Teori Inteligensi Charles Edward Spearman
Charles Edward Spearman merupakan tokoh yang populer dalam teori inteligensi. Pandangan Spearman tentang inteligensi dapat kita lihat dalam teori inteligensinya yang terkenal dengan nama teori dua faktor (two-factor theory).
Berdasarkan hasil penelitiannya, Spearman menyimpulkan bahwa kecerdasan ada dua. Yaitu kecerdasan umum yang dalam penelitiannya disebut dengan factor “g”(general). dan kecerdasan khusus yang dalam penelitiannya disebut factor “s” (special). Dimana factor “g” adalah kecerdasan umum yang dimiliki oleh semua individu (memang sudah pada dasarnya) sedangkan factor “s” diperoleh dari pengalaman. Menurut Spearman, kedua factor ini saling bekerja sama menjadi satu kesatuan. Kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum maupun kemampuan khusus. Jadi keduanya memberikan sumbangan pada setiap perilaku yang intelegen.
Menurut Spearman, definisi inteligensi mengandung dua komponen kualitatif yang penting. Dua komponen kualitatif itu adalah komponen eduksi relasi (eduction of relation) dan komponen eduksi korelasi (eduction of correlate). Dua komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Eduksi relasi adalah kemampuan untuk menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku atau terjadi di antara dua hal yang dipaparkan. Eduksi relasi ini contohnya seperti dalam menemukan hubungan yang terdapat di antara dua kata ‘pandai-pintar’. Hubungan relasi antara dua kata ‘pandai-pintar’ ini adalah hubungan padanan kata atau sinonim.
2. Eduksi korelasi adalah kemampuan untuk menerapkan hubungan dasar yang telah ditemukan dalam proses eduksi relasi sebelumnya ke dalam situasi baru. Eduksi korelasi ini contohnya jika telah diketahui bahwa hubungan antara kata ‘pandai’ dan ‘pintar merupakan hubungan padanan kata atau sinonim, maka hubungan ini dapat diterapkan dalam pertanyaan ‘gembira-...’.
Dalam teorinya tersebut, Spearman juga menyatakan bahwa terdapat lima prinsip kuantitatif dalam kognisi. Lima prinsip kuatitatif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Energi mental, bahwa setiap fikiran cenderung untuk menjaga total output kognitif simultannya dalam kuantitas yang tetap meski bagaimanapun variasi kualitatifnya.
2. Kekuatan menyimpan (retentivity), bahwa terjadinya peristiwa kognitif dapat menimbulkan kecenderungan untuk terulang lagi.
3. Kelelahan, bahwa terjadinya peristiwa kognitif dapat menimbulkan kecenderungan untuk melawan terulangnya peristiwa atau kejadian tersebut.
4. Kontrol konatif, bahwa intensitas kognisi dapat dikendalikan oleh konasi (motivasi).
5. Potensi primordial, bahwa setiap manifestasi keempat prinsip kuantitatif terdahulu akan ditimbun di atas potensi awal individu yang bervariasi.
Beberapa kelebihan-kelebihan two-factors theory yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Two-factors theory ini memiliki basis riset atau penelitian yang mendukung.
2. Inteligensi atau kecerdasan umum menurut Spearman ini dapat terukur dalam tes inteligensi.
3. Teori ini menekankan pentingnya faktor ‘g’ yang mampu mewakili semua tes yang memiliki kesamaan. Hal inipun memberikan implikasi pada efisiensi pengukuran.
4. Beberapa ahli menyatakan bahwa inteligensi atau kecerdasan umum ini dimiliki oleh setiap individu dan dapat diaplikasikan untuk memprediksi kesuksesan atau prestasi yang bersifat akademis dan pekerjaan.
5. Dalam bidang pendidikan, pengukuran yang valid terhadap faktor ‘g’ dapat dipergunakan sebagai dasar perencanaan, pengaturan, dan perlakuan pendidikan yang tepat bagi peserta didik agar peserta didik dapat berhasil dalam bidang akademik secara optimal.
6. Dalam kehidupan sosial, pengukuran yang valid terhadap faktor ‘g’ pada individu-individu ini dapat dijadikan dasar berinteraksi dengan lingkungan sosial dengan tujuan agar individu-individu tersebut dapat mendapatkan kenyamanan sosial dalam menjalankan kehidupannya.
Beberapa kelemahan-kelemahan two-factors theory yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Teori ini dipandang terlalu sempit dalam memaknai inteligensi karena lebih menekankan pada faktor ‘g’ yang mencakup kemampuan berbahasa, logika dan matematis. Padahal inteligensi mencakup konsep yang lebih kompleks dan luas
2. Kurangnya perhatian pada faktor ‘s’ atau inteligensi yang bersifat spesifik pada masing-masing individu.
3. Beberapa ahli, seperti Sternberg, menyatakan bahwa inteligensi yang terukur ini hanyalah satu bagian dari inteligensi yang sesungguhnya dan bagian ini hanya terlihat pada mereka yang memiliki kecerdasan akademik. Padahal masih banyak bagian-bagian inteligensi yang lainnya yang tidak kalah penting perannya.
Charles Edward Spearman merupakan tokoh yang populer dalam teori inteligensi. Pandangan Spearman tentang inteligensi dapat kita lihat dalam teori inteligensinya yang terkenal dengan nama teori dua faktor (two-factor theory).
Berdasarkan hasil penelitiannya, Spearman menyimpulkan bahwa kecerdasan ada dua. Yaitu kecerdasan umum yang dalam penelitiannya disebut dengan factor “g”(general). dan kecerdasan khusus yang dalam penelitiannya disebut factor “s” (special). Dimana factor “g” adalah kecerdasan umum yang dimiliki oleh semua individu (memang sudah pada dasarnya) sedangkan factor “s” diperoleh dari pengalaman. Menurut Spearman, kedua factor ini saling bekerja sama menjadi satu kesatuan. Kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum maupun kemampuan khusus. Jadi keduanya memberikan sumbangan pada setiap perilaku yang intelegen.
Menurut Spearman, definisi inteligensi mengandung dua komponen kualitatif yang penting. Dua komponen kualitatif itu adalah komponen eduksi relasi (eduction of relation) dan komponen eduksi korelasi (eduction of correlate). Dua komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Eduksi relasi adalah kemampuan untuk menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku atau terjadi di antara dua hal yang dipaparkan. Eduksi relasi ini contohnya seperti dalam menemukan hubungan yang terdapat di antara dua kata ‘pandai-pintar’. Hubungan relasi antara dua kata ‘pandai-pintar’ ini adalah hubungan padanan kata atau sinonim.
2. Eduksi korelasi adalah kemampuan untuk menerapkan hubungan dasar yang telah ditemukan dalam proses eduksi relasi sebelumnya ke dalam situasi baru. Eduksi korelasi ini contohnya jika telah diketahui bahwa hubungan antara kata ‘pandai’ dan ‘pintar merupakan hubungan padanan kata atau sinonim, maka hubungan ini dapat diterapkan dalam pertanyaan ‘gembira-...’.
Dalam teorinya tersebut, Spearman juga menyatakan bahwa terdapat lima prinsip kuantitatif dalam kognisi. Lima prinsip kuatitatif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Energi mental, bahwa setiap fikiran cenderung untuk menjaga total output kognitif simultannya dalam kuantitas yang tetap meski bagaimanapun variasi kualitatifnya.
2. Kekuatan menyimpan (retentivity), bahwa terjadinya peristiwa kognitif dapat menimbulkan kecenderungan untuk terulang lagi.
3. Kelelahan, bahwa terjadinya peristiwa kognitif dapat menimbulkan kecenderungan untuk melawan terulangnya peristiwa atau kejadian tersebut.
4. Kontrol konatif, bahwa intensitas kognisi dapat dikendalikan oleh konasi (motivasi).
5. Potensi primordial, bahwa setiap manifestasi keempat prinsip kuantitatif terdahulu akan ditimbun di atas potensi awal individu yang bervariasi.
Beberapa kelebihan-kelebihan two-factors theory yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Two-factors theory ini memiliki basis riset atau penelitian yang mendukung.
2. Inteligensi atau kecerdasan umum menurut Spearman ini dapat terukur dalam tes inteligensi.
3. Teori ini menekankan pentingnya faktor ‘g’ yang mampu mewakili semua tes yang memiliki kesamaan. Hal inipun memberikan implikasi pada efisiensi pengukuran.
4. Beberapa ahli menyatakan bahwa inteligensi atau kecerdasan umum ini dimiliki oleh setiap individu dan dapat diaplikasikan untuk memprediksi kesuksesan atau prestasi yang bersifat akademis dan pekerjaan.
5. Dalam bidang pendidikan, pengukuran yang valid terhadap faktor ‘g’ dapat dipergunakan sebagai dasar perencanaan, pengaturan, dan perlakuan pendidikan yang tepat bagi peserta didik agar peserta didik dapat berhasil dalam bidang akademik secara optimal.
6. Dalam kehidupan sosial, pengukuran yang valid terhadap faktor ‘g’ pada individu-individu ini dapat dijadikan dasar berinteraksi dengan lingkungan sosial dengan tujuan agar individu-individu tersebut dapat mendapatkan kenyamanan sosial dalam menjalankan kehidupannya.
Beberapa kelemahan-kelemahan two-factors theory yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Teori ini dipandang terlalu sempit dalam memaknai inteligensi karena lebih menekankan pada faktor ‘g’ yang mencakup kemampuan berbahasa, logika dan matematis. Padahal inteligensi mencakup konsep yang lebih kompleks dan luas
2. Kurangnya perhatian pada faktor ‘s’ atau inteligensi yang bersifat spesifik pada masing-masing individu.
3. Beberapa ahli, seperti Sternberg, menyatakan bahwa inteligensi yang terukur ini hanyalah satu bagian dari inteligensi yang sesungguhnya dan bagian ini hanya terlihat pada mereka yang memiliki kecerdasan akademik. Padahal masih banyak bagian-bagian inteligensi yang lainnya yang tidak kalah penting perannya.