JAULAH


TERMINOLOGI & IDENTITAS JAMA’AH TABLIGH (JAULAH)

Pemberian nama "jaulah" sebenarnya dari orang di luar mereka. Begitu juga dengan nama "Jam’iyyah Tabligh". Bahkan mereka sendiri mengaku tidak mempunyai nama. Sedangkan arti kata jaulah adalah sama dengan silaturahmi dalam bahasa arab. Dan jaulah adalah satu bentuk amalan yang diajarkan dalam gerakan ini serta merupakan amalan yang punya derajat tertinggi.

HISTORI

Jaulah atau juga dikenal dengan Jama’atut Tabligh ialah jama’ah islamiyyah yang lebih bisa dikategorikan sebagai kumpulan yang orang-orang yang senantiasa memberikan nasehat dari pada disebut sebagai sebuah organisasi. Karenanya meskipun bergerak secara kolektif, sistematik dan terkontrol serta mempunyai kepemimpinan yang struktural - konon kabarnya, pimpinan tertinggi mereka ditunjuk langsung oleh Rosululloh saw. melalui mimpi orang-orang teratasnya - dan juga aktif mengadakan pertemuan berkala setiap tahun yang diistilahkan dengan zuur atau ijtima’. Jama’ah ini tetap tidak memiliki susunan kepengurusan yang bersifat organisatoris. Bahkan nama jaulah atau jam’at at tabligh sendiri, menurut pengakuan anggotanya, bukan berasal dari kalangan mereka tetapi pemberian masyarakat luar, setelah melihat gaya dakwah keliling yang mereka lakukan. Dan untuk saat ini – sambung anggota yang lain – jaulah tidak memiliki pimpinan tertinggi, karena Rosululloh belum menunjukan siapa yang dirasa pantas memegang kendali gerakan agung ini. Namun sayang ia tidak menyebutkan siapa saja orang yang pernah menduduki posisi tersebut.
Di dalam menjalankan misi dakwahnya, jama’ah ini lebih menitik beratkan pada keutamaan-keutamaan amal ibadah yang ada di dalam islam. Dan menekankan kepada setiap pengikutnya agar selalu meluangkan waktu guna berpartisipasi aktif menyampaikan dan menyampaikan dakwah ini tanpa mengikatkan diri ke dalam fanatisme organisasi tertentu, baik yang bergerak di bidang politik ataupun sosial keagamaan. Mereka mengintruksikan kepada segenap anggotanya agar berbaur dengan orang-orang islam lainya baik di masjid-masjid, di rumah-rumah atau tempat perkumpulan lain. Lalu memberikan nasehat, bimbingan, serta mendorongnya agar ikut keluar menyuarakan dakwah seperti yang telah mereka lakukan. Mereka juga berpesan kepada anggotanya jangan sampai melakukan perdebatan-perdebatan sesama kaum muslimin.
Jama’ah ini dirintis oleh seorang tokoh yang bernama Syeikh Maulana Muhammad Ilyas putra ketiga (setelah Syeikh Muhammad dan Syeikh Muhammad Yahya) dari seorang rohaniawan besar bernama Syeikh Muhammad Ismail yang konon nasabnya sampai kepada Sayyid Abu Bakar as Shiddiq r.a. Beliau lahir pada tahun 1303 H.(1886 M.) di Desa Kandahlah daerah India. Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat dasarnya beliau dipermulaan tahun 1315 H. diajak kakak keduanya untuk ikut serta berguru ilmu-ilmu agama dan kebersihan nurani kepada seorang pembaharu terkemuka yang bernama Syeikh Rosyid Ahmad al Gangohi di Desa Gangoh, kawasan Saharanpur, wilayah Bangladesh India.
Setelah sepuluh tahun berguru pada Syeikh Gangohi, pada tahun 1326 H. beliau pergi ke Deoban untuk mengikuti pelajaran As Syeikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syeikh Hind ketua pengajar dan guru hadits At Turmudzi dan sohih Bukhori di Dar el Ulum Deoban. Beliau juga melakukan baiat perjuangan kepadanya.
Pada tahun 1328 H. beliau manjadi staf pengajar di Madrasah Nadzahir al Ulum Saharanpur. Namun dua tahun setelah kakak kedua beliau Syeikh Muhammad Yahya wafat tepatnya pada tahun 1336 H. kakak tertua beliau Syeikh Muhammad yang menggantikan kedudukan ayahnya di Masjid Al-Kukh Basthi Nidzomuddien, New Delhi juga meninggal dunia.dan beliau diminta masyarakat setempat untuk menggantikanya mengisi kekosongan tempat tersebut setelah ditinggal ayah dan kakak-kakaknya terutama madrasah yang telah dirintis oleh ayah beliau sendiri. Setelah mendapat persetujuan Syeikh Kholil Ahmad as Sahanpuri, beliau menyetujui permintaan tadi dan mulailah beliau menjadi pengajar di sana.
Di dalam perjalanannya sebagai seorang pengajar beliau tidak pernah merasa puas terhadap usaha pembaharuan dan dakwahnya. Bahkan beliau mulai merasa kecewa manakala melihat hasil maksimal pendidikan madrasah yang tidak mampu menghalau kebodohan, kegelapan dan arus sekulerisme yang sedang melanda negerinya. Akibatnya para pelajar tidak mampu lagi menjunjung tinggi nilai-nilai agama sebagaimana mestinya. Sementara di bagian belahan bumi lainnya, keadaan umat islam di sebagian besar negara juga tidak kalah memprihatinkan. Umat Islam benar-benar telah meniru prilaku orang jahiliyah. Kerusakan yang telah menimpa mereka sudah menyentuh batas akidah, kebodohan beribadah, kesesatan berpikir dan sebagainya.
Di posisinya yang sudah sangat  lemah ini, sistem pendidikan di  dalam madrasah juga tidak mampu menjangkau keseluruhan masyarakat. Karena sangat mustahil menjadikan mereka semua sebagai murid madrasah yang setiap hari harus masuk sekolah di anatara kegiatan mereka mencari mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, di samping jarak antara lokasi madrasah dan tempat tinggal mereka yang terkadang berjauhan.
Fenomena ini menjadi renungan mendalam bagi beliau, bagaimana caranya agar masyarakat secara keseluruhan tetap memperoleh pendidikan keagamaan tanpa meninggalkan kewajiban mereka sehari-hari memenuhi kebutuhan keluarganya. Dari renungannya yang panjang beliau akhirnya menyimpulkan, tidak ada formula yang tepat untuk merealisasikan cita-cita kecuali terjun langsung menjumpai mereka baik di rumah, masjid, atau tempat-tempat lain yang biasanya digunakan untuk berkumpul-kumpul. Maka setelah menunaikan ibadah hajinya yang kedua pada tanggal 13 robi’ul akhir 1345 H. (25 september 1925 M.) beliau mulai usaha bertabligh dan mengajak beberapa orang untuk bergabung dalam usaha mengajarkan kepada khalayak ramai tentang rukun-rukun islam seperti syahadat, sholat dan sebagainya. Menurut keterangan yang kami peroleh, gerakan ini sudah masuk wilayah Indonesia sejak tahun 1954 M. dan pada tahun 1968 M sudah sampai menjangkau daerah Malang Jawa timur. Namun gerakan dakwah ini belum begitu meluas sehingga tidak begitu dikenal oleh masyarkaat. Dan barulah gerakan ini terasa keberadaanya, setelah ada delegasi dari Pakistan pimpinan Maulana Abu Shobur pada tahun 1983-1984 M. melakukan perjalanan tabligh keliling  jawa, mulai dari Jakarta sampai Banyuwangi dan diteruskan sampai ke Magetan.

IDIOLOGI DAN AMALIYAH JAULAH

Sifatnya yang terbuka dan siap menampung setiap orang sebagai anggota dari manapun asal aliran dan fahamnya, menjadikan jama’ah ini secara ideologis tidak memiliki ciri tertentu. Semua anggotanya diperkenankan memelihara ideologinya masing-masing. Hanya saja di saat keluar berdakwah ketengah masyarakat, mereka sama sekali tidak boleh menonjolkan basis ideologi pribadinya. Karena hal tersebut bisa menjadi pilar yang menghalangi keleluasaan gerak berdakwah. Mereka harus bisa menganggap semua orang islam sebagai saudara mengikatkan diri dan orang lain ke dalam bingkai ideologi tertentu bisa mengakibatkan terjadinya polarisasi di antara kaum muslimin. Tujuan kumpulan kita yang utama – sebagai mana yang terlansir dalam buku enam prinsip tabligh - adalah mengajarkan agama islam yang asli yang telah dibawa oleh Nabi besar Muhammad saw. dan tabligh yang kita lakukan barulah merupakan permualaan saja.
Salah seoarang anggota ini ada yang mengatakan kepada kami : ”jika semua umat islam sudah mau melepas baju ideologinya masing-masing kemudian ikut bertabligh sebagaimana yang telah mereka lakukan, niscaya islam akan memperoleh kejayaanya kembali dan secara perlahan kebesaranya yang sudah lama tenggelam itu akan terbangun kembali mulai dari India bergeser ke Pakistan, lalu setapak demi setapak menuju ke Madinah sebagai pusat kekuasan islam yang pernah dibangun Rosululloh saw”.
Untuk mencapai kejayaan itu – H. Furqon Ahmad Anshari di dalam bukunya ”Pedoman Bertabligh Bagi Umat Islam” berpendapat – perlunya memberikan sayap kepada umat islam untuk menerbangkan diri mereka dari derajat rendah ke derajat yang tinggi agar mereka dapat menyelesaikan segala masalah kehidupan mereka dalam bidang sosial, politk dan sebagainya. Namun walau demikian salah seorang anggota jama’ah ini menyatakn, tidak ada keinginan sama sekali dari jaulah untuk mendirikan negara islam, yang ada ialah keinginan menyatukan seluruh umat di bawah bendera islam. Dan usaha ini mendapat sambutan yang sangat positif serta dukungan yang luar biasa dari ulama-ulama kerajaan Saudi Arabia yang diketuai oleh Da’i di lembaga Riset Ilmiyah, fatwa dan Dakwah Mariutus di Pakistan pada tahun 1415 H.
Dengan beranggotakan orang yang datang dari berbagai aliran, nyaris menjadikan jama’ah ini tidak memiliki ideologi yang bersifat praktis. Dalam kitab Al-Qoul Al-Baligh - karya seorang Wahaby - mereka dituduh sebagai pengikut Asy’ariyyah dan Maturidiah dalam faham ketauhidanya. Mereka juga dianggap telah melakukan perbuatn-perbuatan bid’ah dan khurafat (takhayul) seperti istighosah, ziarah kubur, thoriqoh dan ritual lainya yang banyak terjadi sebagaimana di negara kita. Akan tetapi Syeikh Abu Ahmad Abdul Qodir rektor perguruan tinggi Al-Sa’diyah dari Malibar justru melihat sebaliknya. Menurut analisa beliau, meskipun secara lahiriyah gerakan jama’ah nampak kelihatan baik akan tetapi hakikatnya mereka tidak berbeda dengan golongan Wahaby dan Maududiyah. Mereka berani mengkufurkan orang-orang yang melakukan istighosah baik dengan para Nabi, Auliya ataupun Solihin. Karena menurut i’tiqad mereka, siapapun yang telah mati sudah tidak bisa mendengar lagi apalagi dipanggil dan disebut dari tempat-tempat yang jauh.

FAHAM
Dalam pengakuannya, mereka adalah pengikut Syeikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz - tutur ghulam Musthofa Hasan, seorang tenaga faham Ahlussunah Waljama’ah- dengan mengikuti salah satu dari madzhab empat. Sedang dalam pandangan kebangsaan, ketika ditanya apakah ada keinginan untuk mendirikan agama islam, mereka mengatakan tidak ada ambisi untuk mendirikan negara islam. Keinginan mereka adalah menyatukan seluruh dunia di bawah panji islam.

SOSIAL POLITIK
Dalam gerakanya, mereka bersifat terbuka bagi semua lapisan masyarakat, dari golongan manapun atau dari organisasi manapun dan dalam pandangan mereka. Ormas-ormas islam yang ada merupakan teman yang kalau mungkin dapat diajak bekerja sama.

AMALIYAH
Secara keseluruhan tidak ada perbedaan dengan masyarakat pada umumnya. Dan tidak ada amalan-amalan khusus yang diajarkan. Namun dalam prakteknya ada beberapa amalan yang diberikan (di ijazahkan)secara khusus. Di antaranya adalah kumpulan ayat-ayat yang disebut ayat Al Khirzy dan ayat Al Manzil serta beberapa do’a khusus.
Dalam hal amalan, para anggota diperkenankan mengikuti berbagai aliran thoriqoh yang ada. Yang paling penting juga merupakan amalan tertinggi menurut mereka disebut dengan “khuruj” atau lebih dikenal dengan “jaulah”.

PENDIDIKAN
Dalam hal pendidikan, kami tidak menemukan perbedaan yang menyolok. Materi yang diajarkan di pondok pesantren Al Fatah Temboro, sama dengan materi-materi yang diberikan di pondok-pondok lain, baik dari segi materi yang diajarkan maupun kitab yang dikaji. Sedangkan yang diajarkan di Masjid yang mereka sebut dengan Markaz, materinya meliputi keimanan, kekhusyu’an dalam sholat, sejarah para Nabi dan Rosul juga para Sahabat Nabi serta para wali dan ulama terdahulu, dengan memakai beberapa kitab standart. Di antaranya adalah kitab Fadhoil Al ‘Amal, Khayat As Shohabat, serta beberapa kitab lain yang sudah diterjemah ke dalam bahasa Indonesia yang kebanyakan ditulis oleh ulama dari India.

DAKWAH
Metode yang mereka gunakan adalah metode dakwah yang digunakan oleh Nabi (dakwah nubuwwah). Karena menurut pandangan mereka dalam berdakwah kita tidak perlu untuk mencari metode sendiri. Karena telah diajarkan oleh Nabi dan kita tinggal mencontoh tindakan beliau Nabi. Juga telah banyak dibuktikan bahwa dakwah dengan berbagai cara modern tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Ada tiga hal yang penting yang paling pokok yang dikerjakan Nabi Muhammad saw. yaitu menghidupkan agama di rumah, di Masjid, membentuk jama’ah untuk keluar kampung yang kemudian mereka sebut dengan istilah khuruj atau jaulah.

Materi Dakwah Meliputi :
1.Keimanan dan Itiba’u An Nabi.
2.Sholat agar lebih khusyu’
3.Ilmu dan dzikir.
4.Akhlaq memuliakan orang islam
5.Meluruskan niat.
6.Dakwah dan tabligh dengan cara khuruj fii sabilillah.

Pembagian Tugas Dakwah (Khuruj)
Khuruj dibagi dalam beberapa tingkatan:
»Tingkatan pertama: keluar selama satu sampai tiga hari ke kampung terdekat.
»Tingkatan kedua: keluar selama 40 hari sampai 4 bulan di dalam negri.
»Tingkatan ketiga: khuruj sampai 4 tahun keluar negri dan untuk pertama kali negri yang dituju adalah India, Pakistan, Bangladhesh.
Tidak ada penunjukan terhadap jama’ah yang ingin keluar. Namun hal itu mereka lakukan denagn keinginan dari masing-masing jama’ah sendiri. Setelah sebelumnya ada ceramah (bayan) dari salah satu tokoh jama’ah yang kemudian diteruskan dengan tasykil (praktek). Setelah selesai ceramah, penceramah akan mengatakan: “siapa yang mau khuruj silakan masuk ke dalam Masjid” dan setelah ada beberapa jama’ah yang masuk ke Masjid, jama’ah membentuk kelompok sesuai dengan lamanya khuruj. Yang mereka kehendaki untuk melakukan musyawaroh guna menentukan pimpinan jama’ah. Di lain tempat para tokoh juga mengadakan musyawaroh untuk menentukan daerah yang akan dituju.

DOKTRIN
-Perkataan yang paling baik adalah dakwah.
-Harga manusia itu ada pada penyerahan diri, dan persekot (uang muka)nya adalah keluar 4 hari, 4 bulan dan seterusnya.
-Khuruj sesuai nishob adalah merupakan latihan mati (meninggalkan rumah tangga dan sanak famili).
-Yang dijalankan Nabi Muhammad hanyalah dua hal. Yaitu memberikan kehidupan agama di rumah atau di masjid serta membentuk jama’ah untuk keluar berdakwah.
-Istiqomah dalam amal dimulai dari memperbaiki sholat dan menjaga mu’asyaroh di antara hamba-hamba Alloh.
-Amal yang mendatangkan pertolongan Alloh adalah amal yang memenuhi empat syarat yaitu yakin, cara yang tepat (sesuai dengan Rosul), dzikir dan musyawaroh yang benar.
-Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah istiqomah dalam dakwah dan dengan segala daya dan upaya berusaha mencari jalan bagaimana caranya agar bisa keluar tiga hari sesuai dengan nishob.
-Jika istiqomah dalam berdakwah maka suatu ketika akan ditampakkan kepada kita fadhilahnya dakwah oleh Alloh.
-Mungkin orang yang diasuh oleh orang Yahudi atau Nasroni setelah keluar tiga hari, empat puluh hari bisa berubah menjadi umat sebagaimana Nabi Musa yang diasuh oleh Fir’aun.
-Asas iman; meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini muncul dari sisi Alloh.
-Alloh menguji hambanya dengan asbab (dunia nyata/dzohir) hingga banyak hamba Alloh yang tergelincir karena hanya memandang pada hal-hal yang nampak.
-Dengan berdakwah kita bisa merasakan apa yang dulu pernah dirasakan oleh Rosul.
-Kita tidak setuju jika Islam dipisahkan dengan Arab. karena cinta Arab adalah sebagian dari iman.
-Faidah khuruj hanya bisa dirasakan namun sulit untuk diceritakan.
-Paling penting adalah Agama, sedang isteri paling parah hanya minta cerai.