KAROMAH DZIKIR DAN TANBIH

KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab (Khidmat Manaqib Suryalaya ) Dalam belajar mengamalkan Tarekat itu ada 3 kewajiban penting yang utama, yaitu :
1. Robithoh Yaitu menyambungkan rohaniah kita kepada Guru Mursyid. Dengan apa caranya? Antara lain dengan mengucapkan salam secara lisan dan bathin kita, baik yang pendek seperti “Assalamu’alaika yaawaliyulloh”, atau salam yang panjang (sebagaimana pernah diberikan oleh KH. M. Abdul Gaos SM.). Bisa juga dengan membayangkan Guru Mursyid. Apakah tidak syirik? Tidak. Kalau dikatakan syirik membayangkan guru, berarti terbayang-bayang wajah pacar bahkan nasi ketikashalat juga syirik. Jadi jangan mendefinisikan sesuatu tanpa aturan ta’rif (ilmunya). Kalau kita membuat definisi (ta’rif) ada aturannya dalam ilmu Mantiq, diantaranya suatu definisi itu harus Jamiun, Maniun, Munaqisun, dan Mutholibun. Terus apakah Had Taam atau Had Naqish, Rosam Taam, Rosam Naqish, atau Ta’rif dengan lafadz. Adapun arti syirik yang sebenarnya adalah menduakan Tuhan. Orang yang ber-robithoh kepada Guru Mursyid itu justru sebagai bukti bahwa dia tawadlu dan tadzallul atau merasa bahwa diri kita ini tidak layak untuk masuk di lingkungan Allah. Siapa orangnya yang merasa layak bergabung dengan Allah? Ibarat kita masuk toko emas, lalu kita menyimpan tahi ayam disamping emas. Apakah pantas? Atau ibarat masuk restoran, menyimpan tahi kerbau dengan rendang, apakah pantas? Mengapa kita ber-robithoh? Karena para Nabi dan Rasul yang suci serta para Wali yang mulia telah bergabung dengan Allah, lalu datang kita yang jelek dan kotor. Maka para malaikat heran dan bertanya, “Siapa yang jelek dan kotor itu, kok nyelonong?” karena tidak pantas. Saya sering katakan, “Sesungguhnya saya tidak layak bersamamu ya Robbi, tetapi dengan keagungan kekasih-Mu dan keagungan karomah wali-Mu, gabungkanlah saya bersama mereka”. Kalau kita ingin menghadap presiden saja di Istana Merdeka harus ada rekomendasi, karena kita bukan orang sana. Itulah yang dikatakan robithoh. Oleh karena itu Pangersa Abah mengizinkan untuk direproduksi foto Beliau untuk dimiliki oleh para muridnya sebagai alat robithoh. Berjuta-juta orang dari mana-mana ingin belajar dari Pangersa Abah, dikarenakan tidak ada waktu atau biaya tidak sempat hadir. Lalu mereka bertanya bagaimana rupa Pangersa Abah, dan mereka hanya melihat fotonya. Jadi foto tersebut sebagai alat robithoh. Bahkan saya mendidik anak saya sendiri kalau sakit atau merasa takut untuk mendekap foto Pangersa Abah. Alhamdulillah kami sudah merasakannya. Apakah berlebihan? Tidak, saya tidak ingin berlebihan dan juga tidak ingin berkekurangan. Dikatakan berlebihan itu apabila menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kalau manusia seperti Pangersa Abah dikatakan demikian berarti pada tempatnya. Justru kalau tidak demikian berarti berlebihan.
2. Dzikir Umpamanya kita ingin menyeberang di Banten dari Merak ke Bakahuni yang lautnya dalam, ombaknya besar, dan sangat berbahaya. Kalau kita ingin menyeberang dengan berenang, tentu harus diperhitungkan terlebih dahulu. Kalau kita tetap nekad, harus kompromi dulu dengan nakhoda kapal agar mau mengulurkan talinya untuk berpegangan. Ketika kita sampai apakah karena berenang atau karena memegang tali? Tentu yang mempercepat sampainya kita karena berpegang pada tali. Itulah yang dinamakan robithoh. Maka ketika akan berdzikir kepada Allah diharuskan berobithoh terlebih dahulu. Dzikir kita itu ibarat berenang dengan gaya batu. Susah sampainya, malah mungkin kita tenggelam. Silahkan berenang dengan Dzikirmu yang banyak, tetapi ingat!! Banyak sekali bahayanya. Agar kita selamat peganglah tali robithoh itu. Dalilnya sudah jelas sekali. “Hai, orang-orang yang beriman. Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu. Dan berrobithohlah serta bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (Q.S. ‘Ali Imran : 200).
3. Mujahadah Artinya berjuang dan berkhidmat. Para Pengurus Yayasan baik pusat atau perwakilan, para mubaligh semuanya adalah berkhidmat.menjadi pengurus itubukan menjadi Raja Ikhwan yang berbuat sewenang-wenang, tetapi justru dalam rangka berkhidmat. Para ikhwan Singapura sebagai manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Seorang manusia bijak akan mensyukuri kelebihannya serta menyadari kekurangannya. Kelebihannya dilestarikan dan kekurangannya diperbaiki. Di antara kelebihan para Ikhwan Singapura, khususnya yang dipimpin Ustadz H. Ali Muhammad antara lain: o Semangatnya tinggi o Ilmunya luas o Khidmatnya besar o Etos kerjanya tinggi o Keikhlasannya tinggi o Loyalitasnya tinggi Ini yang perlu kita tirusebagai studi banding bagi kita semua. Semangat tinggi bukan melamun. Melamun itu adalah menghayal tanpa didasari persyaratan. Juga khidmatnya tinggi seperti dalam membantu pembangunan madrasah serta gedung sekolah madrasah aliyah. Apakah arti orang-orang kaya ? Tidak, diantara penyakit bangsa kita seuka mengandalkan setiapada pembangunan kepada orang kaya. Ini rugi karena mengarahkan orang lain ke surga, malah kita sendiri menuju neraka. Kita ingin selalu ditanggung oleh orang lain sambil mencari sisanya. Itulah penyakit tamak yang harus dipotong dengan dzikrullah. Mereka (Ikhwan Singapura) tidak demikian, kalau ada proyek pembangunan dimusyawarahkan dan dibagi rata di antara para ikhwan. Sampai seorang supirtaxi berani menyumbang Rp. 1.250.000,-. Pernahkah Baitul Maal sekali Manaqib menerima 100 juta ? Sebenarnya mampu. Dari sejumlah perwakilan kalau ada seribu ikhwan saja dikalikan @ Rp. 1000,- maka akan terkumpul satu jutarupiah, lalu dikalikan 50perwakilan menjadi Rp. 50 juta. Pernahkah begitu ? Ini perlu belajar dari Ikhwan Singapura. Singapura itu Negeri Cina, ikhwan TQN banyak terdidik oleh orang-orang Cina dalam hal begitu. Tidak salah kalau Nabi SAW bersabda : “Tuntutlah ilmu itu walaupun sampai ke Negeri Cina”. Karena itu mereka telah mampu mengumpulkan dana selama 5 tahun dengan bantuan barokah dan karomah Pangersa Pangersa Abah untuk merehab mesjid kurang lebih 9 juta Dollar Singapura (Rp. 45 milyar). Dankemarin digunting pita oleh Pangersa Pangersa Abah. Mereka membangun bukan karenakaya, tetapi karena kerja keras. Ustadz.H. Ali muhammad yang sebenarnya Ketua Syariat Nasional Singapura seorang alim dan anak-anaknya sekolahdi Al-Azhar Kairoterjun langsung membuat nasi amal (Briyani). Para Ikhwan Singapura punmempunyai ilmu yang luas. Mengapa perkembangan TQN di sana pesat? Mereka siap dengan ilmunya, semangat belajarnya tinggi. Di tengah-tengah kesibukan sebagai pusat niaga dunia, mereka masih menyempatkan diri belajar Sirrul Asror seminggu sekali di Mesjid Khadijah. Merekapun sangat menghormati ilmu. Berbeda dengan di kita yang selalu menghormati kekuatan. Sehingga yang ada malah ketakutan, padahal orang ketakutan itu otaknya tidak normal dan kecerdasannya menjadi macet. Kita itu kalau menjadi atasan tidak mau mendengar nasehat oranglain, malah selalu ingin menasehati orang lain. Juga mereka mempunyai khidmat yang sangat besar. Kita mengetahui bagaimana besarnya khidmat di sini. Semua didorong untuk berkhidmat tinggi. Khidmatnya yang begitu besar itu adalah merupakan gabungan berpendapatan besar dan berpendapatan yang kecil, tetapi karena semua didorong untuk berkhidmat maka terwujudlah. Bahkan disana setiap rumah itu mempunyai tabungan untuk mesjid. Alangkah indah ikhwan Indonesia kalai ditiap ikhwanmempunyai tabungan )celengan) Rp. 100 saja untuk Baitul Maal setiap hari. Dalam sebulan setiap orang membawa Rp. 3000 ke PP. Suryalaya. Kalau yang datang ke Pondok Pesantren Suryalaya sebanyak 5000 orang, maka akan terkumpul sebesar Rp. 15 juta dalamsebulan. Mari kitapikirkan! Pondok Pesantren Suryalaya tidak akan meminta, tetapi tidak akan menolak kalau diberi. Karena kalau Pangersa Pangersa Abah meminta, maka para muridnya akanberjiwa peminta-minta. Pernah suatu waktu ada seorang nenek-nenek yang ingin sodaqoh kepada Beliau dengan membawa uang Rp. 50,-, lalu jatuh uang tersebut di depan Beliau. Maka Pangersa Pangersa Abah menyuruh untuk mengambilnya kembali. Jadi Beliau memberi semangat kepada orang yang ingin berbuat baik. Coba kalau uang Rp. 50-an itu diberikan kepada PakZezen, mungkin akan dilemparkan karena kita bodoh nilai. Pangersa Pangersa Abah tidak menolak, tetapi tidak meminta-minta. Kalaupun kita berkhidmat itu bagi kita sendiri. Para Ikhwan Singapura juga mempunyai keikhlasan yang tinggi. Terakhir kali Beliau (Ust. H. Ali Muhammad) berbicara kepada saya, “Pak Zezen, yang sulit itu ikhlasnya. Kerjanyamudah tetapi ikhlasnya sangat susah. Sulit sekali menjaga hati orang itu”. Saya menjawab, “Ya Ustadz, boro-boro menjaga hati oranglain, menjaga hatisendiri saja sangat sulit”. Oleh karena itu para tokoh ikhwan, Ketua Yayasan, para mubaligh benar-benar harus pandai menjaga hati orang. Sehingga apabila berbicara demikian, ditimbang dahulu, kira-kira orang lain suka atau tidak. Kita itu belum sampai ke sana, kalau kita mengatakan “bajigur” harus bajigur. Biarkan orang lain mau suka atau tidak, yang penting kata kita “bajigur”, maka harus “bajigur”. Ini menandakan bahwa kita anak buah Mike Tyson yang tidak ingin menang, malah yang penting ingin puas merusak orang lain sehingga telinga orang lainpun digigit. Karena keikhlasan merekalah (Ikhwan TQN Singapura), seorang Perdana Menteri Goh Tok Chong hadir untuk meresmikan Mesjid seraya berkata, “Baru sekarang saya tahu mesjid”. Beliau menyadari dengan adanya ilmu dari Syaikh Mursyid PP Suryalayaitulah, maka ikhwan disana loyalitasnya sangat tinggi. Sehingga para pendeta Kristen, Hindu, Buddha, Yahudi dan agama lainnya hadir dalam peresmian itu. Mudah-mudahan imbasnya sampai ke Indonesia,sehingga berbagai tuduhan terhadap Islam : teroris, ekstrim,radikal, barbar, drakula dan lainnya cepat sirna. Mereka itu sangat memperhatikan TANBIH, antara lain “logor dina liang jarum uleh sereg di buana”. Dalam keadaan sulit apapun tetap dapat melaksanakan tugas, tetap masih bisa eksis (bertahan) mengamalkan TQN , apalagi kalau di negara Muslim. Kalau tikus saja bisa masuk ke lubang kecil, padahal tikus tersebut lebih besar daripada lubang. Disini menunjukkan betapa dalam makna yang terkandung dalam Tanbih. Bisakah kita mencari selubang jarum dan masuk ke dalamnya dalam konteks dakwah ? Jangan sampai karena gangguan sedikit saja berhenti dari dzikir, khotaman dan manaqib, bahkan pensiun. “Pak Zezen dulu disini ramai manaqib,tetapi sekarang setelah wafat Pak Haji anu tidak ada lagi ?”. Ini menunjukkan kita belum mampu gotong royong dan bertanggung jawab bersama. Malah sebaliknya suka mengandalkan orang lain, “makan, pakaian, bahkan transport semuanya dari orang lain, kita tidak kebagian “. Mendidik hal ini tidak mudah. “Ulah sereg di buana”, maknanya kalau kita diberi tugas besar harus mampu. Kalau tidak mampu, tingkatkan kemampuan kita jangan malah menyikut orang lain. Ingat ! yang perlu didakwahi dan diberi kucuran dzikir Tarekat itu seluruh manusia di dunia, dengan mendahulukan orang yang sudah Islam. Kalau kita mempunyai Ikhwan TQN kurang lebih 4 juta harus bersyukur karena untuk mencapai jumlah seperti itu sangat susah, akan tetapi jangan puas hanya sampai disitu. Kita harus terus berupaya meningkatkan diri dan menembus kelompok-kelompok tertentu yang lain. Ini sebagaimana yangdilakukan oleh Ustadz H. Ali Muhammad di Singapura yang memberi keleluasaan kepada orang-orang Bangladesh yang tinggal di Singapura untuk meramaikan mesjid, sehingga setelah selesai sholat merepun ikut berdzikir. Maka tembuslah Dakwah TQN ke Bangladesh.

sumber = www.suryalaya.org