c. Peta Konsep

Proses belajar mengajar akan berhasil atau mencapai tujuan apabila guru dapat menerapkan metode mengajar yang tepat dan murid dapat menggunakan metode belajar yang tepat pula. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode peta konsep.
Penjelasan materi melalui peta konsep akan memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan secara sistematis berdasarkan aturan-aturan konsep yang disusun melalui peta konsep.
Menurut Ausebel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi, yaitu materi pelajaran disampaikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk penerimaan yang menyajikan informasi dalam bentuk final maupun dalam bentuk penemuan yang mengharuskan siswa menemukan sendiri materi yang diajarkan. Pada tingkat kedua, mengaitkan informasi pada pengetahuan yang dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Siswa juga dapat menghapalkan informasi itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hapalan.

Teori belajar Ausebel mendasari munculnya gagasan peta konsep, menurut Ratna Wilis Dahar peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi (dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata dalam suatu unit semantik).
Inti dari teori belajar Ausebel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Peta konsep merupakan suatu model belajar yang dapat menciptakan belajar bermakna. Dalam belajar bermakna siswa dapat menghubungkan / mengaitkan informasi pada pengetahuan (berupa konsep-konsep) yang telah dimilikinya. Model peta konsep mambantu siswa dalam memahami konsep yang akan dipelajari. Dengan memahami materi maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Dengan demikian diharapkan hasil belajar siswa juga akan meningkat.
Dengan kata lain peta konsep adalah suatu gambar yang tersusun atas konsep-konsep yang berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep. Adapun yang dimaksud dengan pemetaan konsep adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut.
Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Strategi belajar bermakna yang menggunakan peta konsep meliputi peta konsep yang disiapkan oleh guru dan siswa. Untuk menyusun peta konsep diperlukan pemahaman tentang ciri atau karakteristik peta konsep. Menurut Ratna Wilis Dahar terdapat beberapa ciri peta konsep :
a. Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi suatu mata pelajaran.
b. Peta konsep tidak hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga hubungan antara konsep-konsep itu.
c. Pada peta konsep, konsep yang paling inklusif terdapat pada puncak, lalu menurun hingga sampai pada konsep-konsep yang lebih khusus.
Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam penyusunan peta konsep adalah sebagai berikut :
a. Memilih bacaan yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
b. Menentukan konsep-konsep inti.
c. Mengurutkan konsep-konsep dari yang paling umum ke yang paling khusus.
d. Menempatkan konsep yang paling umum dipuncak dan yang paling khusus di dasar peta.
e. Menghubungkan konsep dengan kata-kata atau tanda penghubung.
Penyusunan peta konsep mempunyai beberapa tujuan yaitu :
a. Menyelidiki konsep apa yang telah diketahui siswa.
b. Menolong siswa mempelajari cara belajar konsep.
c. Mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa.
d. Sebagai alat evaluasi.