Sains dan Fisika

Kata ‘ilmu pengetahuan’ atau ‘sains’ dalam bahasa Indonesia mempunyai beberapa padanan kata dalam bahasa asing antara lain; “science (dalam bahasa Inggris), wissenschaft (Jerman) atau weten schap (Belanda). Sedangkan yang di maksud dengan pengetahuan science __tanpa ada keterangan lebih lanjut __, adalah natural sciences atau ‘ilmu pengetahuan kealaman’. Natural science merupakan ilmu-ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena alam semesta, dengan segala isinya, yang termasuk kedalam natural sciences (selanjutnya disebut science) adalah ilmu-ilmu dasar ‘(basic sciences)’, disebut pula sebagai ilmu-ilmu murni (pure sciences); derivasi dari basic sciences adalah adalah applied sciences atau ilmu-ilmu terapan’, yaitu farmasi, kedokteran, pertanian, kedokteran gigi, optomeri dan lain-lain.

Ilmu-ilmu murni mempelajari gejala-gejala alam berdasarkan pengalaman, observasi, dan pengamatan. Ilmu-ilmu murni inilah yang melahirkan teori-teori tentang alam dan gejala-gejala alam yang terjadi. Di dalamnya mengkaji tentang karakteristik benda atau unsur-unsur alam dan kemudian akan diterapkan dalam ilmu terapannya.
Natural science dalam kehidupan sehari-hari bangsa indonesia kemudian biasa disebut dengan ilmu pengetahuan alam, karena ilmu ini mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Ilmu pengetahuan alam tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa cabang ilmu.
HW. Fowler menyatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunya “Science in Education”, sebagaimana dikutip oleh Abu Ahmadi menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains (dalam arti sempit) sebagai disiplin ilmu terdiri atas physical science dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, meteorology dan fisika; sedangkan life sciences meliputi biologi, Zoologi, dan fisiologi.
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam diperlukan metode khusus, yaitu dengan observasi dan pengamatan terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan alam sekitar. Hasil pengamatan itu dianalisis dan akan dapat ditarik kesimpulan mengenai gejala dan karakteristik obyek. Kesimpulan itulah yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah teori ilmu pengetahuan alam (IPA), yang berkaitan dengan hasil pengamatan tersebut.
Pengetahuan dapat di bedakan menjadi pengetahuan inderawi (jenis pengetahuan yang di dasarakan atas pengamatan indera atau pengalaman manusia sehari-hari), pengetahuan akal budi (jenis pengetahuan yang didasarkan pada akal pikiran atau rasio), pengetahaun intuitif (jenis pengetahuan yang didasarkan atas intuisi, pemahaman secara cepat), dan pengetahuan otoritatif (jenis pengetahuan yang diperoleh berdasarkan kredibilitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang di anggap ahli dalam bidangnya).
Dari pengelompokan tersebut, ilmu pengetahuan alam (sains) termasuk dalam pengetahuan inderawi, karena dalam penemuan, pemahaman dan pengembangan sains (pengetahuan kealaman) didasarkan pada pengamatan indera dan pengalaman manusia sehari-hari, setelah itu dia mengadakan observasi lebih lanjut, untuk mendapatkan pengetahuan lebih lengkap tentang pengamatan dan pengalaman tersebut. Dari hasil pengetahuan inilah kemudian akan dihasilkan pemahaman tentang alam semesta dan tingkah lakunya.
Pengamatan inderawi. Dalam diri manusia dan hewan terdapat beberapa indera yang dapat digunakan untuk mengetahui sesuatu. Ada lima macam indera yang di sebut indera eksternal ; penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan peraba. Disamping itu secara tradisional ada empat indera internal, indera sentral atau sensitivitas umum, imajinasi, memori indera dan indera estimasi.
Indera eksternal ini menjadi sarana bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan tentang alam semesta. Dengan indera penglihatan dapat dilakukan pengamatan tentang bentuk, warna, gerak dan karakter fisik lainnya, kemudian suara dapat di tangkap oleh indera pendengaran, aroma dan bau oleh indra penciuman dan sebagainya.
Pengamatan merupakan unsur pertama dalam mendapatkan ilmu pengetahuan alam (sains). Dari pengamatan panca indera (indera eksternal), manusia akan berusaha untuk mengetahuai tentang apa yang ditangkap oleh panca indera tersebut. Dia akan berusaha menyingkap rahasia-rahasia alam yang masih tersimpan dan mengembangkannya sebagai ilmu pengetahuan bagi manusia.
Dengan tersingkapnya rahasia alam satu-persatu, serta mengalirnya informasi yang di hasilkannya, jangkauan sains makin luas dan lahirlah sifat terapannya yaitu teknologi. Produk dari ilmu terapannya inilah yang nantinya banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan akan pengembanganan ilmu pengetahuan.
Produk teknologi sangat membantu manusia dalam melaksanakan tugasnya baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, termasuk dalam upaya untuk mengadakan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Social Science maupun Natural Science.
Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat dan saling mendukung. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi, sedangkan kemajuaan teknologi sangat mendukung penemuan-penemuan baru yang membawa perkembangan ilmu pengetahuan maupun melahirkan ilmu pengetahuan yang baru, karena dengan kemajuan teknologi, tercipta alat yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian dan diperolehlah ilmu pengetahuan baru. Alat-alat yang diciptakan untuk keperluan penelitian memberikan kemudahan bagi ilmuwan untuk mengadakan penelitian untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitiannya.
Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa konsep-konsep IPA menunjang teknologi yang bersangkutan dikaji secara mendalam. Dalam abad ke-21 ini hubungan antara IPA dan teknologi menjadi semakin erat, hal itu ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi modern yang didasarkan atas konsep-konsep IPA.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (sains) yang mempelajari struktur dan sifat-sifat benda alam, peristiwa atau gejala-gejala yang terjadi pada benda-benda alam serta hukum yang dipatuhinya serta melukiskannya secara matematis sehingga dapat dikenali secara kuantitatif.
Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam, oleh karena itu hakikat Fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains. Samudji mengutip pendapat dari beberapa saintis antara lain Fisher, Conant, Campbell, Bube, M.T Zen, Carin dan Sund, dan Dawson. Mereka mencoba mendefinisikan sains sebagai berikut ;
Menurut Conant sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conceptual scemes) yang saling berhubungan sebagai hasil dari experimentasi serta observasi selanjutnya (Kuslan dan Stone 1978). Menurut Fisher (1975), sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode berdasarkan observasi. Menurut Campbell, sains adalah pengetahuan (knowledge) yang bermanfaat dan praktis dan cara atau metode memperolehnya. Menurut Bube, sains adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh melaui interaksi dengannya. Menurut Kemany, seorang filosof, sains adalah semua pengetahuan yang dibangun (diperoleh) melalui metode keilmuan (Ficher 1975). Menurut Zen (1984), sains adalah suatu eksplorasi kealaman materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena-fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri. Menurut Carin dan Sund (1989), sains adalah suatu system untuk memahami semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau experimentasi yang dikontrol. Sedangkan menurut Dawson (1994), sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingin tahuan akan alam di sekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.

Sebagai cikal bakal ilmu pengetahuan modern yang dibangun oleh Galileo pada abad pertengahan Fisika merupakan gabungan antara analisis deduktif dan proses induktif dengan mengandalkan dukungan pengamatan empiris berdasar pada panca indera sebagai dasar validitas prinsip yang dikembangkan.
Fisika mengkaji karakteristik benda dan gejala-gejala alam. Gejala-gejala alam seperti hujan, angin, petir, perubahan siang dan malam, perubahan cuaca dan iklim dan lain sebagainya juga termasuk dalam kajian Fisika. Berbagai sifat dan gejala fisik yang terjadi di lingkungan kehidupan manusia merupakan obyek kajian Fisika.