Sains

Paradigma sains saat ini mengalami kepincangan dikarenakan adanya sikap dikotomi yang dilakukan oleh masyarakat. Sains dalam pandangan masyarakat seakan terpisah dari agama dan memiliki orientasi yang jauh berbeda yang seakan tidak ada satu titik temu antara keduanya.
Tidak dapat dipungkiri saat ini sebagian besar ilmuwan muslim tengah beruasaha untuk mengembalikan persatuan agama dan sains. Akan tetapi hal itu masih belum memperlihatkan hasil yang memuaskan karena pemahaman tentang sains sebagai bagian dari agama itu masih menjadi milik para ilmuwan dan belum menjadi pemahaman masyarakat umum.
Agama Islam dan sains merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Sains merupakan bagian dari Islam. Di dalam al-Qur’an pun telah banyak dijelaskan mengenai perintah untuk menguasai dan memahami sains. Sains merupakan sebuah pintu menuju iman, karena dengan menguasai sains manusia akan dapat merasakan kehadiran Allah sebagai Pencipta yang tak ada tandingan bagi-Nya. Sains dan akidah (keyakinan) bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan pemahaman sains manusia akan meyakini kekuasan Allah.
Ajaran Islam tidak pernah mengenal pertentantangan antara ilmu dengan iman. Basis iman adalah ilmu tidak ada pertentangan antara keduanya. Keduanya berjalan berdampingan dan saling menguatkan. Sebagaimana ungkapan Einstein tentang hal ini, yaitu ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah pincang. Tanpa ilmu iman akan mudah runtuh dan ilmu jika tidak didasari atau disertai dengan keimanan terhadap Allah SWT dapat membawa pada kesesatan dan dapat membawa kerusakan dalam kehidupan.
Keyakinan (akidah) akan dapat dicapai hanya dengan landasan ilmu dan pengetahuan, karena kekuatan akidah tidak mungkin dapat dicapai jika hanya didasarkan pada taklid dan tab‘iyah (mengekor). Seseorang akan benar-benar meyakini sesuatu jika dia memiliki pengetahuan mengenai sesuatu yang diyakininya tersebut. Demikian pula dengan keyakinan akan adanya Tuhan, seorang muslim yang sejati meyakini adanya Allah bukan semata-mata karena ajaran dogmatis yang diterima dari nenek moyang (Islam turun-temurun) akan tetapi karena dia telah mendapatkan bukti-bukti yang nyata yaitu dengan melihat kebesaran ciptaan-Nya di alam ini.
Akidah semacam itu tidak akan mudah untuk diruntuhkan karena telah memiliki pondasi yang kuat. Akidah atau keyakinan atas sesuatu yang telah didapatkan buktinya secara nyata tentu tidak akan mudah digoyahkan oleh goncangan-goncangan dari manapun datangnya. Akan tetapi jika keyakinan itu muncul hanya karena mengikuti orang lain tanpa tahu apa isinya dan apa alasannya (taklid), dengan mudah goncangan-goncangan akan menggoyahkannya.
Ibarat orang memegang sesuatu akan tetapi matanya dalam keadaan tertutup, dia tidak tahu persis apa sebenarnya yang tengah dipegangnya, dia tidak tahu apakah itu membahayakan dirinya atau tidak. Ketika tiba-tiba ada orang yang mengatakan bahwa yang dia pegang adalah ular yang sangat berbisa dan siap menggigitnya, dengan serta merta dia akan melepaskannya dan bahkan melemparkannya jauh-jauh. Demikian pula gambaran seorang muslim tanpa ilmu.
Pemahaman terhadap alam dan tingkah lakunya atau dengan kata lain penguasaan terhadap sains (Natural Science) akan mengarahkan manusia pada keyakinan adanya kekuasaan Tuhan dan kemudian keyakinan tersebut akan menguatkan keimanan manusia dan membawa pada kemajuan teknologi. Ketaqwaan terhadap Tuhan yang disertai dengan kemajuan teknologi akan menjadikannya sebagai umat yang kuat.
Di dalam al-Qur’an yang merupakan himpunan firman-firman Allah banyak sekali ayat yang memerintahkan untuk menguasai sains dan mengembangkan teknologi. Oleh karena itu, manusia yang bertaqwa sudah seyogyanya maju dalam hal sains dan teknologi dan bukan hanya menjadi konsumen bagi produk-produk teknologi orang Barat.
Di sinilah kemudian bertemu antara iman, akal dan kemampuan fisik (kekuatan fisik) yang akan menghasilkan pesatnya kemajuan dalam sains dan teknologi. Kemajuan yang dicapai tersebut akan sangat menakjubkan, karena merupakan ekspresi dari ketaqwaan terhadap Allah SWT yang terwujud dalam bentuk teori ilmu dan produk iptek untuk kesejahteraan manusia dan makhluk lainnya.
Sains merupakan bagian yang penting dalam agama Islam, karena merupakan dasar bagi seseorang untuk meyakini adanya Tuhan dan mengetahui tanda-tanda kebesaran-Nya. Oleh karena itu agama Islam selalu menekankan kepada ummatnya untuk selalu menuntut ilmu tanpa membedakan antara ilmu fikih sebagai tuntunan ibadah dan ilmu lain. Natural Science merupakan bagian penting dalam Islam karena mempelajari alam ciptaan Tuhan dan karakteristiknya yang unik. Dengan sains inilah manusia melihat betapa sangat besar kekuasaan Tuhan dan alangkah besar keajaiban ciptaan Tuhan.