Tembaga dengan nama kimia Cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini
berbentuk kristal dengan warna kemerahan dan mempunyai titik didih 26000C serta
titik leleh 10800C. Dalam tabel periodik, tembaga menempati posisi dengan nomor
atom (NA) 29 dan mempunyai massa atom relatif (Ar) 63,546. Cu terdapat dalam
keadaan oksidasi +1 (kupro) dan +2 (kupri).
Tembaga merupakan mikronutrien essensial bagi tumbuhan dan hewan dimana Cu
terlibat dalam berbagai sistem enzim, (Bowen, 1979). Spesies-spesie tertentu yang
terdapat pada area yang terkontaminasi memiliki mekanisme yang sama juga
ditunjukkan oleh Zn dan logam-logam berat beracun lainnya.
Tidak seperti Hg, Pb, dan Cd, Cu adalah logam renik penting (essensial) bagi
tumbuhan dan hewan termasuk manusia. Maka dari itu, Cu biasanya ada dalam
makanan tetapi harus tersedia dalam jumlah yang tepat. Ambang batas Cu untuk
pertanian adalah 0,2 mg/L (Peraturan Pemerintah RI, PP 20 tahun 1990). Dalam
konsentrasi yang lebih tinggi, Cu bersifat toksik.
Logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat dipentingkan atau logam berat
essensial artinya, meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini
sangat dibutuhkan tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. Cu dibutuhkan manusia
sebagai kompleks Cu-protein yang mempunyai fungsi tertentu dalam pembentukan
hemoglobin, kolagen, pembuluh darah dan myelin otak. Disamping itu Cu juga
terlibat dalam proses pembentukan energi untuk metabolisme serta dalam aktifitas
tirosin.
Defisiensi Cu dapat terjadi karena kurangnya konsumsi. Beberapa tanda kekurangan
Cu yang terjadi pada organisme hidup meliputi: anemia, depigmentasi kulit, rambut
beruban, rambut kusut, kerusakan otak dan mandul (Briggs dan Calloway, 1979
dalam Rivai, 1999). Karena itu Cu termasuk ke dalam logam-logam essensial bagi
manusia seperti Cu, Fe, Zn, dan lain-lain. Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan
bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk kedalam tubuh
organisme dalam jumlah besar.
Kebutuhan harian Cu untuk manusia yang dianjurkan oleh WHO (1973) dalam Palar
(1994) adalah 30 mg Cu per kilogram berat tubuh untuk orang dewasa, 40 mg Cu per
kilogram berat tubuh untuk anak-anak dan 80 mg Cu per kilogram berat tubuh untuk
bayi. Kadar Cu tubuh orang dewasa sekitar 50—80 mg, jauh lebih sedikit daripada
Fe dan Zn. Pada manusia Cu paling banyak terdapat dalam hati, sedangkan pada
darah dan jaringan lain, rata-rata konsentrasinya sama dan lebih rendah dari hati
(Linder, 1992).
Manusia sebagai konsumen tumbuhan dan produknya, misal daun, buah atau akar,
dapat mengalami kontaminasi logam berat melalui rantai makanan. Dalam tubuh,
konsentrasi logam berat akan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan
konsentrasi logam berat pada sumber asalnya. Hal ini berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Absorpsi logam Cu oleh tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
Konsentrasi logam berat di lingkungan, tipe tumbuhan, pH tanah, curah hujan, dan
lain-lain. Kemampuan untuk mengakumulasi logam berat juga berbeda-beda pada
tiap tanaman. Sammers dalam penelitian menemukan bahwa kemampuan untuk
menerima dan mentranslokasi logam berat terhadap beberapa jenis tanaman berbedabeda
pada masing-masing tanaman (Allen, 1989).
Pada manusia efek keracunan utama yang ditimbulkan oleh Cu adalah terjadinya
gangguan pada jalur pernafasan. Selain itu, keracunan Cu secara kronis dapat dilihat
dengan timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gejala dari penyakit wilson adalah
terjadi kerusakan otak serta terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu
dalam kornea mata. Sedangkan untuk penyakit kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya
rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita (Palar, 1994).
berbentuk kristal dengan warna kemerahan dan mempunyai titik didih 26000C serta
titik leleh 10800C. Dalam tabel periodik, tembaga menempati posisi dengan nomor
atom (NA) 29 dan mempunyai massa atom relatif (Ar) 63,546. Cu terdapat dalam
keadaan oksidasi +1 (kupro) dan +2 (kupri).
Tembaga merupakan mikronutrien essensial bagi tumbuhan dan hewan dimana Cu
terlibat dalam berbagai sistem enzim, (Bowen, 1979). Spesies-spesie tertentu yang
terdapat pada area yang terkontaminasi memiliki mekanisme yang sama juga
ditunjukkan oleh Zn dan logam-logam berat beracun lainnya.
Tidak seperti Hg, Pb, dan Cd, Cu adalah logam renik penting (essensial) bagi
tumbuhan dan hewan termasuk manusia. Maka dari itu, Cu biasanya ada dalam
makanan tetapi harus tersedia dalam jumlah yang tepat. Ambang batas Cu untuk
pertanian adalah 0,2 mg/L (Peraturan Pemerintah RI, PP 20 tahun 1990). Dalam
konsentrasi yang lebih tinggi, Cu bersifat toksik.
Logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat dipentingkan atau logam berat
essensial artinya, meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini
sangat dibutuhkan tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. Cu dibutuhkan manusia
sebagai kompleks Cu-protein yang mempunyai fungsi tertentu dalam pembentukan
hemoglobin, kolagen, pembuluh darah dan myelin otak. Disamping itu Cu juga
terlibat dalam proses pembentukan energi untuk metabolisme serta dalam aktifitas
tirosin.
Defisiensi Cu dapat terjadi karena kurangnya konsumsi. Beberapa tanda kekurangan
Cu yang terjadi pada organisme hidup meliputi: anemia, depigmentasi kulit, rambut
beruban, rambut kusut, kerusakan otak dan mandul (Briggs dan Calloway, 1979
dalam Rivai, 1999). Karena itu Cu termasuk ke dalam logam-logam essensial bagi
manusia seperti Cu, Fe, Zn, dan lain-lain. Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan
bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk kedalam tubuh
organisme dalam jumlah besar.
Kebutuhan harian Cu untuk manusia yang dianjurkan oleh WHO (1973) dalam Palar
(1994) adalah 30 mg Cu per kilogram berat tubuh untuk orang dewasa, 40 mg Cu per
kilogram berat tubuh untuk anak-anak dan 80 mg Cu per kilogram berat tubuh untuk
bayi. Kadar Cu tubuh orang dewasa sekitar 50—80 mg, jauh lebih sedikit daripada
Fe dan Zn. Pada manusia Cu paling banyak terdapat dalam hati, sedangkan pada
darah dan jaringan lain, rata-rata konsentrasinya sama dan lebih rendah dari hati
(Linder, 1992).
Manusia sebagai konsumen tumbuhan dan produknya, misal daun, buah atau akar,
dapat mengalami kontaminasi logam berat melalui rantai makanan. Dalam tubuh,
konsentrasi logam berat akan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan
konsentrasi logam berat pada sumber asalnya. Hal ini berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Absorpsi logam Cu oleh tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
Konsentrasi logam berat di lingkungan, tipe tumbuhan, pH tanah, curah hujan, dan
lain-lain. Kemampuan untuk mengakumulasi logam berat juga berbeda-beda pada
tiap tanaman. Sammers dalam penelitian menemukan bahwa kemampuan untuk
menerima dan mentranslokasi logam berat terhadap beberapa jenis tanaman berbedabeda
pada masing-masing tanaman (Allen, 1989).
Pada manusia efek keracunan utama yang ditimbulkan oleh Cu adalah terjadinya
gangguan pada jalur pernafasan. Selain itu, keracunan Cu secara kronis dapat dilihat
dengan timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gejala dari penyakit wilson adalah
terjadi kerusakan otak serta terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu
dalam kornea mata. Sedangkan untuk penyakit kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya
rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita (Palar, 1994).