submitted there on the meet fiduciary and other responsibility”
Definisi ini menjelaskan bahwa akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan sebagai hasil pemikiran para ahli (akuntan) untuk menghasilkan seperangkat informasi yang bermanfaat. Definisi ini juga mengisyaratkan adanya proses pemilihan informasi dan proses penyediaan / pengolahan informasi tersebut. Jadi akuntansi tidak semata-mata merupakan suatu pengetahuan yang bersifat mekanis atau ketrampilan akan tetapi melibatkan suatu proses pemikiran dan penalaran.
Accounting Principles Boards (APB) Statement no. 4, menyatakan definisi akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:34) : “ Accounting is service activity. Its function is to provide quantitative information. Primarily financial in nature, about economics entities that is intended to be useful in making economic decisions, in making resolved choice among alternative courses of action.”
Menurut pernyataan di atas, akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi yang bersifat kuantitatif yang bermanfaat dan pelaporannya untuk pengambilan keputusan ekonomi bagi para pemakainya.
II.1.3. Perkembangan Akuntansi
Menurut Glautier dan Underdown (1986 : 3-8) perkembangan akuntansi dalam peranan sosialnya terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1. Stewardship Accounting
Stewardship Accounting dimulai sejak masa awal akuntansi yaitu sekitar 4500 SM hingga abad XVI. Tujuan utama akuntansi pada saat itu adalah menyediakan informasi tentang kekayaan pemilik. Pencatatan dipegang secara rahasia dan pelaporan kekayaannya tidak dipengaruhi oleh pihak luar, artinya, metode perhitungan, perlakuan akuntansi, serta penyajiannya disesuaikan dengan keinginan pemilik dan tingkat ketelitian dan keseragaman pelaporannya diragukan. Karena tidak seragam, maka laporan akuntansi antara pemilik yang berbeda tidak dapat dibandingkan, bahkan kemungkinan terjadi perbedaan perlakuan akuntansi pada periode yang berbeda dari pemilik yang sama. Laporan akuntansi dianggap sebagai catatan pribadi pemilik. Praktek akuntansi semakin berkembang di Italia pada awal masa Renaissance dan pada saat itu muncul metode pembukuan berpasangan (double-entry bookeeping) yang dikemukakan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang berjudul ”Summa de Arithmetica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” yang diterbitkan di Venice pada tahun 1494.
2. Financial Accounting
Revolusi Industri pada tahun 1760 melihat perubahan untuk perkembangan akuntansi. Berdirinya pabrik-pabrik membuat para pemilik perusahaan membutuhkan modal yang besar sehingga diterbitkan saham-saham oleh perusahaan yang memungkinkan publik menanamkan modalnya ke perusahaan. Pemilik perusahaan hanya menyetorkan modalnya pada perusahaan, dan kemudian memperoleh bagian dari laba perusahaan sebesar penyertaannya. Manajer yang mengelola pelaksanaan bisnis perusahaan dan memperoleh gaji sebagai imbalan jasanya pada perusahaan. Sehingga diperlukan suatu penyusunan laporan keuangan yang memberikan informasi kepada pemilik atau pemegang saham tentang pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal yang disetor para pemegang saham kepada perusahaan. Berbagai usaha dilakukan untuk menyajikan informasi yang akurat bagi para investor agar terhindar dari kesalahan investasi yang dilakukan pada masa itu.
3. Management Accounting
Revolusi Industri memberikan peluang bagi pengembangan akuntansi sebagai alat bagi manajemen industri. Akuntansi manajemen mengubah fokus akuntansi dari proses pencatatan dan penganalisaan transaksi ke arah penggunaan informasi bagi manajemen untuk kepentingan pengembangan perusahaan.
4. The Social Welfare Viewpoint of Accounting
Tahap ini merupakan tahap baru dari perkembangan akuntansi karena adanya revolusi sosial yang terjadi di dunia barat pada tahun-tahun belakangan ini. Teknologi yang berkembang dengan cepat dan berlebihan terkadang membuat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Masyarakat menuntut untuk terpenuhinya kebutuhan akan barang dan jasa dan mereka juga menuntut perusahaan untuk mempertanggungjawabkan masalah-masalah lingkungan dan kemanusiaan dalam setiap operasinya. Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan dari lingkup akuntansi, karena selain mempertimbangkan dampak ekonomi dari bisnis juga mempertimbangkan aspek sosialnya. Pihak manajemen diharapkan selain bertanggung jawab untuk memperoleh laba yang besar, juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap dampak sosial yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan peranan akuntansi dalam masyarakat. Dari yang hanya memberikan informasi kepada pemilik tentang kekayaannya (stewardship accounting) hingga berperan untuk memberikan informasi atas dampak sosial yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan (the social welfare viewpoint of accounting). Hal ini terjadi karena pada dasarnya akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
”Laporan keuangan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai cara (seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan serta laporan lain yang kesemuanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa laporan keuangan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak tergantung dari kebutuhannya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sifatnya adalah umum, dengan demikian kebutuhan informasi tidak dapat memenuhi kebutuhan setiap penggunanya karena para investor merupakan penanam modal yang sifatnya beresiko ke perusahaan maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan para investorlah yang memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
Sementara itu di dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) diterangkan lebih lanjut mengenai tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Tujuan laporan keuangan juga disebutkan dalam Financial Accounting Standard Board, yaitu ”Financial reporting should provide information that is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational in investment, credit and similar decisions”
II.1.2. Definisi Akuntansi
Pada tahun 1941, the Committee on Therminology of America Institute of Public Accountants (Sekarang AICPA) memberikan definisi tentang akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:33) “Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in significant manner in terms of money, transactions and events which are, in part at least, of financial character, and interpreting the results there of.”
The American Accounting Association (AAA) memberikan definisi akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:33) : “Accounting is the process of identifying, measuring and communicating economic information to permit informed judgements and decision by user of information.”
Dari pertanyaan tersebut, Akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalammempertimbangkan berbagai alternative dalam mengambil keputusan oleh para pemakainya. Dalam hal ini akuntansi dinyatakan sebagai proses.
Menurut Grady, seperti yang dikutip oleh Suwardjono (1991:2) :
“Accounting is the body of knowledge and functions concerned with systematic originating, authenticating, recording, classifying, processing, summarizing, analyzing, interpreting, and supplying of dependable and significant information covering transaction and events which are, in part at least, of financial character, required for the management and operation of entity and for reports that have to be submitted there on the meet fiduciary and other responsibility”
Definisi ini menjelaskan bahwa akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan sebagai hasil pemikiran para ahli (akuntan) untuk menghasilkan seperangkat informasi yang bermanfaat. Definisi ini juga mengisyaratkan adanya proses pemilihan informasi dan proses penyediaan / pengolahan informasi tersebut. Jadi akuntansi tidak semata-mata merupakan suatu pengetahuan yang bersifat mekanis atau ketrampilan akan tetapi melibatkan suatu proses pemikiran dan penalaran.
Accounting Principles Boards (APB) Statement no. 4, menyatakan definisi akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:34) : “ Accounting is service activity. Its function is to provide quantitative information. Primarily financial in nature, about economics entities that is intended to be useful in making economic decisions, in making resolved choice among alternative courses of action.”
Menurut pernyataan di atas, akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi yang bersifat kuantitatif yang bermanfaat dan pelaporannya untuk pengambilan keputusan ekonomi bagi para pemakainya.
II.1.3. Perkembangan Akuntansi
Menurut Glautier dan Underdown (1986 : 3-8) perkembangan akuntansi dalam peranan sosialnya terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1. Stewardship Accounting
Stewardship Accounting dimulai sejak masa awal akuntansi yaitu sekitar 4500 SM hingga abad XVI. Tujuan utama akuntansi pada saat itu adalah menyediakan informasi tentang kekayaan pemilik. Pencatatan dipegang secara rahasia dan pelaporan kekayaannya tidak dipengaruhi oleh pihak luar, artinya, metode perhitungan, perlakuan akuntansi, serta penyajiannya disesuaikan dengan keinginan pemilik dan tingkat ketelitian dan keseragaman pelaporannya diragukan. Karena tidak seragam, maka laporan akuntansi antara pemilik yang berbeda tidak dapat dibandingkan, bahkan kemungkinan terjadi perbedaan perlakuan akuntansi pada periode yang berbeda dari pemilik yang sama. Laporan akuntansi dianggap sebagai catatan pribadi pemilik. Praktek akuntansi semakin berkembang di Italia pada awal masa Renaissance dan pada saat itu muncul metode pembukuan berpasangan (double-entry bookeeping) yang dikemukakan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang berjudul ”Summa de Arithmetica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” yang diterbitkan di Venice pada tahun 1494.
2. Financial Accounting
Revolusi Industri pada tahun 1760 melihat perubahan untuk perkembangan akuntansi. Berdirinya pabrik-pabrik membuat para pemilik perusahaan membutuhkan modal yang besar sehingga diterbitkan saham-saham oleh perusahaan yang memungkinkan publik menanamkan modalnya ke perusahaan. Pemilik perusahaan hanya menyetorkan modalnya pada perusahaan, dan kemudian memperoleh bagian dari laba perusahaan sebesar penyertaannya. Manajer yang mengelola pelaksanaan bisnis perusahaan dan memperoleh gaji sebagai imbalan jasanya pada perusahaan. Sehingga diperlukan suatu penyusunan laporan keuangan yang memberikan informasi kepada pemilik atau pemegang saham tentang pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal yang disetor para pemegang saham kepada perusahaan. Berbagai usaha dilakukan untuk menyajikan informasi yang akurat bagi para investor agar terhindar dari kesalahan investasi yang dilakukan pada masa itu.
3. Management Accounting
Revolusi Industri memberikan peluang bagi pengembangan akuntansi sebagai alat bagi manajemen industri. Akuntansi manajemen mengubah fokus akuntansi dari proses pencatatan dan penganalisaan transaksi ke arah penggunaan informasi bagi manajemen untuk kepentingan pengembangan perusahaan.
4. The Social Welfare Viewpoint of Accounting
Tahap ini merupakan tahap baru dari perkembangan akuntansi karena adanya revolusi sosial yang terjadi di dunia barat pada tahun-tahun belakangan ini. Teknologi yang berkembang dengan cepat dan berlebihan terkadang membuat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Masyarakat menuntut untuk terpenuhinya kebutuhan akan barang dan jasa dan mereka juga menuntut perusahaan untuk mempertanggungjawabkan masalah-masalah lingkungan dan kemanusiaan dalam setiap operasinya. Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan dari lingkup akuntansi, karena selain mempertimbangkan dampak ekonomi dari bisnis juga mempertimbangkan aspek sosialnya. Pihak manajemen diharapkan selain bertanggung jawab untuk memperoleh laba yang besar, juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap dampak sosial yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan peranan akuntansi dalam masyarakat. Dari yang hanya memberikan informasi kepada pemilik tentang kekayaannya (stewardship accounting) hingga berperan untuk memberikan informasi atas dampak sosial yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan (the social welfare viewpoint of accounting). Hal ini terjadi karena pada dasarnya akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat.