1.Syarat hidup mangrove
Mangrove membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk dapat tumbuh dan berkembang. Chapman (1975) dalam Arisandi (2001) mengemukakan 7 persyaratan utama yang diperlukan mangrove untuk dapat tumbuh dengan baik, yaitu :
a.Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5 oC dan suhu rata-rata pada bulan terdingin tidak kurang dari 20 oC.
b.Arus laut yang tidak terlalu deras.
c.Tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat misalnya estuari, teluk, laguna, delta dan tanjung.
d.Topografi pantai yang datar/landai.
e.Keberadaan air laut.
f.Fluktuasi pasang surut yang cukup besar, yang terasosiasi dengan topografi pantai yang landai.
g.Keberadaan lumpur atau sedimentasi.
Pohon-pohon mangrove adalah tumbuhan halofit, tahan terhadap tanah yang mengandung kadar garam tinggi dan genangan air laut (Odum, 1971 dalam Habibi, 2003). Pohon bakau mempunyai tekanan osmosis tinggi dalam cairan selnya, dan karena itu sistem akarnya berdaya absorbsi lebih tinggi daripada larutan tanahnya. Kondisi ini mempermudah tumbuhan untuk menyerap air walaupun pada waktu salinitas air muara itu meningkat, potensial osmosis tinggi terjadi karena bertumpuknya zat organik atau akibat garam mineral yang terserap dari medium beragam (Ewusie, 1990 dalam Arisandi 2001).
2. Fungsi Mangrove
Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir pantai dari gempuran badai (Khazali, 1999). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Khazali, 1999). Pada awalnya, proses pengikatan sedimen oleh mangrove dianggap sebagai suatu proses yang aktif, dimana jika terdapat mangrove otomatis akan terdapat tanah timbul. Berbagai penelitian (Van Steenis, 1958 dan Chapman, 1977) kemudian menyebutkan bahwa proses pengikatan dan penstabilan tersebut ternyata hanya terjadi pada pantai yang telah berkembang. Satu hal yang penting adalah vegetasi mangrove mempunyai peranan yang besar dalam mempertahankan lahan yang telah dikolonisasinya, terutama dari ombak dan arus laut (Khazali, 1999).
Mangrove membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk dapat tumbuh dan berkembang. Chapman (1975) dalam Arisandi (2001) mengemukakan 7 persyaratan utama yang diperlukan mangrove untuk dapat tumbuh dengan baik, yaitu :
a.Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5 oC dan suhu rata-rata pada bulan terdingin tidak kurang dari 20 oC.
b.Arus laut yang tidak terlalu deras.
c.Tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat misalnya estuari, teluk, laguna, delta dan tanjung.
d.Topografi pantai yang datar/landai.
e.Keberadaan air laut.
f.Fluktuasi pasang surut yang cukup besar, yang terasosiasi dengan topografi pantai yang landai.
g.Keberadaan lumpur atau sedimentasi.
Pohon-pohon mangrove adalah tumbuhan halofit, tahan terhadap tanah yang mengandung kadar garam tinggi dan genangan air laut (Odum, 1971 dalam Habibi, 2003). Pohon bakau mempunyai tekanan osmosis tinggi dalam cairan selnya, dan karena itu sistem akarnya berdaya absorbsi lebih tinggi daripada larutan tanahnya. Kondisi ini mempermudah tumbuhan untuk menyerap air walaupun pada waktu salinitas air muara itu meningkat, potensial osmosis tinggi terjadi karena bertumpuknya zat organik atau akibat garam mineral yang terserap dari medium beragam (Ewusie, 1990 dalam Arisandi 2001).
2. Fungsi Mangrove
Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir pantai dari gempuran badai (Khazali, 1999). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Khazali, 1999). Pada awalnya, proses pengikatan sedimen oleh mangrove dianggap sebagai suatu proses yang aktif, dimana jika terdapat mangrove otomatis akan terdapat tanah timbul. Berbagai penelitian (Van Steenis, 1958 dan Chapman, 1977) kemudian menyebutkan bahwa proses pengikatan dan penstabilan tersebut ternyata hanya terjadi pada pantai yang telah berkembang. Satu hal yang penting adalah vegetasi mangrove mempunyai peranan yang besar dalam mempertahankan lahan yang telah dikolonisasinya, terutama dari ombak dan arus laut (Khazali, 1999).
Peranan mangrove dalam menunjang kegiatan perikanan dapat disarikan dalam dua hal. Pertama, mangrove berperan penting dalam siklus hidup berbagai jenis ikan, udang dan molluska, karena lingkungan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan-bahan organik yang masuk ke dalam rantai makanan. Kedua, mangrove merupakan pemasok bahan organik, sehingga dapat menyediakan makanan untuk organisme yang hidup pada perairan sekitarnya. Produksi serasah mangrove berperan penting dalam mempertahankan kesuburan perairan pesisir, karena hutan mangrove dianggap yang paling produktif diantara ekosistem pesisir (Odum, 1974 dalam Burhan, 1991). Di Indonesia, produksi serasah mangrove berkisar antara 7-8 ton/ha/tahun (Nontji, 1986).
Peran atau fungsi ekosistem mangrove (Burhan, 1991) adalah:
a.Habitat biota
Kondisi spesifik yang terbentuk pada komunitas mangrove ini sesuai bagi biota air untuk memijah, asuhan, berlindung, mencari pakan. Disamping itu banyak pula berbagai jenis burung laut, monyet, reptilia dan lainnya yang memanfaatkan habitat tersebut untuk migrasi mencari mangsa, perlindungan, peristirahatan dan sebagainya dalam suatu sistem jaringan yang kompleks.
b.Perlindungan pantai
Hembusan angin dan gelombang air laut dapat menyebabkan erosi atau abrasi pantai, keadaan ini dapat diredam oleh komunitas vegetasi mangrove melalui sistem perakarannya dan lapisan tajuk pada formasi pohon yang cukup rapat. Sistem alami tersebut mampu memperkuat garis pantai, sehingga kelestarian fungsinya tetap terpelihara. Perlindungan pantai dengan sistem bioproteksi ini sangat baik untuk konservasi kehidupan biota di wilayah pesisir maupun daratan, yang habitatnya pada vegetasi mangrove.
c.Sumber pakan
Proses perombakan bahan organik yang terjadi dalam vegetasi mangrove dengan sistem dekomposernya, merupakan penyumbang pakan bagi perairan di sekitarnya. Proses peluruhan daun, aliran air dari sungai yang membawa nutrien, pengaruh pasang surut, turbulensi air dan pengaruh muara sungai akan memperkaya hara mineral dan menambah kesuburan perairan pesisir tersebut, yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan biota di wilayah pesisir.
d.Netralisasi limbah dan pencegah intrusi
Sistem peredaran hara terbuka pada vegetasi mangrove sangat efektif untuk menunjang proses purifikasi alami dan netralisasi limbah organik, melalui mekanisme siklus materi dan rantai makanan alami. Telah dibuktikan bahwa daun mangrove mampu menyerap unsur Na, Cl dan Mg melalui sistem perakarannya yaitu: akar nafas, akar lutut atau akar banir dan akar tunjang, sehingga mekanisme tersebut akan dapat mencegah intrusi (perembesan) air laut masuk ke lapisan tanah di daratan. Struktur hutan mangrove juga berperan sebagai zona penyangga kawasan pantai, sehingga juga berperan sebagai filter aliran limbah yang berasal dari daratan masuk ke perairan pesisir.
e.Fungsi ekonomi
Beberapa genera pohon bakau, diantaranya Rhizophora, mempunyai nilai ekonomi, baik untuk bahan baku arang, kayu bakar, bahan bangunan, bahan serat sintetis, bahan obat, bahan makanan, bahan penyamak (tanin) dan bahan gula (Nypha spp) dan lainnya.
Peran atau fungsi ekosistem mangrove (Burhan, 1991) adalah:
a.Habitat biota
Kondisi spesifik yang terbentuk pada komunitas mangrove ini sesuai bagi biota air untuk memijah, asuhan, berlindung, mencari pakan. Disamping itu banyak pula berbagai jenis burung laut, monyet, reptilia dan lainnya yang memanfaatkan habitat tersebut untuk migrasi mencari mangsa, perlindungan, peristirahatan dan sebagainya dalam suatu sistem jaringan yang kompleks.
b.Perlindungan pantai
Hembusan angin dan gelombang air laut dapat menyebabkan erosi atau abrasi pantai, keadaan ini dapat diredam oleh komunitas vegetasi mangrove melalui sistem perakarannya dan lapisan tajuk pada formasi pohon yang cukup rapat. Sistem alami tersebut mampu memperkuat garis pantai, sehingga kelestarian fungsinya tetap terpelihara. Perlindungan pantai dengan sistem bioproteksi ini sangat baik untuk konservasi kehidupan biota di wilayah pesisir maupun daratan, yang habitatnya pada vegetasi mangrove.
c.Sumber pakan
Proses perombakan bahan organik yang terjadi dalam vegetasi mangrove dengan sistem dekomposernya, merupakan penyumbang pakan bagi perairan di sekitarnya. Proses peluruhan daun, aliran air dari sungai yang membawa nutrien, pengaruh pasang surut, turbulensi air dan pengaruh muara sungai akan memperkaya hara mineral dan menambah kesuburan perairan pesisir tersebut, yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan biota di wilayah pesisir.
d.Netralisasi limbah dan pencegah intrusi
Sistem peredaran hara terbuka pada vegetasi mangrove sangat efektif untuk menunjang proses purifikasi alami dan netralisasi limbah organik, melalui mekanisme siklus materi dan rantai makanan alami. Telah dibuktikan bahwa daun mangrove mampu menyerap unsur Na, Cl dan Mg melalui sistem perakarannya yaitu: akar nafas, akar lutut atau akar banir dan akar tunjang, sehingga mekanisme tersebut akan dapat mencegah intrusi (perembesan) air laut masuk ke lapisan tanah di daratan. Struktur hutan mangrove juga berperan sebagai zona penyangga kawasan pantai, sehingga juga berperan sebagai filter aliran limbah yang berasal dari daratan masuk ke perairan pesisir.
e.Fungsi ekonomi
Beberapa genera pohon bakau, diantaranya Rhizophora, mempunyai nilai ekonomi, baik untuk bahan baku arang, kayu bakar, bahan bangunan, bahan serat sintetis, bahan obat, bahan makanan, bahan penyamak (tanin) dan bahan gula (Nypha spp) dan lainnya.