PEMBUATAN TABLET :
PIROXICAM
TANGGAL
MULAI : 30 November 2011
TANGGAL SELESAI : 30 November 2011
BAGIAN PENGAWASAN MUTU
No.
|
NAMA
|
NIM
|
TT
|
1.
|
Intan
Agritha
|
050911183
|
|
2.
|
Della
Amanda U.
|
050911185
|
EVALUASI TABLET
I. PENGUJIAN MUTU PRODUK JADI.
1.
KESERAGAMAN BOBOT TABLET.
ALAT : Timbangan analitik
PROSEDUR : FI III hal. 7
Tablet
tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut : timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan kolom A. Dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20
tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak
satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom B.
Bobot tablet yang
direncanakan : 200 mg
Rentang bobot : ± 5
% (20 mg)
(180 mg – 220 mg)
NO.
|
BOBOT TABLET ( mg )
|
NO.
|
BOBOT TABLET (mg )
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
198.9
198.7
198.6
199.0
199.1
199.4
198.0
197.5
197.5
197.6
|
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
|
199.8
197.4
199.4
199.0
198.2
197.2
198.4
199.1
198.5
197.7
|
Bobot tablet rata-rata : 198.45 mg
Kesimpulan :
Bobot tablet
rata-rata adalah 198.45 mg, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa bobot
tablet memenuhi syarat bobot tablet yang diinginkan, yaitu 200 mg.
2. KESERAGAMAN UKURAN TABLET
ALAT : Jangka sorong
PROSEDUR :
Ambil 5-10 tablet
Ukur diameter dan tebal masing-masing
tablet. Jadi diperoleh data mengenai D (diameter ) dan L (tebal) kemudian
dilakukan perhitungan D/T
NO.
|
DIAMETER
(mm )
|
TEBAL
( mm )
|
D/T
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
9,00
9,00
9,00
9,00
9,00
|
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
|
4,09
4,09
4,09
4,09
4,09
|
Rata-rata : 4,09
Persyaratan
: FI III hal. 6
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Kesimpulan :
Dari
data di atas dapat disimpulkan bahwa diameter tablet lebih dari 3 kali tebal
tabet. Hal ini tidak sesuai dengan salah satu persyaratan yang tertera pada
pustaka, yaitu bahwa diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet. Namun pada FI IV tidak mencantumkan adanya
persyaratan keseragaman ukuran tablet maka persyaratan di FI III dianggap tidak
berlaku lagi. Hal ini bisa terlihat, dipasaran juga terdapat tablet yang tidak
memakai persyaratan tersebut tetapi masih tetap boleh beredar.
3. WAKTU HANCUR TABLET.
ALAT
:
ERWEKA Disintegrator Tester
PROSEDUR :
FI IV hal. 1087
Tablet tidak bersalut: Masukkan 1 tablet
pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung
dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 370 ± 20 sebagai media dengan volume 900 ml (kecuali dinyatakan
menggunakan cakram lain dalam masing-masing monografi). Pada akhir batas waktu
seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet.
Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya : tidak kurang dari 16 dari
18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Waktu hancur
: 35 detik tablet
sudah hancur seluruhnya.
Persyaratan : FI III hal 7
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada
bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari
zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tidak boleh lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak boleh lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
bersalut selaput. Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian
menggunakan tablet satu per satu, kemudian ulangi menggunakan 5 tablet dengan
cakram penunutun. Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat
diatas.
Kesimpulan :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
waktu hancur tablet Piroxicam tersebut memenuhi syarat. Karena dengan waktu 35
detik, semua tablet yang dimasukkan dalam alat uji waktu hancur dengan suhu 370 ± 20C dapat hancur semua.
4. KEKERASAN TABLET.
ALAT : Erweka Hardness Teste - Type Tbh 220
PROSEDUR :
1. Diambil tablet dari proses pembuatan
berlangsung kemudian ditimbang
2. Tablet diletakkan ke dalam alat, posisikan
alat diatur sedemikian rupa sampai tanda stop terlihat menyala
3. Tekan tombol start sampai tablet pecah
4. Dibaca angka yang ditunjukkkan skala
5. Sisa pecahan tablet diambil dari alat
6. Atur kembali posisi alat ke posisi awal
kemudian ulangi 10 kali
NO.
|
KEKERASAN
( k p )
|
NO.
|
KEKERASAN
( k p )
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
6.07
5.82
5.00
6.13
5.96
4.69
5.82
6.69
5.63
5.38
|
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
|
5.94
6.13
5.75
5.57
5.88
5.94
5.75
5.94
5.63
6.32
|
Rata-rata : 5.80
Persyaratan : Pharmaceutical
Technology Fundamental Pharmaceutics p. 82
kekerasan tablet yang optimal tidak kurang
dari (4 - 8) kp
Kesimpulan :
Dari data di atas dapat disimpulkan
bahwa kekerasan tablet Asetosal yang diuji tersebut memenuhi persyaratan karena
kekerasan tablet rata-rata adalah 5.80 kP.
5.
KERAPUHAN TABLET.
ALAT
: Erweka Friabilator
PROSEDUR
:
1. Bersihkan 10 tablet kemudian ditimbang (Wo/bobot awal)
2. Masukkan tablet tersebut dalam alat (pan pemutar)
3. Atur tombol pemutar 25 rpm selama 4 menit
4. Setelah pemutaran berhenti, bersihkan
tablet, kemudian timbang (bobot akhir)
5. Hitung % kerapuhan tablet dengan cara
x 100 %
NO.
|
Bobot awal
( g )
|
Bobot akhir ( g )
|
Kerapuhan
( % )
|
3.9568
3.9528
3.9562
|
3.9489
3.9482
3.9444
|
0.2 %
0.1 %
0.3 %
|
Persyaratan : The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy
Maksimum kerapuhan berat tablet yang berkurang 0,5
– 1%
Kesimpulan :
Dari data di atas
dapat disimpulkan bahwa dari uji kerapuhan yang telah dilakukan memenuhi syarat
yang ditentukan, karena kerapuhan tablet rata-rata adalah 0.2 %
II. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah membuat tablet piroxicam. Pembuatan tablet
piroxicam ini menggunakan cara cetak langsung, Dengan adanya bahan tambahan
yang lebih besar jumlahnya daripada bahan obat (minimal 3x jumlah bahan obat),
maka sifat alir dan kompaktibilitas bahan obat akan dapat diperbaiki oleh bahan
tambahan itu, sehingga bahan obat menjadi lebih mudah mengalir dan lebih
kompaktibel.
Oleh karena bahan tambahan harus dapat memperbaiki sifat alir dan
kompaktibilitas bahan obat, maka bahan tambahan sendiri harus memiliki sifat
alir dan kompaktibilitas yang baik pula. Digunakan campuran SDL dan Avicel PH
102. SDL mempunyai sifat alir yang bagus tetapi kompaktibilitasnya kurang.
Sedangkan Avicel PH 102 memiliki sifat alir yang kurang tetapi
kompaktibilitasny sangat bagus. Dengan digunakan cmapuran ini diharapkan kekompaktibilitas
yang kurang bagus daripada SDL dapat diperbaiki oleh Avicel PH 102, begitu juga
sifat alir Avicel PH 102 yan kurang bagus dapat diperbaiki oleh SDL.
Semakin kompak daripada massa tablet, maka kekerasannya akan semakin
tinggi dan tingkat kerapuhannya akan semakin menurun. Ini dibuktikan dengan
nilai rata – rata kerapuhan tablet yang rendah yaitu 0,2%. Avicel juga dapat
digunakan sebagai disintegrant namun kadarnya adalah 5-15%, sehingga Avicel
dalam formula ini tidak digunakan sebagai disintegrant. Meskipun begitu,
disintegrasi daripada tablet sudah lebih dari memenuhi persyaratan yaitu kurang
dari 35 detik semua tablet sudah terdisintegrasi.
Bobot daripada tablet yang dihasilkan sudah memenuhi spesifikasi,
dibuktikan dengan berat rata – rata daripada tablet yang dihasilkan adalah
198,45 mg dan semua data masuk rentang antara 190 mg – 210 mg.
III. KESIMPULAN
Meskipun pengujian yang sudah dilakukan sudah memenuhi persyaratan,
tetapi formulai ini masih belum dapat diproduksi dengan skala produksi, dan
juga karena belum dilakukan analisis terhadap kadar zat, disolusi, dll. Dan
juga masih perlu dilakukan optimasi terhadap komposisi campuran antara avicel
dengan SDL agar didapatkan formula yang terbaik.
Surabaya,
30 November 2011
Bagian Pengawasan Mutu
No.
|
NAMA
|
T . T.
|
1.
|
Intan
Agritha
|
1.
|
2.
|
Della
Amanda U.
|
2.
|
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Anonim. 1979.
Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. p. 43.
2.
Anonim. Merck Index 12th ed.p. 144.
3.
Anonim. 1994.
The Pharmaceutical Codex Principles &
Practice of Pharmaceutics 12th ed. London : The Pharmaceutical Press. p.
742-743.
4.
Crennaro,A.R, 2000, Remington
: The Science and Practise of Pharmacy vol I, Philadelphia College
of Pharmacy and Science, Philadelphia, p. 1048,1134, 1636.
5.
Reynolds, J.E.F, 1982, Martindale The Extra Pharmacopoeia, 28th
ed, the Pharmaceutical Press, London, p.235-240.
6.
Sucker, H., 1982, Test Methods for Granulates, Pharm. Ind., 44, Nr. 3, p.
312 – 316.
7.
Carstensen, J. T., 1977, Pharmaceutics
of Solids and Solid Dosage Forms, John Wiley & Sons, New York, p. 230.
8.
Kibbe, A.H, 2000, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th ed, The
Pharmaceutical Press., London, hal 132;188;396;431.
9.
Wells, J.I., 1988,
Pharmaceutical Preformulation : The Physicochemical Properties of Drug
Substances, Ellis Horwood Ltd., England,
p. 211-214.