PSIKOLOGI SOSIAL

PSIKOLOGI  SOSIAL

Oleh:
Prof. Drs. Koentjoro, MBSc, Ph. D, psikolog
Dosen Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Bab I
Pengantar Psikologi Sosial
Psikologi Sosial & Disiplin-2 yang Terkait
Psikologi Sosial & Sosiologi
Banyak orang menganggap psikologi sosial & sosiologi adalah sama. Hal ini terjadi karena keduanya berkecimpung pada studi yang sama mengenai bagaimana orang bertingkah laku di dalam kelompok.
    Hanya saja sosiolog mempelajari masyarakat terkecil hingga masyarakat luas, sedangkan psikologi sosial pada individu, yaitu bagaimana sebuah kelompok mempengaruhi individu & sebaliknya bagaimana individu mempengaruhi kelompok.
Psikologi Sosial & Psikologi Kepribadian
Perbedaan keduanya yaitu psikologi kepribadian memfokuskan pada fungsi internal pribadi & perbedaan tiap individu misal mengapa beberapa individu lebih agresif daripada yang lain, sedangkan
    psikologi sosial fokus pada perilaku manusia yaitu bagaimana orang memandang & mempengaruhi orang lain. Psikologi sosial mempelajari mengapa situasi sosial dapat berpengaruh pada individu khususnya pada perilaku yang mengarah ke tindakan baik atau buruk, berkompromi atau bebas.
Tingkatan-2 penjelasan
Sesuatu dapat dipelajari dari berbagai perspektif yang berbeda. Contoh istilah “cinta”. Seorang psikolog mungkin mendeskripsikannya sebagai sesuatu yang muncul dari diri. Psikologi sosial juga mengamati bagaimana keadaan & sifat berbeda yang tampak bagus & kesamaan pasangan yang dinamakan cinta. Lain lagi seorang teolog pasti akan mendeskripsikan cinta sebagai anugerah Tuhan yang terwujud dalam cinta kasih sesama manusia.
Psikologi sosial & Nilai-2 Manusia
Bukti nyata dimana nilai-2 mulai masuk
Nilai-2 ini tampak pada serangkaian sejarah psikologi. Sebagai contoh pada era 1940-an muncul adanya fasisme di Eropa, 1950-an merebaknya fashion & perbedaan pandangan yang tak bertoleransi dari McCarthyst tapi justru memberikan kita tentang konformitas. Tahun 1960-an tingkat agresi disertai kerusuhan & kriminalitas meningkat, era 1970-an adanya pergerakan feminis, 1980-an munculnya perhatian terhadap aspek psikologi mengenai ras, & 1990-an ditandai adanya respon dari masyarakat terhadap perbedaan budaya.
Bukti kurang nyata dimana nilai-2 mulai masuk
Subyektifitas aspek-2 ilmu
Baik ilmuwan maupun filsuf setuju bahwa ilmu tidak selamanya obyektif. Ilmuwan tidak hanya melulu membaca buku alam akan tetapi, mereka juga menginterpretasikan alam sesuai dengan kategori pikiran masing-2. hal ini berarti nilai-2 yang masuk dikatakan tidak begitu jelas karena adanya nilai subyektif sang interpreter.
Psikologi sosial dalam tiga dunia
Dunia pertama: Tokoh: Ivan Pavlov, Psikolog Rusia, Jean Piaget ahli biologi Swiss, & Sigmund Freud ahli fisika Austria. Berdasarkan survei psikolog Fathali Moghaddam, dideskripsikan bahwa AS dianggap sebagai dunia psikologi pertama yaitu psikologi akademik superpower khususnya pada psikologi sosial. Pusat penting dari aktivitas bidang psikologi terletak di AS.
    Dunia kedua yaitu negara-2 industri. Contoh Great Britain yang bergabung dengan Amerika Utara memiliki tradisi yang kuat mengenai psikologi ilmiah. Akan tetapi karena Great Britain memiliki lebih sedikit universitas, maka hanya 25 akademi psikolog yang didirikan.
  Dunia ketiga atau yang terakhir seperti Bangladesh, Cuba, & Nigeria dianggap sebagai dunia ketiga, karena terbatasnya sumber dayanya, misal psikologi mereka mau tidak mau harus mengimpor dari dunia pertama & kedua. Dalam dunia ketiga ini masyarakat maupun psikolog itu sendiri jarang memiliki kemewahan bahkan permasalahan seperti kemiskinan, konflik, & kolotnya tradisi-2 kuno selalu mewarnai permasalahan.
Bagaimana Kita Menjalankan Psikologi Sosial
Psikologi sosial mengajukan teori-2 yang mengorganisasikan observasi-2 mereka & mengimplikasikan hipotesis yang teruji. Psikologi sosial juga mengadakan penelitian yang memprediksikan perilaku dengan menggunakan studi korelasi bahkan sering dihubungkan dengan kenyataan alami. Mereka mencoba menjelaskan perilaku dengan cara menghubungkan eksperimen-2 yang memanipulasi satu atau lebih faktor di bawah kondisi yang terkontrol.

Bab II
Diri Seseorang dalam Dunia Sosial
Konsep diri: Siapakah Aku?
Siapakah aku? Pertanyaan ini amat sederhana tapi jawaban-nya amat kompleks. Ketika menjawab “aku adalah…..dst” maka ini berarti kita telah menjabarkan konsep diri kita menurut saya. Tapi siapa saya? Cukupkah saya dijelaskan dari perspektif saya?
     Elemen-2 konsep diri (Self-concept), kepercayaan-2 khusus yang telah kita definisikan melalui siapakah kita disebut skema diri (self-schema).
          Self-schema yaitu kepercayaan tentang diri yang mengor-ganisasikan & membimbing diri menuju proses pembentukan dunia kita. Skema diri kita berpengaruh terhadap bagaimana kita memproses informasi yang kita peroleh.
    Misal jika atletik sebagai sentral dari konsep diri kita, maka kita cenderung menasehati orang lain dengan hal-2 yang berkaitan tubuh & keterampilan. Kita juga akan cepat mengingat olahraga yang terkait dengan pengalaman.
    Bagaimana diri mempengaruhi memori disebut sebagai self-reference effect, yaitu kecenderungan untuk memproses secara efektif & efesien ketika ada informasi yang berkaitan dengan konsep diri kita.
     Konsep diri tidak hanya skema dari kita siapa diri kita saat ini tetapi juga mungkin akan menjadi siapa diri kita atau disebut sebagai possible selves. Penampilan menarik, atletis, pintar, kaya & dicintai belum tentu memiliki harga diri tinggi (high self-esteem) akan tetapi, dengan memiliki itu semua seseorang akan merasa lebih nyaman.
    Perkembangan diri sosial
    Diri menjadi fokus utama psikologi sosial karena diri membantu mengorganisasikan & membimbing perilaku sosial kita.
Perbandingan sosial
Konsep diri kita tidak hanya identitas atau atribut pribadi namun juga mencakup identitas sosial.
   Social identity yaitu ketika kita merupakan bagian dari kelompok kecil yang dikelilingi oleh kelompok yang lebih luas maka kita baru menyadari identitas sosial kita, namun ketika kita berada pada kelompok yang lebih luas kita kurang memikirkan hal tsb.
Selain itu perbandingan sosial juga membentuk identitas kita seperti kaya atau miskin, pandai atau bodoh, & tinggi atau pendek. Ketika kita membandingkan diri kita dengan sekeliling, kita sadar bahwa pada dasarnya kita berbeda. Dengan demikian social comparison yaitu mengevaluasi kemampuan & pendapat seseorang dengan cara membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Pengalaman kesuksesan & kegagalan
Konsep diri juga didukung oleh pengalaman sehari-2. Misal setelah mengalami kesuksesan akademik, siswa berusaha meningkatkan nilai akademiknya untuk lebih baik lagi. Sedangkan untuk pengalaman kegagalan misal seorang siswa yang nilainya senantiasa merosot untuk mengembangkan dirinya ia belajar dengan keras guna memperoleh prestasi yang lebih baik.
Penilaian orang lain
Dorongan untuk meningkatkan konsep diri tampak ketika kita melihat diri kita sendiri yang terrefleksi dari penilaian orang lain. Ketika orang lain berpikir baik tentang kita, hal ini akan membantu cara berfikir kita bahwa kita juga baik.
Pengetahuan diri
Menjelaskan perilaku kita
mengapa kita memilih sesuatu? Mengapa kita melakukan ini/itu? Mengapa kita jatuh cinta pada seseorang yang kita anggap spesial? Terkadang kita tahu tapi terkadang juga tak tahu alasannya. Pertanyaan mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, kita memproduksi jawaban yang masuk akal. Maka dari itu, ketika penyebab & faktor-2 lain kurang jelas, penjelasan kita tidak jarang menjadi salah.
Memprediksi perilaku kita
Pengetahuan diri dapat dijadikan sebagai prediksi perilaku. Orang sering juga salah ketika memprediksikan perilaku mereka. Pasangan yang masih berpacaran memprediksikan akan kelanggengan hubungan mereka selama pikiran keduanya positif bahwa mereka tetap akan saling mencintai selamanya. Meskipun demikian, masa depan pribadi sulit diprediksikan. Jika kita hendak memprediksikan diri kita, langkah terbaik yaitu mempertimbangkan perilaku masa lalu pada situasi yang sama, itulah prediksi yang cukup akurat.
Memprediksikan perasaan kita
Terkadang kita mengetahui bagaimana kita akan merasa jika kita gagal ujian atau memenangkan dalam permainan, dll. Tetapi sering juga tak mengerti. Beberapa keputusan besar dalam kehidupan turut memprediksikan perasaan kita dimasa mendatang. Contoh ketika kita memutuskan menikah dengan seseorang  atau memutuskan untuk bekerja pada sebuah perusahaan, kita dapat memprediksikan meskipun tidak akurat, kira-2 bagaimana rasanya keadaan nanti.
Pengawasan Diri
Self-Efficacy (efikasi diri)
Yaitu kemampuan kita dalam menghadapi tantangan & kesulitan dalam kehidupan. Ketika permasalahan muncul, rasa efikasi diri muncul begitu kuat untuk membantu menenangkan kita serta mencari solusi daripad semakin memperkeruh suasana.
Locus of Control
Adalah segala sesuatu yang terjadi pada seseorang. Kejadian tsb dapat diangap sebagai buah hasil dari diri sendiri (internal) dapat juga dari hasil eksternal (misal kebaikan atau keburukan orang lain).
Learned helplessness versus self-determination
Less-helplessness (rasa keputusasaan) yaitu ketika entah itu hewan maupun manusia depresi & merasa tertindas kemudian mereka menjadi pasif karena mereka percaya bahwa apa yang dilakukannya sia-2.
     Sedangkan self-determination yaitu perasaan efikasi & kemampuan seseorang dalam mengontrol kehidupannya. Misal seorang pasien yang baik ia tidak akan sering mendentangkan bel panggilan, tidak banyak bertanya, & selalu berusaha untuk memanajemen diri sebaik-baiknya.
Self-serving Bias
Yaitu kecenderungan untuk menerima & memaafkan dirinya dengan rasa senang hati. Banyak opini yang mengatakan bahwa hampir semua orang menderita hanya karena harga diri yang rendah atau perasaan merasa rendah diri, namun kenyataan tak semuanya seperti itu. Misal meskipun kita mengalami kegagalan kita tetap menerima dengan lapang dada.
Penjelasan untuk even-2 positif & negatif
Para peneliti selalu siap menerima kebahagiannya ketika penelitian mereka dinyatakan berhasil & sukses, sebaliknya ketika kegagalan harus menghampirinya yang dalam hal ini dianggap sebagai even negatif, mereka pun menerima dengan senag hati. Dengan demikian para peneliti telah menunjukkan self-serving bias mereka.
Dapatkah kita menjadi lebih baik dari ukuran rata-2?
Self-serving bias juga tampak ketika seseorang mencoba membandingkan dirinya dengan orang lain. Seseorang selalu merasa “lebih” daripada yang lain. Misal para bisnisman merasa dirinya yang paling unggul diantara lawan bisnisnya, misal lagi seorang milyuner merasa bahwa dirinya yang paling kaya dibanding dengan hartawan-2 lain. Padahal anggapan semacam itu hanyalah subyektif dari pelaku itu sendiri & orang lain belum tentu mengakui.
False consensus and uniqueness
False consensus effect yaitu kecenderungan untuk membangun self-image terhadap orang lain & berpikiran negatif karena melihat kegagalannya atau keburukannya. Misal jika kita bertetangga dengan ide negatif tentang kelompok ras tertentu, kita mengasumsikan  bahwa berberapa ras yang lain juga memiliki stereotipe negatif. Sedangkan false uniqueness effect yaitu kecenderungan untuk membangun self-image & berpikir secara positif karena kemampuan seseorang menunjukkan kesuksesannya.
Presentasi diri
Self-presentation (presentasi diri) mengacu pada keinginan untuk menunjukkan image seseorang yang diinginkan baik kepada khalayak pribadi maupun umum.
False modesty (rendah hati yang salah)
yaitu ketika seseorang selalu merasa bahwa dirinya lebih buruk/rendah & cenderung memuji kelebihan orang lain. Miasal perasaan yang menganggap dirinya lebih bodoh & mengagung-agungkan kepandaian orang lain & kadang berandai-2 “ kenapa aku tak seperti mereka”.
Self-handicapping
Yaitu menjaga image diri dengan perilaku & tindakan yang bersifat menghibur diri untuk menutupi kelemahannya. Sebagai contoh seseorang yang akan wawancara kerja, justru mengadakan pesta besar-2an bukan mempersiapkan diri, mahasiswa yang akan ujian justru main games daripada belajar. Ketika dalam ujian ia berhasil, ia akan membesar-2kan bahwa meskipun tidak belajar ia ternyata mampu, sedangkan jika ia gagal, ia mengatribusikan kegagalannya kepada hal-2 yang bersifat sementara & remeh. Misal “saya gagal karena badanku agak lelah & capek waktu ujian atau karena tadi malam kurang tidur, dll” daripada mengakui ketidakmampuannya.


Bab III
Kepercayaan Sosial & Atribusi
Menjelaskan Pihak-2 Lain
Orang selalu berusaha menjelaskan urusan-2nya kepada orang lain & psikolog berusaha menjelaskan apa yang dijelaskan orang tsb (hasil penjelasan) kepada orang lain.
Atribusi sebab-musabab: terhadap orang atau situasi?
Attribution theory yaitu bagaimana orang menjelaskan perilaku orang lain.
Kita tak henti-2nya menganalisis mengapa banyak hal terjadi begitu saja khususnya ketika kejadian negatif itu menimpa kita. Beberapa pasangan menikah menganalisis perilaku pasangannya lebih spesifik lagi dari segi kekurangan sehingga perseteruan sering terjadi.
Kejadian semacam ini disebabkan karena situasi & didukung perilaku pasangan itu sendiri karena belum bisa saling memahami. Jadi dalam kejadian semacam ini kita tidak bisa hanya beratribusi menyalahkan orangnya atau karena situasinya.
The Fundamental Attribution Error
Adalah kecenderungan para pengamat untuk menilai terlalu rendah (underestimate) pengaruh situasi-2 & menaksirkan atau menilai terlalu tinggi (overestimate) pengaruh-2 disposisional yang terjadi pada perilaku orang lain.
   Misal ada 2 orang A & B. A lebih cerewet, banyak ulah, dll, sedangkan B cenderung diam & tenang. Semula kita berpikir mengenai perbedaan itu hanyalah watak tiap individu. Namun kemudian sebagai peneliti atribusi kita akan berasumsi bahwa A lebih extrovert person (terbuka) & B introvert person (tertutup) yang mana sifat-2 tsb dapat dipengaruhi dari situasi-2 disekitarnya.
Mengapa kita membuat kesalahan atribusi (attribution error)
Sejauh ini kita telah melihat ke-bias-an yang terletak pada cara bagaimana menjelaskan perilaku orang lain. Kita sering mengabaikan penentu-2 situasi yang cukup kuat. Mengapa kita cenderung menilai rendah penentu perilaku orang lain tetapi tidak mau memperhatikan milik kita sendiri,
Kesadaran perspektif & situasi
An actor-observer difference yaitu ketika kita melakukan tindakan, lingkungan seakan-2 dikomando untuk memperhatikan kita & ketika kita mengamati orang lain bertindak maka orang tersebut merupakan pusat dari perhatian kita & situasi secara relatif tidak begitu diperhatikan. An actor-observer difference menekankan bahwa perspektif dari tindakan pelaku beda dengan perspektif pengamat. contoh: ketika kita diwawancarai di TV lalu secara sengaja hasil wawancara itu didokumentasikan, ketika penonton melihat tingkah laku kita saat wawancara, mereka mungkin bertanya, apakah kita bertingkah laku tsb karena faktor sifat & karakter alamiah kita secara pribadi atau karena faktor situasi yang menuntut kita untuk bertindak seperti itu.
Perbedaan budaya
Perbedaan budaya juga turut berpengaruh pada atrribution error. Pandangan barat menekankan bahwa manusia yang menyebabkan peristiwa, bukan situasi. Universitas California Selatan melaporkan bahwa mahasiswanya selalu diyakinkan melalui psikologi-pop berpikir positif yaitu “mereka pasti bisa melakukan apa yang mereka anggap sukar”.
   Diasumsikan disini bahwa dengan watak, sikap, & perilaku yang benar, seseorang dapat mengatasi permasalahan yang datang.
Mengapa kita mempelajari Attribution Errors?
Alasannya yaitu untuk menjelaskan seringnya pikiran sosial kita memiliki kekurangan & kesalahan. Kemudian alasan kedua yaitu adanya ke-bias-an yang menjajah pikiran kita yaitu kurangnya kita menyadari akan ke-bias-an tsb.
Mengkonstruksikan interpretasi-2 & memori-2
Berdasarkan hasil eksperimen ditemukan bawa memvonis sebelum memeriksa akan mengaburkan persepsi & interpretasi kita, & kesalahan informasi juga akan mengaburkan daya ingat kita.
Belief perseverance (kepercayaan yang kuat)
Yaitu konsep hidup awal seseorang yang selalu dipegang teguh sebagai kepercayaannya. Meskipun terkadang kepercayaan itu didiskreditkan orang lain, namun ia yakin bahwa ada sisi kebenarannya. Kepercayaan dapat berpengaruh terhadap bagaimana kita menginterpretasikan suatu keadaan atau kejadian.
Mengkonstruksikan memori-2
Hampir 85% mahasiswa percaya pernyataan seperti yang tercantum di Psychology Today bahwa ilmu telah membuktikan, jika serangkaian pengalaman selama seumur hidup akan terpelihara secara sempurna di dalam pikiran. Namun penelitian psikologi membuktikan fakta yang justru berlawanan. Penelitian menjelaskan bahwa ingatan bukanlah kopi dari pengalaman yang tetap tersimpan dalam ruang ingatan. Akan tetapi, kita mengkonstruksikan bahwa memori-2 merupakan penarikan diri yang meliputi memori-2 pikiran ke masa lalu. Artinya kita mengkonstruksikan fragmen-2 informasi di masa lalu dengan cara mengkombinasikan perasaan kita saat ini & apa harapan kita dari fragmen-2 informasi tsb.
Rekonstruksi sikap masa lalu
Yaitu kita berpikir ulang & berusaha mengubah apa yang dulu kita anggap benar atau kita anggap salah. Misal mungkin ketika diusia 20 tahun, kita bersikap kepada orang tua semau kita & kita anggap semua itu sudah benar. Akan tetapi sekarang setelah dewasa & banyak pengalaman serta pelajaran berharga, kita lebih tahu manakah yang lebih baik & bagaimana seharusnya bersikap kepada orang tua.
Rekonstruksi perilaku masa lalu
Konstruksi memori memungkinkan kita merevisi sejarah diri kita. Arti dari rekonstruksi di sini yaitu mengubah perilaku kita agar tidak seperti perilaku kita dulu setelah kita mendapat informasi baru.
   Misal seorang anak dulu menggosok gigi sehari lebih dari 5 kali karena tidak tahu. Namun setelah mendapat pelajaran dari guru agar menggosok gigi yang baik 2 kali sehari, ia lalu mengubah perilaku tsb.
Memvonis Orang Lain
Intuisi: potensi kita untuk mengeahui diri dari dalam
Intuisi adalah kemampuan untuk memahamisesuatu dengan menggunakan perasaan daripada mempertimbangkan fakta yang ada, atau intuisi yaitu sebuah ide apa yang dianggap benar dalam situasi tertentu berdasarkan perasaan yang kuat daripada menganut fakta-2.
Kekuatan Intuisi
Pada dasarnya setiap orang memiliki intuisi. Pikiran kita sebagian kadang terkontrol, sadar & sebagian lagi refleks & tanpa kita sadari. Pikiran yang otomatisterjadi di luar pandangan & dimana alasannya tak terketahui. Perhatikan istilah-2 di bawah ini:
Schemas, yaitu mental kita yang secara otomatis, intuitif membimbing persepsi & interpretasi-2 pengalaman kita. Misal ketika kita mendengan suara seseorang berbicara masalah sekte agama atau seks, kita tidak hanya mendengarkan kata-2nya tapi juga bagaimana kita secara otomatis menginterpretasikan suara itu.
Emotional reactions hampir sama dengan instantaneous. Yaitu reaksi yang muncul sebelum pikiran seseorang diungkapkan, salah satu saraf memotong & mengambil informasi dari mata & pikiran untuk ditujikan ke otak.
Keterbatasan intuisi
Terkadang intuisi ada sisi benarnya tapi tak jarang banyak salahnya. Secemerlang & sehebat apapun seseorang belum tentu intuisinya selalu benar. Intuisi merupakan ketidak-sadaran pikiran yang tidak dapat dipercayai seluruhnya.
Judgemental Overconfidence
Yaitu kecenderungan untuk terlalu percaya diri atau terlalu menilai tinggi (overestimate) keakuratan akan kepercayaan seseorang daripada kebenaran yang sewajarnya. Sebagai contoh “Saya yakin 98% jarak antara New Delhi & Bombay hingga 1000 mil”. Padahal kebenaran berdasarkan fakta bisa salah 30% dari dugaan itu. Orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi cenderung menjadi overconfident people.

Bab IV
Perilaku & Sikap
Benarkah Sikap Menentukan Perilaku?
Perilaku yaitu reaksi evaluasi baik yang menyenangkan maupun tak menyenangkan yang terdapat pada kepercayaan & perasaan seseorang. Baik para filsuf, teolog, maupun para pendidik telah berspekulasi mengenai hubungan antara pikiran & tindakan, karakter, & tingkah laku, perkataan pribadi & perbuatan umum. Asumsi yang dikeluarkan  baik dari ajaran-2 & konseling yaitu kepercayaan & perasaan pribadi kita sangat menentukan perilaku umum kita. Jadi kalau kita ingin merubah cara orang berperilaku, kita harus merubah hati & pikiran mereka.
Apakah kita semua munafik?
Awalnya psikolog sosial setuju bahwa mengetahui sikap seseorang berarti memprediksik-an tindakan orang. Akan tetapi tahun 1964, Leon Festinger membuktikan bahwa merubah sikap bukan berarti merubah perilaku. Festinger percaya bahwa hubungan kerja antara sikap & perilaku sistem perputarannya diumpamakan seperti kerja kuda sebagai pelaku & keretanya sebagai sikap. Dengan demikian kita tidak dapat dikatakan munafik karena apapun ang kita ekspresikan tidak memprediksikan perilaku yang mana antara sikap & perilaku memiliki arah yang berbeda tergantung pengaruh-2 di luar.
Meminimalisasikan pengaruh-2 sosial terhadap sikap
Tidak seperti seorang dokter yang mendeteksi detak jantung pasien, psikolog sosial belum tentu mendapat jawaban langsung atas sikap seseorang hanya dengan mengamati hingga mereka meneliti lebih seksama dari sikap-2 yang terekspresikan oleh seseorang. Seperti perilaku lain, ekspresi juga memiliki pengaruh-2 dari luar.
Untuk bersikap & berperilaku, seseorang dianjurkan untuk tidak mudah terpengaruh dari lingkungan sosial kita.
Benarkah perilaku menentukan sikap?
Memang ada benarnya bahwa perilaku turut menentukan sikap. Misal ketika kita baru masuk di sebuah universitas, kita tak punya teman & segala sesuatu masih terasa asing sekalipun dengan kawan sebangku. Agar dapat beradaptasi, kita seharusnya meninggalkan perilaku-2 SMA & mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru. Nah, perilaku adaptasi kita itu selanjutanya akan turut menentukan sikap kita.
Saying becomes believing (perkataan menjadi kepercayaan)
Berkaitan dengan efek role playing yaitu efek saying becomes believing. Perlu dipertimbangkan pertama yaitu kecenderungan manusia untuk mengadaptasikan perkataan kita dengan tujuan menyenangkan pendengar. Misal pendengar akan lebih cepat menerima  kabar baik dari pada kabar buruk & dalam penyampaian pesan itu kita menyesuaikan siapa pendengar karena apa yang diberikan pemberi informasi cenderung menjadi kepercayaan bagi yang mendengar. Lagi misal seorang anak perempuan mengenalkan pacarnya yang berbeda ras kepada ayahnya, secara jujur tapi rahasia, respon seorang ayah akan mengatakan “saya tak akan membiarkan mereka menikah”, akan tetapi untuk menyenangkan hati anaknya, ayah itu bilang “dia adalah laki-2 yang baik”. Maka dengan perkataan seperti itu anak akan mempercayai bahwa pacarnya memang baik terbukti ayahnya mengatakan baik.
Aksi jahat & sikap
Sikap mengikuti prinsip perilaku yang bekerja dengan aksi amoral. Kejahatan terkadang merupakan hasil dari komitmen-2 yang meluas secara berangsur-2. aksi kejahatan yang dianggap remeh & kecil justru membuat kejahatan semakin mengembang & besar jika dilakukan terus-menerus. Padahal dari tindakan kejahatan kecil itu jika dilakukan terus dapat menggerogoti sensitivitas moral pelaku.
Interracial behavior and racial attitudes
Jika tindakan moral seimbang dengan sikap moral, akankah perilaku positif antar ras akan mengurangi prasangka buruk terhadap ras lain? Sebagian para ahli ilmu sosial di AS berargumentasi bahwa “jika kita menunggu hati berubah melalui khotbah & pengajaran, kita akan menunggu lama adanya keadilan antar ras. Akan tetapi, jika kita mengatur tindakan moral, kita dapat mengatasi kondisi dengan sepenuh hati.
Mengapa Tindakan Mempengaruhi Sikap?
Psikolog sosial memperkirakan 3 kemungkinan sumber-2.
     Pertama, self-presentation theory yang mengasumsikan untuk alasan-2 strategis, kita mengekspresikan sikap-2 yang membuat kita tampak lebih konsisten.
     Kedua, cognitive dissonance theory mengasumsikan bahwa untuk mengurangi ketidaknyamanan, kita mengatur tindakan kita dulu secara benar.
     Ketiga, self-perception theory berasumsi bahwa tindakan kita adalah self-revealing (ungkapan pikiran kita sendiri) ketika terdapat ketidakpastian tentang perasaan atau kepercayaan.
Self-presentation: impression management
Kita dapat mengulas sedikit di Bab 2 bahwa kita selalu sibuk berdandan, diet, berpakaian bahkan ikut operasi plastik hanya karena khawatir akan pikiran orang lain tentang kita. Untuk membuat membuat kita terkesan bagus (good impression) sering kita berusaha untuk meraih reward sosial & material guna menyamankan diri kita bahkan untuk menyelamatkan identitas sosial kita. Bahkan tak seorangpun ingin tampak seperti orang bodoh, maka ia berusaha untuk menyerasikan antara sikap & tindakannya. Agar tampak konsisten, kita mungkin pura-2 besikap yang kita sendiri sebenarnya tidak mempercayainya. Seseorang yang cenderung membuat kesan baik dengan cara terus menerus memonitor perilaku sendiri & memperhatikan bagaimana reaksi orang lain serta ia berusaha untuk tampil sesuai dengan tuntutan & harapan orang lain terhadap dirinya yang disebut sbg self-monitoring tendency.
Self-justification: cognitive dissonance (penyelarasan diri: ketegangan kognitif)
Salah satu teori mengatakan bahwa sikap kita berubah karena kita termotivasi untuk tetap menjaga konsistensi kita diantara kognisi-2 yang kita miliki. Cognitive dissonance theory dari Leon Festinger mengasumsikan bahwa akan muncul ketegangan ketika secara tiba-2 muncul dua pikiran/ kepercayaan “kognisi” yang secara psikis tidak konsisten. Maka unuk mengurangi ketidaknyamanan dari kemunculan kognisi tsb, kita sedapat mungkin menyelaraskan pikiran kita.
Self-perception (persepsi diri)
Self-perception theory mengasumsikan bahwa kita menarik kesimpulan diri sama seperti ketika mengamati perilaku kita sendiri. Ketika kita dalam keadaan/ ambigu, kita dlm posisi pengamat seseorang dari luar, kita melihat sikap orang dengan cara mengamati perilaku mereka secara seksama ketika beraksi dengan perasaan senang. Seperti itu juga kita mengamati sikap kita sendiri. Mendengar diri sendiri, berbicara menginformasikan tindakan kita, mengamati tindakan-2 kita, memberikan petunjuk betapa kuatnya kepercayaan kita.

Bab V
Gen, Budaya, & Gender
Alamiah Manusia & Perbedaan Gender
Dalam perbedaan & persamaan manusia, dua perspektif selalu mendominasi pikiran yang terkini yaitu:
    pertama perspektif revolusioner yang menekankan pada kekeluargaan.
    kedua perspektif budaya yang menekankan pada perbedaan manusia.
Evolusi & perilaku
Seleksi alam (natural selection) yaitu proses evolusi yang mana secara alami makhluk/ organisme yang memiliki ciri tertentu dapat survive & mampu berkembang biak di lingkungan tertentu pula. Sedangkan Evolutionary psychology (psikologi evolusi) membelajari bagaimana seleksi alam mempengaruhi tidak hanya kesesuaian sifat fisik tetapi juga psikis & perilaku sosial yang meningkatkan kelangsungan & berkembangbiaknya gen-2.
Budaya & perilaku
Budaya yaitu pelestarian perilaku, ide-2 , sikap, & tradisi-2 yang selalu dijalankan & dilestarikan oleh sekelompok luas orang-2 & diturunkan dari generasi ke genarasi. Evolusi menghasilkan fleksibilitas budaya untuk tetap dijaga & dijalankan sesuai dengan lingkungan & kemajuan zaman.
Perbedaan budaya
Perbedaan bahasa, adat, & perilaku memberikan kesan bahwa hampir keseluruhan perilaku kita secara sosial telah terprogram. Norma yaitu peraturan-2 untuk diterima & dengan harapan untuk dipatuhi & dilaksanakan. Meskipun beberpa norma bersifat universal, setiap budaya memiliki norma tersendiri yaitu peraturan yang harus diterima & diharapkan menjadi perilaku sosial.
Persamaan budaya
Meskipun banyak norma bervariasi, namun manusia benar-2 menegakkan norma-2 yang siapapun orangnya & dimana pun tempatnya orang akan mematuhi norma tsb. Contoh: Semua orang dari berbagai negara & agama apapun juga ketika mengikuti konferensi, semuanya akan saling menghormati & menjaga norma kesopanan untuk tidak saling merendahkan.
Peranan sosial
Peranan memiliki nilai positif & juga efek yang sangat kuat. Orang yang secara sengaja memainkan peranan baru, terkadang merubah dirinya sendiri atau berempati dengan orang yang memiliki peran berbeda dari dirinya. Peranan sering datang berpasangan yang ditentukan oleh hubungan misal orangtua dengan anak, suami & istri, guru & murid, dll. Untuk saling membantu & memahami, satu sama lain saling membantu. Dengan demikian orang akan berperilaku di dalam sosial sesuai dengan perannya. Seorang dokter akan berperan sesuai tugas sorang dokter.
Persamaan & Perbedaan Gender
Dalam psikologi gender diartikan sebagai karakter baik secara biologis maupun sosial yang dipengaruhi oleh definisi peran perempuan & laki-2, sedangkan istilah “seks” hanya mengacu pada biologis saja.
Independence versus connectedness (kemerdekaan/ kebebasan vs berhubungan)
Perbedaan gender terkadang sudah ditanamkan sejak kecil meskipun tanpa kita sadari. Sebagai contoh ketika masih kecil anak laki-2 sudah berusaha keras untuk bisa bebas dari ibunya & berusaha mencari identitas dirinya, sedangkan anak perempuan selalu ingin berhubungan & bergabung dengan orang lain. Begitu juga peran dalam kelompok, anak laki-2 cenerung terlibat dalam aktivitas kelompok yang lebih luas dibanding anak perempuan.
Social dominance
Kita tidak dapat memungkiri bahwa diberbagai negara, kekuasaan laki-2 masih dirasakan yang paling dominan. Laki-2 cenderung berperan sebagai pemimpin sedangkan wanita sebagai motivator sebuah tim dalam aktivitas sosial. Terdapat keyakinan bahwa meskipun wanita memperoleh persamaan status dengan kaum laki-2, wanita tetap tidak akan merasa sebebas kaum laki-2.
Aggression (kekerasan)
Yaitu perilaku fisik atau verbal yang bertujuan menyakiti seseorang. Didalam eksperimen laboratorium, hal ini berarti secara sengaja misal menyengatkan aliran listrik ke tubuh seseorang atau hanya sekedar berkata-2 yang menyakitkan perasaan orang lain, hal ini sudah dikatakan bersikap agresi. Melalui pandangan umumperilaku seperti berburu, berkelahi, & berperang umumnya adalah aktivitas-2 yang dilakukan oleh laki-2. Oleh karena itu, berdasarkan survei, laki-2 cenderung agresif daripada perempuan, sehingga ada kecenderungan kekerasan yang dilakukan kaum laki-2 terhadap perempuan.
Seksual
Perbedaan laki-2 & perempuan dalam seksualitas juga tampak. Misal pada kenyataannya laki-2 cenderung lebih berinisiatif untuk merangsang pasangannya ketika akan melakukan hubungan seksual. Begitu juga meskipun laki-2 tanpa perempuan, mereka tetap memiliki alternatif lain untuk berhubungan seksual, sedangkan perempuan lebih pasif.
Budaya & Gender
Pengaruh budaya secara mencolok diilustrasikan oleh perbedaan peranan gender sepanjang masa & dimanapun juga. Budaya sebagaimana didefinisikan diawal yaitu ide-2 , sikap, & tradisi-2 yang selalu dijalankan & dilestarikan oleh sekelompok luas orang-2 & diturunkan dari generasi ke genarasi. Kita dapat melihat ide, sikap, & tradisi sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku kaum laki-2 maupun perempuan. Di negara manapun, perempuan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah & pengasuhan anak sedangkan laki-2 bidang pekerjaannya lebih brsifat kepemimpinan.
Peran gender berbeda-2 tergantung budaya
Dalam masyarakat nomaden & food-gathering, laki-2 & perempuan memiliki peluang yang sama untuk memperoleh pendidikan & keduanya mengerjakan tugas yang sama. Lain lagi bagi masyarakat petani, perempuan bekerja di sawah serta mengasuh anak, sedangkan laki-2 berkelana dengan bebas. Bagi masyarakat industri peranan sangat banyak & berbeda. Contoh: Di Korea Selatan perempuan menduduki posisi manajer hanya berkisar 2%, di AS 17%, di Austria 28%, & Switzerland sebaesar 48%. Bahkan di Amerika Utara hampir semua dokter & dokter gigi kaum laki-2, sedangkan di Rusia hampir semua dokter perempuan, & di Denmark kebanyakan dokter gigi adalah wanita.
Peran gender berbeda-2 dari waktu ke waktu
Perubahan perilaku selalu mengiringi perubahan sikap. Sekitar tahun 1960 & 1995, proporsi wanita menikah berusia 40 tahun di AS yang bekerja meningkat dua kali lipat dari 38% menjadi 76%. Begitu juga yang terjadi di Kanada, Australia, & Britania. Perubahan juga tampak pada tahun 1970 yaitu meningkatnya jumlah para wanita yang dididik menjadi pengacara, dokter, & dokter gigi. Variasi peranan gender sepanjang masa & budaya apapun mengisyaratkan bahwasanya sebenarnya evolusi & biologi tidak mengubah peranan gender hanya masyarakat saja yang mengkonstruksikan perbedaan itu.
Peer-transmitted culture (budaya yang turun temurun)
Bagaimana orang tua mendidik & merawat anaknya, maka sifat-2, sikap, & perilaku ortu akan diwarisi oleh anak mereka. Anak-2 menyerap & menerapkan nilai-2 yang ada di rumahnya.
Biologi & Budaya
Kita tidak perlu berpikir bahwa antara evolusi & budaya merupakan pesaing (competitors). Norma budaya itu bersifat halus tapi efeknya terhadap sikap & perilaku kita sangat kuat. Akan tetapi budaya tidak sebebas biologi. Sgala sesuatu yang bersifat sosial & psikis umumnya bersifat biologis. Jika ada harapan-2 lain mempengaruhi kita, maka hal ini adalah sebagian dari program biologis kita. Lebih jauh lagi apapun yang diwarisi dari gen nenek moyang kita, budaya tetap lebih menonjol yang turut mempengaruhi perilaku kita. Jika hormon & gen memberikan kecenderungan bahwa laki-2 secara fisik lebih agresif daripada perempuan, maka budaya juga akan memperkuat perbedaan ini melalui norma-2 yang mengharapkan laki-2 lebih tabah & kuat sedangkan perempuan lebih ramah & lemah lembut. Seleksi alam & seleksi budaya mungkin terdapat kesamaan untuk bekerja sama dalam menghasilkan watak-2 yang secara genetik berguna atau yang disebut dengan coevolution (proses evolusi psikologis). Dengan demikian antara biologi & budaya terdapat interaksi yang keduanya berpengaruh terhadap sikap & perilaku manusia.

Bab VI
Konformitas

Pengertian
Konformitas adalah sebuah perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil dari tekanan kelompok baik nyata maupun maya. Sedang compliance yaitu konformitas yang melibatkan tindakan secara umum untuk menuruti tuntutan sosial padahal secara individu ia tidak menyetujuinya. Misal compliance yaitu terkadang kita ikut-an apa yang kata umum baik padahal secara pribadi kita menyatakan tidak baik sehingga kita tidak tahu apa yang sebenarnya kita lakukan. Acceptance yaitu konformitas yang melibatkan baik tindakan maupun kepercayaan demi keserasian dalam sosial.
Kapan Orang harus Berkonformitas?
Beberapa situasi harus memicu orang untuk berkompromi/ menyesuaikan, sedangkan beberapa situasi yang lain tidak perlu. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa konformitas itu sangat penting khususnya jika sebuah kelompok memiliki tiga orang atau lebih & bersifat kohesif serta memiliki status yang tinggi.
Group size (ukuran kelompok)
Didalam eksperimen laboratorium sebuah kelompok tidak perlu besar untuk memiliki efek yang besar. Asch & peneliti-2 lain menemukan bahwa tiga hingga lima orang akan lebih dapat berkonformitas daripada 1 atau 2 orang. Bib Latane mengasumsikan bahwa pengaruh sosial meningkat sejalan dengan kesiapan & ukuran sebuah kelompok.
-   Unanimity (kebulatan suara)
Yaitu ketika dalam sebuah kelompok para anggota berkonformitas karena perihal yang mereka bahas sudah saling setuju dengan kebulatan suara bersama.
Cohesion (kohesi)
Adalah perasaan yang mana para anggota dalam sebuah kelompok semuanya terikat & terjalin bersama mungkin karena satu sama lain saling menarik & memperhatikan.
Status
Dalam berkonformitas, status ternyata menduduki peran yang cukup tinggi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya seseorang yang berstatus sosial tinggi cenderung memiliki dampak lebih dalam kelompok.
Mengapa Orang harus Berkonformitas?
Terdapat 2 kemungkinan mengapa orang berkonformitas, yaitu:
     a.  normative influence, yaitu orang berkonformitas yang didasarkan pada kehendak atau keinginan seseorang untuk memenuhi harapan-2 orang lain. Hal ini sering dilakukan agar yang melakukan tsb bisa diterima orang lain.
     b.  informational influence yaitu konformitas merupakan hasil dari adanya bukti tentang realita yang diberikan orang lain. Kecenderungan seseorang untuk lebih berkonformitas ketika merespon kemauan publik yang merefleksikan normative influence. Sedangkan kecenderungan untuk lebih berkonformitas pada pengambilan keputusan tugas merefleksikan informational influence.
Siapa Saja yang Berkonformitas?
Gender
Diantara warga Amerika yang berada dalam kelompok kondisi tertekan selama 30 thn, terdapat kecenderungan bagi wanita untuk lebih brkonformitas daripada laki-2. Akan tetapi, berdasarkan eksperimen terbaru, kini kaum wanita tidak lagi mudah berkonformitas. Hampir semua perbedaan gender dalam perilaku sosial juga tampaknya tidak lagi terpengaruh oleh investigator jenis kelamin. Sebelumnya dikatakan bahwa perempuan lebih mudah terpengaruh karena mereka lebih memperhatikan hubungan interpersonal yang mengatribusikan perbedaan individu.
Eagly & Wendy Wood percaya bahwa perbedaan dalam konformitas merupakan hasil dari peranan sosial pria & wanita yang telah terstereotipkan. Perbedaan laki-2 & perempuan tidak hanya perbedaan gender tetapi juga perbedaan status. Dalam kehidupan sehari-2, laki-2 cenderung menduduki posisi status & memiliki kekuasaan lebih tinggi sehingga sering kita lihat laki-2 menekan & kaum wanita merasakan dampaknya.
Personality (kepribadian)
Sejarah psikososial yang berpikir tentang hubungan antara sifat kepribadian dengan perilaku sosial paralel yang menekankan tentang sikap & perilaku. Kepribadian seseorang/ individu memerlukan adanya hubungan dengan pribadi diluar dirinya atau perilaku sosial seperti konformitas & kepribadian sehingga  ada kecenderungan untuk berkonformitas dengan perilaku sosial lain.
Budaya
Latar belakang budaya turut mempengaruhi dalam upaya bagaimana seseorang berkonformitas. Sebagai contoh tingkat konformitas masyarakat Libanon 31%, Hongkong 32%, mereka adalah suku-2 yang memiliki sanksi keras  untuk tidak berkonformitas, sedangkan orang  Norwegia & Perancis lebih cenderung berkonformitas.
Melawan Tekanan Sosial
Manusia tidak seperti bola billiard yang hanya bisa dilempar semau pemain, tetapi manusia dapat bertindak untuk merespon tekanan-2 yang datang padanya. Mengetahui adanya seseorang yang mencoba untuk memaksa kita, hal ini akan mendorong kita untuk bereaksi mungkin dalam bentuk perlawanan.
Reactance
Yaitu sebuah motif untuk melindungi atau memulihkan rasa kebebasan seseorang. Reactance muncul ketika ada seseorang yang mengancam aksi kebebasan kita. Teori dari psychological reactance mengatakan bahwasanya orang benar-2 bertindak untuk melindungi kebebasannya yang didukung oleh pertunjukan eksperimen-2 yang mencoba untuk membatasi kebebasan seseorang yang sering menghasilkan sebuah dampak boomerang. Sebagai contoh ketika  seorang menghentikan kita di jalan & meminta kita untuk menandatangani surat permohonan, sementara kita mempertimbangkan permohonan tsb, ada orang lain yang bilang “Orang tidak seharusnya mendistribusikan atau menandatangani permohonan semacam itu”.
   Teori reactance memprediksikan bahwa jika ada perkataan yang tidak enak seperti itu akan membatasi kebebasan kita untuk memutuskan menandatangani.
Menilai keunikan (asserting uniqueness)
Orang merasa sangat tidak nyaman ketika mereka berpenampilan begitu berbeda dengan orang lain di sekitarnya, akan tetapi di negara barat orang cenderung merasa tidak nyaman jika dirinya tamptl sama seperti orang lain. Memang dalam mengaplikasikan keunikan, kita tidak mau dilbilang orang yang menyimpang, akan tetapi kita semua mengekspresikan perbedaan kita melalui gaya & pakaian pribadi kita. Dengan demikian kita dalam bertindak untuk menghadirkan rasa keunikan & individualitas kita yaitu ketika dalam kelompok kita tampak berbeda dengan yang lainnya.

Bab VII
Persuasi

Dua Jalur dalam Melakukan Tindakan Persuasif
Central route persuasion
Yaitu persuasi terjadi ketika orang-2 yang merasa tertarik fokus pada argumen-2 & merespon dengan pikiran-2 yang baik & menyenangkan. Alice Eagly & Shelly Chaiken melaporkan bahwa orang yang mampu & termotivasi untuk berpikir melalui adanya isu sangat tepat berpersuasif melalui central route to persuasion.
Peripheral route persuasion
Yaitu persuasi yang memberikan isyarat seseorang yang memicu untuk cenderung menerima tanpa berpikir banyak. Jadi persuasi ini terjadi karena dipengaruhi oleh isyarat insidental seperti karena disebabkan menariknya atau kemolekan seseorang.
Ciri-2 Central & Peripheral Route Persuasions:
Elemen-2 Persuasi
Ada 4 elemen persuasi baik sentral maupun peripheral yang dieksplorasi oleh psikolog sosial yaitu:
  1) komunikator,
  2) pesan (message),
  3) bagaimana pesan itu dikomunikasikan,
  4) pendengar (audiences).

   Dengan kata lain, siapa yang mengatakan apa dengan sarana apa & kepada siapa.
Siapa yang menyampaikan? Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan pesan dengan menggunakan suatu sarana kepada audiens. Sebagai komunikator itu sendiri harus memilki:
Kredibilitas
Seorang komunikator harus berkredibilitas, benar-2 ahli & dapat dipercaya (trustworthy or believable)
Memiliki daya tarik
Memilki kemampuan & daya tarik terhadap pendengar akan lebih efektif dalam penyampaian pesan. Daya tarik ada beberapa cara salah satunya physical appeal (selera fisik). Argumen khususnya emosionil sering lebih mengena ketika argumen-2 tsb datang dari orang-2 yang menarik atau cantik. Cara kedua yaitu similarity (kesamaan) yang menekankan bahwa pada dasarnya kita menyukai orang-2 yang memiliki kesamaan dengan kita, maka penyampaian pesan biasanya lebih efektif & efisien.
Apa yang disampaikan? Isi pesan.
Jika Anda ingin mengatakan suatu pesan misal untuk menghentikan merokok atau mengajak orang untuk membayar pajak, mungkin Anada akan bertanya -2 bagaimana mengkonsepkan isi pesan untuk disampaikan kepada publik yang dengan harapan publik akan merespon lebih-2 mau mengikutinya.
Alasan-2 vs emosi
Bayangkan jika Anda hendak berkampanye untuk mendukung aksi dalam rangka meringankan penderita kelaparan. Apakah Anda akan membut item-2 argumen & mencantumkan susunan statistik yang amat mengesankan? Atau menurut anda lebih efektif mengunakan pendekatan secara emosional misalnya cerita tentang anak yang menderita kelaparan. Tentu saja anda dapat menggunakan keduanya (alasan & emosi) hanya saja anda sebagai komunikator harus dapat membaca siapa audiensnya & strategi mana yang layaknya lebih efektif.
Primacy (keunggulan) vs recency
Primacy effect yaitu ketika terdapat dua pesan yang bersifat persuasif datang secara berturut-2 & audiens kemudian merespon & menerima hanya pesan yang pertama karena pesan pertama dianggap paling unggul & berpengaruh, sedangkan recency effect yaitu ketika terdapat 2 pesan persuasif yang datangnya dalam waktu yang terpisah antara pesan pertama & kedua sedangkan audiens hanya merespon pesan kedua.
Bagaimana pesan disampaikan? Melalui channel  apa? Channel of communication adalah cara pesan itu disampaikan kepada audiens entah dengan cara bertatap muka secara langsung, dalam bentuk tulisan, film, dll.
   Pesan yang mudah dipahami akan lebih efektif & persuasif jika disajikan dalam bentuk video, sedangkan pesan yang lebih sulit pemahamannya lebih tepat disajikan dalam bentuk tertulis. Dengan demikian tingkat kesulitan untuk menyampaikan pesan dengan media turut menentukan keefektifan penyampaian.
Kepada siapa pesan disampaikan? Audiens
Dalam penyampaian pesan sangat penting untuk mempertimbangkan siapa audiens kita, apa yang audiens pikirkan ketika menerima pesan, benarkah mereka berpikir untuk setuju atau justru menolak. Usia audiens juga menimbulkan perbedaan. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa sikap orang yang berusia masih muda cenderung kurang stabil.
Berapa usia mereka
Sekarang ini cenderung memiliki sikap sosial & politik yang berbeda tergantung usia seseorang. Ada 2 penjelasan mengenai perbedaan tsb. Pertama, life cycle explanation yaitu perubahan sikap dalam kehidupan misal seseorang semakin tua usianya semakin konservatif cara berpikirnya. Kedua, generational explanation yaitu perilaku orangtua yang masih mengadopsi perilaku-2 ketika masih mudanya karena mereka merasa perilaku anak jaman sekarang tidak cocok dengan gaya orang tua dulu. Berdasarkan survei, perilaku orangtua kurang atau tidak terlalu banyak perubahan cenderung stabil berbeda dengan anak usia muda.
Apa yang mereka pikirkan
Dalam central route persuasion, hal yang signifikan untuk dipikirkan tidak hanya pesan semata tetapi kira-2 respon apa yang akan muncul dalam pikiran seseorang ketika menerima pesan. Jika pesan merupakan gagasan-2 yang baik & menyenagkan maka biasanya audiens akan terbujuk, sedangkan jika memprofokasi, kita berpikir argumen yang kontradiksi, kita sebagai audiens tetap tidak terbujuk.
Studi Kasus dalam Persuasi: Cult Indoctrination (pengindoktrinasian pemujaan)
Cult disebut juga sebagai New Religions movement (pergerakan agama baru) yaitu sebuah kelompok yang secara tipe dicirikan oleh 1) perbedaan ritual untuk menunjukkan ketaqwaan kepada Tuhan atau seseorang; 2) mengisolasi diri dari lingkungan budaya yang penuh dengan ‘kejahatan’; 3) memiliki pemimpin yang kharismatik. Misal cult salah satunya adalah adanya bunuh diri massal dari suatu sekte yang dipercayai dengan bunuh diri sudah merupakan pengorbanan untuk meraih surga.
Sikap mengikuti perilaku
Ketika seseorang telah berkomitmen untuk mengikuti suatu aliran kepercayaan dengan cara sukarela & secara umum sudah terdaftar dalam anggota serta pimpinan telah mengetahuinya maka seyogyanya ia melakukan pemujaan yang pimpinan lakukan.
Elemen-2 persuasi
Kita dapat menganalisis persuasi pemujaan yang menggunakan faktor-2 sebagaimana telah didiskusikan dipermulaan bab ini.
Komunikator
Pemujaan yang sukses biasanya memiliki seorang pemimpin yang kharismatik yaitu seorang pemimpin yang mampu mengarahkan & menarik umatnya. Seorang komunikator (pemimpin) juga harus dapat dipercaya & memang mendalami agama yang disebarkan tersebut.
Pesan
Pesan yang disampaikan dari pemimpin bervariasi mulai dari ajaran-2 secara teoritis & diskusi-2 kelompok kecil.
Audiens
Anggota yang direkrut bisa bermacam-2 misal pengikut Jim Jones cirinya kurang berpendidikan & hidupnya sederhana. Ada lagi sekte lain yang umatnya berasal dari kalangan terpelajar, kelas menengah yang hidup dengan segala keidealannya, ada juga kelompok yang terdiri dari orang-2 yang jahat & serakah.
Dampak dari berkelompok (Group effects)
Kekuatan kelompok turut menentukan dalam rangka pembentukan pandangan & perilaku umat. Seseorang yang telah memutuskan untuk mengikuti pemujaan suatu sekte baru mau tidak mau harus kehilangan kelompok sosialnya yang dulu & menerima resiko & dampak-2 dari kelompok baru. Dalam kelompok baru ini nanti, ia akan memiliki identitas & realitas baru yang harus siap dihadapinya. Dengan adanya rasa persaudaraan maka satu sama lain akan merasa satu keluarga senasib sepenanggungan.
Melawan Persuasi: Suntikan untuk Perlindungan Sikap (attitude inoculation)
Setelah mempelajari ‘senjata pengaruh dari persuasi, sekarang kita akan belajar beberapa taktik untuk melawan pengaruh persuasi.
   Bagaimana mungkin kita mempersiapkan orang-2 yang tidak menginginkan persuasi. Attitude inoculation yaitu mengekspos orang untuk menyerang atau mengatasi sikap kelemahannya yang ada dalam diri mereka, jadi jika ketika tiba-2 ada serangan persuasif yang lebih kuat daripada kemampuannya untuk menolak, mereka akan mampu melawannya.
Perkuat komitmen pribadi
Ada kalanya persuasi dari orang lain kita tertarik & perlu kita ikuti, namuun ada kalanya juga tidak harus kita ikuti. Ketika kita memutuskan untuk menolak persuasi tsb salah satu taktiknya dengan cara memperkuat komitmen pribadi kita. Argumen-2 & alasan-2 mengapa kita menolak kita jelaskan sedetail mungkin.
Studi kasus:
   program inokulasi skala besar
Menginokulasi anak agar melawan persuasi untuk merokok
Yaitu dengan cara anak-2 khususnya usia remaja SMA diajak serentak untuk tidak merokok.
Menginokulasi anak agar melawan dampak periklanan
Ketika barang dagangan diiklankan, sekilas tampak menarik khususnya bagi anak kecil. Anak di bawah usia 8 tahun kesulitan membedakan mana iklan yang patut diikuti & mana yang tidak, sehingga anak maunya apa yang diiklankan di media TV harus dimiliki.
  Oleh karena itu sebagai pihak orang tua harus membantu anak menganalisis iklan-2 yang ditayangkan & memberi nasehat kepada anak agar mereka tidak mudah terbujuk iklan.


Bab VIII
Pengaruh Kelompok
Apa Itu Kelompok?
Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi dalam jangka wktu lama tidak hanya untuk sementara dimana satu sama lain saling mempengaruhi & mereka merasa ‘satu keluarga’. Ada 3 contoh pengaruh kolektif:
Social facilitation
Kita melangkah dari pertanyaan dasar: apakah kita terpengaruh hanya karena kehadiran orang lain? “hanya karena kehadiran” berarti orang-2 tidak perlu ada persaingan, tidak memberi reward atau pun hukuman, & tidak melakukan apa-2 kecuali audiens pasif atau disebut sebagai coactors. Coactor yaitu sekelompok orang yan kerjasama secara mendadak & secara individu tidak ada tugas untuk berkompetisi. Misal ketika kita jogging, makan, & ujian bersama.
   Social facilitation sendiri memiliki 2 makna;
   1) –makna aslinya- yaitu kecenderungan individu untuk mempertunjuk-
         kan kemudahan mempelajari & menyelesaikan tugas dengan
         mudah karena kehadiran orang lain;
   2) –makna kini- yaitu respon yang kuat & mencolok kehadiran orang
         lain.
Kehadiran orang lain
Dikatakan bahwa kehadiran orang lain terkadang memberikan kemudahan bagi orang lain untuk melakukan aktivitas, tapi tak jarang juga sebagai hambatan. Sebagaimana kita mengibaratkan perkiraan cuaca, kita memperkirakan akan terjadi hujan ternyata hanya mendung atau bahkan panas.
Crowding: kehadiran beberapa orang yang lain
Pada dasarnya hampir sama dengan kehadiran orang lain bahwa terkadang memberikan keuntungan tapi kadang justru merugikan. Seseorang dalam keadaan stress, kawannya akan dapat menghiburnya. Meskipun demikian para peneliti telah menemukan bahwa dengan kehadiran banyak orang justru seseorang yang dalam keadaan stress akan bertambah keringat, tertekan, bernapas lebih cepat, otot-2 meregang, ketika mengadakan perjalanan lebih mudah lelah, memilki tekanan darah lebih tinggi, & detak jantung lebih cepat. Bagi orang yang mudah gagap, kehadiran banyak orang cenderung semakin gagap ketika berbicara didepan umum & banyak orang.
Mengapa kita mudah bangkit dengan kehadiran orang lain?
Dalam poin ini kita melihat bahwa seseorang akan lebih mudah bangkit tergerak baik cenderung ke kemarahan maupun kearah yang positif. Terdapat 3 faktor pendukung:
Evaluation apprehension (evaluasi aprehensif)
Yaitu memperhatikan bagaimana orang lain menilai atau mengevaluasi diri kita. Evaluation apprehension juga membantu untuk menjelaskan : mengapa orang cenderung mempertunjukkan yang terbaik ketika coactor agak superior? Mengapa orang yang sangat mencemaskan tentang evaluasi orang lain terhadap dirinya adalah seseorang yang justru merekalah yang sebenarnya paling terpengaruh dengan kehadiran orang lain.
Driven by distraction (dipicu kebingungan)
Beberapa psikolog membuat teori bahwa orang mulai heran mengamati bagaimana coactor bertindak atau bagaimana audiens bereaksi yang sebenarnya tindakannya itu dipicu oleh karena kebingungan. Konflik antara memperhatikan orang lain & memperhatikan tugas berlebihan dalam sistem kognitif dapat membangkitkan ketertarikan dapat juga kemarahan. Bukti bahwa orang cenderung terpicu kebingungan berdasarkan eksperimen yang menyatakan bahwa social facilitation tidak muncul hanya karena kehadiran orang lain tetapi juga kehadiran bukan manusia seperti ledakan api yang tiba-2 terjadi.
Mere presence (kehadiran semata)
Zajonc percaya kehadiran orang lain itu sendiri dapat membangkitkan ketertarikan atau kemarahan seseorang meskipun tanpa diikuti evaluation apprehension & arousing distraction. Misal seseorang memilih warna pink bukan karena dipengaruhi oleh orang lain tetapi karena kehadiran ‘warna pink itu sendiri’ yang memang menarik.
Social Loafing
Social Loafing yaitu kecenderungan dimana orang-2 secara kerjasama mengerahkan usaha mereka untuk memperoleh goal yang hendak dicapai bersama sedangkan dalam hal ini usaha individu tidak diperhitungkan . Sebagai contoh permainan dalam sebuah tim, meskipun yang meng-gol-kan bola kegawang satu orang namun kesuksesan kemenangan tetap satu tim yang merasakan meski terdiri dari beberapa orang.
Banyak tangan akan meringankan pekerjaan
Pekerjaan seberat apapun jika dikerjakan bersama-2 maka akan terasa ringan. Dikatakan ringan bukan berarti hanya metode penyelesaiannya yang serentak bersamaan, namun dalam sebuah kelompok sosial bisa saling bergantian.
    Misalnya dalam tarik tambang, 2 anggota yang paling depan berusaha menarik tali sekuat mungkin namun karena agak lelah mereka mengendorkan tarikannya. Dua orang tadi berani mengendorkan tarikannya karena anggota yang lain secara otomatis sudah siaga untuk menarik menggantikan tenaga temannya yang sedang ‘berhenti sejenak itu’, & demikian terus saling bergantian.
Social loafing dalam kehidupan sehari-2
Free riders adalah orang memperoleh keuntungan dari kelompok, akan tetapi sebenarnya ia hanya memberikan sedikit sumbangan pada kelompok tsb. Demikian juga social loafing yang terjadi dalam kehidupan sehari-2 misal tim mendayung, mengevaluasi puisi atau editorial, menghasilkan ide-2, dll, sering segelintir orang hanya menyumbangkan  partisipasinya yang akhirnya mengeluarkan karya unggulan.
Polarisasi Kelompok
Efek baik buruk biasanya terjadi dari interaksi kelompok, misal bentrokan dengan aparat keamanan & kekerasan massa yang mendemontrasikan potensi destruktifnya. Akan tetapi dukungan kelompok, konsultan manajemen, & para ahli teori menyatakan keuntungannya. Begitu juga pergerakan sosial & agama mendesak para anggotanya untuk memperkuat identitas mereka melalui persahabatan yang terjalin satu sama lain.
Penelitian membantu untuk mengklarifikasi pemahaman kita seperti dampak-2 dari hasil penelitian. Dari mempelajari orang-2 dalam sebuah kelompok kecil, sebuah prinsip muncul yang akan membantu menjelaskan baik dampak yang konstruktif (bersifat membangun) maupun yang destruktif bersifat merusak). Diskusi kelompok sering memperkuat unklinasi (kecenderungan) awal para anggota (baik atau buruk).
      Group polarization/ polarisasi kelompok mengilustrasikan proses penyelidikan bagaimana sebuah penemuan yagn menarik justru menggiring/ menuntun peneliti kearah kesimpulan yang salah & kadang terkesan gegabah yang akhirnya perlu diganti dengan kesimpulan yang lebih akurat.
Groupthink
Kapan pengaruh kelompok benar-2 dianggap sebagai penghambat dari keputusan yang brilian?
    Kapan kelompok benar-2 mempromosikan keputusan yang baik, & bagaimana kita dapat menuntun kelompok untuk membuat keputusan yang optimal?
    Groupthink yaitu kecenderungan dalam pengambilan keputusan kelompok untuk menekan mereka yang berbeda pendapat demi keharmonisan kelompok.
Simptom-2 groupthink
Terdapat 7 simptom groupthink yang semuanya dikategorikan menjadi 3 kelompok:
Kelompok simptom pertama cenderung menuntun anggota kelompok menjadi terlalu tinggi dalam menailai kemungkinan & kebenaran kelompok mereka (to overestimate their group’s might and right)
An illusion invulnerability: kelompok Janis mempelajari semua keoptimisan yang berlebihan & yang berkembang dimana semua pendapat-2 dari kelompoknya diperkirakan akan benar atau “kemungkinan” besar akan kebenarannya.
Unquestioned belief in the group’s morality: anggota kelompok mengasumsikan & memikirkan moralitas yang melekat pada sifat mereka & mengabaikan perihal moral & etika, & asumsi mereka itu dianggap benar.
Kelompok simptom kedua cenderung untuk close- minded:
Rationalization: kelompok melalaikan tantangan-2nya dengan cara secara kolektif menjastifikasi keputusan-2 mereka. Presiden Johnson dalam makan siangnya mengatakan bahwa dirinya lebih banyak waktunya untuk berrasionalisasi (menjelaskan & menjastifikasi) daripada merefleksikan & memikirulang keputusan-2 utama untuk meningkatkan pemimpinannya.
   Masing-2 inisiatif menjadi sebuah tindakan untuk bertahan & berjastifikasi.
Stereotyped view of opponent: peserta dalam groupthink ini memikirkan bahwa musuh mereka terlalu kejam untuk diajak bernegosiasi atau justru terlalu lemah & tak memilki intelegensi untuk mempertahankan kelompok mereka sendiri melawan inisiatif yang telah direncanakan.
Kategori ketiga yaitu kelompok yang menderita akibat tekanan terhadap keseragaman (pressures toward uniformity)
Conformity pressure (tekanan konformitas): anggota dalam suatu kelompok akan menolak dengan keras anggota yang timbul keraguan tentang asumsi-2 & rencana yang diprogramkan kelompok yang pengungkapannya bukan karena argumen-2 melainkan karena emosi pribadi.
Self-censorship: pertentangan sering menimbulkan ketidaknyamanan, akan tetapi anggota sepakat jika ada salah satu anggota yang tidak setuju maka lebih baik tidak ikut kelompok tersebut.
Mindguards: beberapa anggota melindungi kelompoknya dari informasi yang akan mungkin mempertanyakan keefektifan atau moralitas dari keputusan yang diambil.
Pengaruh Minoritas
Kelompok mempengaruhi individu, tetapi kapan & bagaimana individu dapat mempengaruhi kelompknya? Serge Moscovici di Paris telah mengidentifikasi beberapa penunjang penentu pengaruh minoritas: consistency (konsistensi), self-confidence (kepercayaan diri), & defection from the majority (meninggalkan dari kelompok mayoritas).
Consistency (konsistensi)
Moscovi, dkk menyatakan apabila kelompok minoritas cenderung konsisten & tetap dalam pendiriannya maka biasanya kelompok mayoritas akan menyetujui pendapat minoritas. Mmasih berdasarkan Moscovi jika kelompok minor mengikuti kelompok mayor biasanya merefleksikan adanya sekedar memenuhi tuntutan publik. Akan tetapi jika kelompok mayor yang mengikuti kelompok minor merefleksikan adanya penerimaan sejati (a genuine acceptance).
Self-confidence (kepercayaan diri)
Konsistensi & ketekunan menuntun seseorang kearah kepercayaan diri. Joel Wacthler (1974) menyatakan bahwa perilaku apapun yang dilakukan minoritas yang menuntun kearah rasa percaya diri cenderung membangkitkan keraguan mayoritas untuk memikirkan ulang akan posisi minoritas.
Defections from the majority (meninggalkan dari kelompok mayoritas)
Ketika kelompok minoritas secara konsisten mulai meragukan kebijakan mayor, maka anggota mayor menjadi merasa lebih bebas mengekspresikan keraguan mereka sendiri & bahkan akan berpaling dari mayor menuju ke kelompok minor.
Apakah kepemimpinan minoritas berpengaruh?
Leadership atau kepemimpinan adalah sebuah proses yang mana beberapa anggota tertentu dalam kelompok mencoba untuk memotivasi & membimbing kelompoknya. Berpengaruh & tidaknya kepemimpinan terhadap kelompok, tergantung bagaimana & seperti apa seorang pemimpin menjalankan kepemimpinannya. Kelompok akan berjalan dengan baik apabila pemimpin cukup terampil & pintar dalam memanajemen kelompok. Pemimpin yang cenderung menuntut goal yang sempurna tanpa memperhatikan bawahannya, maka kelompok tidak dapat berjalan dengan lancar. Anggota mulai ada rasa tidak percaya terhadap kepemimpinan pimpinan.




Bab IX
Prejudice: Disliking Others
(Prasangka: Tidak Menyukai Orang Lain)
Kewajaran & Kekuatan Prasangka
Apa itu prasangka?
Pengertian prasangka berbeda dengan pengertian stereotipe, diskriminasi, rasisme, & sexism. Prasangka adalah sikap negatif sebuah kelompok & anggota-2 individu, sedangkan stereotipe kepercayaan tentang atribut pribadi sekelompok orang. Stereotipe terkadang dibesar-2kan, tidak akurat, atau berupa perlawanan ide-2 baru. Discrimination yaitu perlakuan atau perilaku negatif yang tidak adil terhadap orang yang berbeda ras, sedangkan sexism adalah sikap prasangka individu & perilaku diskriminasi hanya karena perbedaan jenis kelamin, biasanya wanita cenderung dianggap lemah.
Bagaimana atau melalui apa prasangka dapat menembus (merasuk)?
Racial prejudice
Prasangka negatif dapat bertumbuh kembang berawal dari ras yang berbeda khususnya terhadap ras minoritas. Ras yang paling menerima sikap kurang menguntungkan sejak dulu adalah ras brkulit hitam. Contoh Clark & Mamie Clark (1947). Para psikolog mencoba menyodori boneka mainan yang berkulit hitam & berkulit putih kepada anak-2 dari ras yang berbeda-2. Fakta menunjukkan hampir semua anak memilih mainan boneka yang berkulit putih. Hal ini sudah menunjukkan bahwa memang prasangka negatif ras terkadang tak dapat dielakkan.
Gender prejudice
Terdapat buruk sangka terhadap gender, karena secara umum antara laki-2 & perempuan sudah distereotipkan menurut pandangan umum. Seperti yang kita ketahui bahwa masih dipercayai perempuan telah distereotipkan sebagai sosok yang ramah, lembut, & lemah; sedangkan kaum laki-2 digambarkan sebagai kaum yang superior terhadap wanita serta terkesan yang paling dominan baik dalam keluarga maupun aktivitas sosial.
Sumber-2 Prasangka Sosial
Ketidaksetaraan sosial
Ketidaksetaraan status & prasangka
Adanya kesenjangan atau perbedaan status, akan mengiring ke arah prasangka negatif. Misal berdasarkan penelitian, para majikan memandang budak sebagai makhluk yang malas, tak bertanggung jawab, & kurang berambisi, karena secara umum ciri-2 tersebut dijustifikasi untuk para budak.
Agama & prasangka
Agama juga dapat menimbulkan prasangka. Berdasarkan survei di Amerika Utara yang didominasi umat Kristiani, anggota gereja mengekspresikan prasangka ras lebih daripada non-anggota. Begitu juga para fundamentalis Kristiani lebih berprasangka terhadap mereka yang kepercayannya masih tradisional.
Identitas sosial
Yaitu kata ‘kami’ yang merupakan aspek konsep diri kita, identitas sosial merupakan bagian untuk menjawab “siapa aku”? Yang datang dari keanggotaan sebuah kelompok. Misal: “saya orang Australia”, “saya orang muslim”, dll. Kita mengidentifikasi diri kita dengan kelompok tertentu atau (ingroup), sedangkan ketika kita mengkontraskan & membandingkan kelompok kita dengan kelompok lain dengan cenderung memuji kebaikan kelompok kita sendiri.
Konformitas
Konformitas juga ternyata dijadikan sebagai sumber prasangka sosial. Dikatakan oleh beberapa peneliti bahwa orang yang berkonformitas memilki tingkat prasangka lebih tinggi dibanding dengan yang tidak.

Sumber-2 Prasangka secara Emosional
Meskipun prasangka sering dipicu oleh situasi sosial, faktor emosi juga dapat menyalakan api prasangka.
Frustrasi & agresi
Rasa sakit & frustasi sering membangkitkan pertikaian. Salah satu sumber frustasi adalah adanya kompetisi.
    Ketika 2 kelompok bersaing untuk memperebutkan sesuatu misal pekerjaan, rumah, & derajat sosial; pencapaian goal salah satu pihak dapat menjadikan frustasi bagi pihak lain (dalam hal ini pesaing yang kalah).
   Realistic theory conflict theory mengatakan prasangka muncul ketika kelompok bersaing untuk hal-2 yang jarang/ sukar diperoleh.
Personality dynamics (kepribadian yang dinamis)
Perlunya status & pengakuan
Status bersifat relatif, untuk dapat merasakan diri kita memiliki status, kita memerlukan adanya orang yang statusnya di bawah kita. Dengan demikian, salah satu keuntungan psikologi tentang prasangka bahwa ada sistem status yaitu berupa perasaan superior. Misal ketika teman-2 di kelas gagal ujian & kita tidak atau kakak-2 kita dihukum orang tua, maka kita merasa menang & memiliki ‘status’ untuk dianggap lebih baik.
Kepribadian otoriter
Emosi yang turut berkontribusi terhadapp prasangka adalah kepribadian diri yang otoriter. Pada tahun 1940, peneliti dari Univ. California Berkeley menemukan bahwa 2 orang yang melarikan Nazi Jerman mempunyai rencana yaitu membuka kedok akar psikologi anti-semitik yang amat keji yang menyebabkan penyembelihan terhsdsp berjuta-2 orang Yahudi. Pada studi orang dewasa di Amerika, Theodor Adorno, dkk (1950) menemukan bahwa pertikaian terhadap kaum Yahudi serign terjadi berdampingan dengan pertikaian terhadap kaum minoritas.
Sumber-2 Prasangka Kognitif
Memahami stereotip & prasangka akan membantu memahami bagaimana otak bekerja. Bagaimana cara kita memikirkan tentang dunia & benarkah cara menyederhanakannya akan mempengaruhi stereotip kita? Lalu bagaimana dengan stereotip-2 itu apakah berpengaruh terhadap keputusan-2 kita?
    Selama dekade terakhir ini dapat dipertunjukkan bahwa poin dasar pada pemikiran sosial mengenai prasangka yaitu kepercayaan yang telah di stereotipkan & sikap prasangka ada tidak hanya karena pengkondisian sosial hingga mampu menimbulkan pertikaian, akan tetapi juga merupakan hasil dari proses pemikiran yang normal.
Kategorisasi
Salah satu utnuk menyederhanakan (mensimpflikasikan) lingkungan kita yaitu melalui pengkategorisasian (categorization) yang berarti mengorganisasikan dunia dengan cara mengklompokkan obyek-2 berdasarkan kategorinya. Misal ahli biologi mengkelompokkan tanaman, hewan, & manusia. Dengan demikian kita mempelajari mereka akan lebih mudah. Jenis kelamin & etnik dalam dunia terkini kita adalah cara yang paling tepat untuk mengkategorisasikan orang. Misal Tom yang berusia 45 tahun, seorang Afrika-Amerika, agen real estate di Irlandia Baru, kita memiliki imej  ke dia pasti laki-2 kulit hitam dari pada mengkategorikan dia usia separuh baya, seorang bisnisman, atau penduduk bagian selatan. Eksperimen mengekspos kategori orang secara spontan, perbedaan ras yang menonjol.

Stimulasi distinktif
Cara lain kita merasakan & mengamati dunia kita juga akan menjadikan stereotip. Orang yang berbeda, mencolok, & terlalu ekstrim, sering dijadikan perhatian & mendapatkan perlakuan yang kadang kurang wajar.
Distinctive people (orang yang berbeda)
Apakah anda sendiri pernah berada dalam situasi dimana anda hanyalah satu-2nya orang yang berbeda, misal jenis kelamin, ras, & kebangsaan? Jika jawabannya “ya” dapat dipastikan anda akan menjadi fokus utama untuk diperhatikan meskipun tidak selamanya demikian.
Vivid-cases (kasus-2 yang nyata/ mencolok)
Otak kita juga menggunakan kasus distinktif sebagai jalan pintas untuk menjustifikasi kelompok. Berdasarkan kasus-2 yang mencolok membantu untuk menjelaskan mengapa orang kelas menengah terlalu sering membesar-2kan perbedaan diantara mereka & kelas dibawahnya, sebaliknya, stereotip orang yang hidup dlam kemiskinan biasanya cenderung bertukar pikiran atau aspirasi antara mereka kaumnya.

Bab X
Agresi: Menyakiti Orang Lain
Apa Itu Agresi?
Agresi / aggression didefinisikan sebagai perilaku fisik atau verbal yang bertujuan untuk melukai seseorang, sedangkan hostile aggression yaitu kekerasan/ agresi yang dipicu akibat kemarahan & dilakukan dengan tujuan akhirnya memang untuk melukai musuh. Sebaliknya instrumental aggression yaitu kekerasan yang dilakukan dimana fungsinya hanya sebatas sebagai sarana untuk pencapaian atau tujuan lain. Contoh hostile aggression yaitu seorang musuh yang marah & balas dendam maka tujuannya melukai & si korban terluka, sedangkan contoh instrumental aggression yaitu sebagaimana digambarkan tahun 1990, pemimpin politik menjustifikasi perang Teluk Persia tidak sebagai pertikaian atau persengketaan untuk sengaja membunuh 100 orang Irak, akan tetapi sebagai sarana pembebasan Kuwait.
Teori Agresi
Untuk menganalisis hostile & instrumental aggression, psikolog sosial telah memfokuskan pada 3 ide pokok:
   1) adanya agresi bawaan atau instink agresi,
   2) agresi sebagai respon natural terhadap frustasi, &
   3) perilaku agresi yang terpelajari.
Apakah benar agresi itu bawaan sejak lahir?
Para filsuf telah memperdebatkan bahwa pada dasarnya manusia itu alamiah memiliki sifat ramah tetapi juga memilki sifat kejam yang sewaktu-2 berpotensi meledak menjadi kebrutalan. Pandangan pertama dari filsuf Perancis Jean Jacque Rousseau yang menuduh masyarakat sekitar, sebagai faktor utama kejahatan sosial bukan alamiah. Thomas Hobbes, filsuf dari Inggris berpendapat bahwa hukum masyarakat justru sangat dibutuhkan untuk mengendalikan kebrutalan manusia.
Teori instink
Teori ini mengatakan bahwa agresi itu muncul dari bawaan, pola perilaku yang tidak terpelajari yang diekspresikan oleh semua anggota dari suatu spesies.
Pengaruh saraf
Karena agresi adalah perilaku yang kompleks, tak seorangpun mampu memeriksa otak utnuk mengontrolnya. Akan tetapi, para peneliti telah menemukan bahwa baik hewan maupun manusia memiliki sistem saraf yang merupakan faktor untuk memfasilitasi agresi. Ketika saraf ini sedang aktif di otak, kemarahan meningkat, akan tetapi jika tidak aktif kenmarahan akan menurun.
Pengaruh gen
Keturunan dapat berpengaruh terhadap kesensitifan sistem saraf menuju ke sifat agresi. Pada percobaan sepasang anak kembar yang diwawancarai dalam keadaan terpisah, hasilnya kedua anak tersebut ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama “apakah memiliki sifat agresi?” ternyata jawabannya “ya” meskipun kadarnya tidak sama.
Pengaruh biokimia
Biokimia yang telah merasuk ke sistem peredaran darah kita juga akan berpengaruh terhadap kesensitifan stimulasi sifat agresif kita contoh eksperimen laboratorium & data kepolisian mengindikasikan bahwa ketika orang  diprovokasi alkohol akan cenderung membangkitkan perilaku agresinya.
Apakah agresi adalah respon terhadap frustrasi?
Frustrasi yaitu segala sesuatu yang merintangi pencapaian goal kita. Frustrasi tumbuh ketika motivasi kita untuk mencapai goal sangat kuat & ketika kita diharapkan bergratifikasi atau untuk merasa puas.
Revisi teori frustrasi-agresi
Tes laboratorium tentang frustrasi-agresi menunjukkan hasil yang beda, terkadang frustrasi meningkatkan agresifitas, terkadang tidak. Misal frustrasi yang dapat dipahami alasan penyebabnya, seseorang maksimal akan merasa tersinggung atau terlukai tidak sampai bertindak agresi.
Apakah uang dapat mengurangi frustrasi?
Kita dapat menganalisis 3 fakta berikut ini:
   (1) orang dengan penghasilan sedikit akan membuat mereka meraih kesenangan hidup juga sdikit,
   (2) dengan perkembangan ekonomi ang pesat, dekade terakhir ini memberikan pendapatan 2 kali lipat. Faktanya dengan pendapatan tsb kebutuhan orang semakin tercukupi dengan tidak menutup kemungkinan adanya rasa kebahagiaan yang meningkat,
   (3) banyak orang yang memiliki uang, harta, benda tetapi mereka tidak menikmati & bahagia tetapi justru menambah beban hidup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam keadaan tertentu uang dapat mengurangi frustrasi tapi dalam keadaan yang lain justru menambah frustrasi.
Apakah agresi dipelajari dari perilaku sosial?
Teori pembelajaran sosial (social learning theory) yaitu kita mempelajari perilaku sosial dengan cara mengamati & meniru contoh dengan cara dihadiahi (rewarded) & diberi hukuman (punished). Dengan demikian perilaku agresi dapat diadopsi dari orang lain atau melihat model dengan kenyataan yang ada disekitar kita. Seorang kriminal bertindak agresi karena menonton adegan di TV atau melalui film.
Pengaruh-2 pada Agresi
Dalam kondisi yang bagaimana kita bertindak agresi?
Insiden aversif: Faktor penyebab agresi tidak hanya frustrasi tetapi beberapa pengalaman aversif seperti pain (rasa sakit), uncomfortable heat (tekanan yang tidak nyaman), attack (serangan), atau overcrowding (kesesakan).
Pain
The pain-attack reaction yaitu ketika manusia atau hewan secara spontan bereaksi ketika mendapat serangan atau sengatan dari pihak luar misal tersengat arus listrik atau terkena dampak yang menyakitkan diri, maka mereka secara spontan akan membalas menyerang. Sebagai contoh ketika dalam pertandingan tinju kelas berat antara Evander Holyfield dan Mike Tyson. Sudah 2 ronde Mike Tyson kalah dan merasa “panas” karena tidak rela dikalahkan oleh lawan yang dianggap masih ringan, untuk membalas rasa sakit hati dan waktu itu kebetulan Holyfield menubrukkan kepalanya ke lawannya, maka secara spontan Tyson bereaksi dengan cara menggigit telinga lawannya.
Heat (iklim yang panas)
Variasi iklim yang berganti-2 juga dapat berpengaruh terhadap perilaku. Bau yang menyengat, asap rokok, dan polusi udara semuanya dapat berhubungan dengan perilaku agresif (Rotton & Frey, 1985). Berdasarkan studi, lingkungan yang sangat berpengaruh dan sangat mengganggu yaitu lingkungan yang beriklim panas.
Attack (serangan)
Ketika seseorang merasa disakiti, dilukai, ataupun sekedar dihina perlakuan tersebut sangat menyinggung perasaan, maka semua ini akan memicu seseorang untuk melakukan serangan.
Crowding
Yaitu perasaan subyektif yang merasa tidak memiliki cukup tempat atau ruang untuk bertempat tinggal. Dalam keadaan seperti ini seseorang akan mudah stres.
   Akibat dari stres inilah orang akan mudah tersinggung dan cepat emosi yang bisa berbuntut tindakan agresi.
Pengaruh Media: Pornografi dan Kekerasan Seksual
Media sebagai sarana komunikasi memiliki banyak aspek positifnya, namun aspek negatif juga turut mewarnai. Salah satunya adalah maraknya pornografi dan kekerasan seksual yang ditayangkan lewat media, misal kekerasan dan keerotiasan yang diperankan artis dalam sebuah film. Pornografi yang menggambarkan kekerasan seksual sebagai kenikmatan bagi korban, hal ini akan meningkatkan persepsi adanya penerimaan coercion/ kekerasan dalam berhubungan seksual.
Pengaruh Media: Televisi
Kita dapat mengamati dengan menonton model agresifitas dapat memicu keinginan anak berperilaku agresi & dapat belajar cara-2 baru berperilaku agresi. Dapat  juga diamati bahwa setelah melihat kekerasan seksual, beberapa orang laki-2 pemarah akan semakin kejam terhadap pasangannya ketika berhubungan seksual. Begitu juga melalui televisi berbagai karakter kekerasan dapat dipelajari dengan cara menontonnya.
Menonton kekerasan dan kebrutalan di TV tidak selamanya membawa dampak buruk, salah satu kebaikannya adalah adanya media catharsis yaitu ketika menonton drama yang tragis memungkinkan orang untuk melepaskan emosinya yang tertahan, selain itu dengan membayangkan seandainya agresi itu terjadi pada dirinya sendiri pasti akan sangat mengerikan. Hal ini memungkinkan penonton yang berniat berperilaku buruk akan diurungkan.
Dampak TV pada perilaku
Berdasarkan studi ditemukan bahwa anak-2 semakin banyak menonton TV kekerasan, maka tingkat agresifitas anak juga akan meningkat. Kemungkinan seorang anak yang agresif atau yang berintelegensi rendah lebih suka menonton program-2 TV yang ada kekerasannya sehinggga memicu anak untuk bertindak secara agresif. Dampak TV pada perilaku juga dapat diamati pada maraknya aneka ragam kekerasan, bahkan jumlah pembunuh semakin meningkat setelah kehadiran TV.
Dampak TV pada pola pikir
Dampak TV tidak hanya pada perilaku seseorang tapi juga pada pola pikirnya. Berdasarkan survei, anak 7-11 tahun di Amerika yang termasuk penonton TV “kelas berat”, ketika menonton kekerasan akan memiliki rasa takut lebih daripada penonton “kelas ringan”. Penonton kelas berat akan berpikir  dengan rasa khawatir “jangan-2 ada orang yang berniat jahat masuk ke rumah mereka atau ketika mereka keluar rumah ada penjahat yang akan menyakiti”. Orang dewasa yang sering menonton kriminal juga akan berpikir bahwa New York adalah tempat yang berbahaya.
Catharsis
Katarsis atau penyucian diri dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengurangi perilaku agresi. Sebagaimana penjelasan di atas bahwa konssep katarsis yaitu melepaskan energi-2 emosi yang terpendam sekaligus penyucian diri karena dengan berimajinasi jika sikap agresi akan terjadi pada dirinya, ia pasti menderita. Dengan berpikir demikian seseorang yang hendak bertindak agresi dapat diurungkan.
A learning social approach
Jika perilaku agresif dapat dipelajari maka ada kemungkinan untuk mengontrolnya. Hampir semua agresifitas bersifat dari desakan hati, agresif yang memanas, karena hasil dari sebuah argumen, hinaan, atau serangan. Dengan demikian kita dapat mencegah sebelum agresifitas itu terjadi. Kita harus belajar strategi-2 resolusi konflik non-agresi. Hukuman bagi pelaku agresif tidak terlalu efektif karena strategi ini akan berhasil hanya dibawah situasi tertentu.

Bab XI
Ketertarikan & Intimacy:
Menyukai & Mencintai Orang Lain
Persahabatan
Faktor apa saja yang menumbuhkan rasa seseorang untuk menyukai dan mincintai? Ada beberapa yang mendorong seseorang untuk saling tertarik: kedekatan, ketertarikan, kesamaan, dan rasa suka.
Proximity (kedekatan)
Pada dasarnya kedekatan dapat menimbulkan pertikaian karena tak jarang pembunuh justru orang terdekat dengan korban. Namun demikian, jika dihubungkan dalam bahasan ini, kedekatan seseorang justru sebagai perantara untuk memupuk keintiman dalam persahabatan yang hingga akhirnya dapat tumbuh berkembang menjadi rasa suka. Para sosiolog telah membuktikan bahwa banyak orang menikah dengan pasangan yang tinggal sekampus, bekerja pada perusahaan yang sama, atau karena kelas yang sama.
Physical attractiveness (ketertarikan fisik)
Matching phenomenon yaitu kecenderungan laki-2 dan perempuan untuk memilih pasangan yang baik secara fisik maupun karakter “match” sebanding. Akan tetapi filsuf Bertrand Raussel berpikir bahwa hampir semua wanita mencintai laki-2 karena karakternya sedangkan laki-2 mencintai wanita karena penampilannya.
Similarity (kesamaan) VS Complementarity (pelengkap)
Seseorang tertarik dengan orang lain karena adanya kesamaan entah itu agama, ras, hobi, dll atau disebut sebagai similarity. Sedangkan complementarity yaitu kecenderungan dalam sebuah hubungan antara yang mana masing-2 pihak saling melengkapi kekurangnan pihak yang lain.
Liking those who like us ( menyukai mereka yang menyukai kita)
Memang kedekatan, penampilan menarik, dan kesamaan dapat menarik kita untuk tertarik pada seseorang. Tapi masalahnya apakah ia yang kita kagumi tsb juga tertarik pada kita. Jika tidak, apa gunanya kita berbangga hati dengan kekaguman kita. Oleh karena itu, meskipun kita menyukai seseorang, mempertimbangkan apakah ia juga menyukai kita, hal ini sangat penting.
Relationship rewards (hubungan yang menghadirkan keuntungan)
Poin pokok dari reward theory of attraction yaitu mereka yang menguntungkan kita atau tidak merugikan, pasti kita akan menyukainya. Jadi dari hubungan itu kita akan mendapatkan lebih banyak keuntungan (reward) daripada resiko (costs).
Love
Apa itu cinta? Mendefinisikan ‘cinta’ jauh lebih kompleks daripada arti kata ‘suka’ sehingga sangat sulit untuk mengukur dan mempelajari cinta. Orang merindukan cinta, hidup untuk cinta, dan mati untuk cinta.
Passionate love
Yaitu perasaan kasih sayang yang diiringi keinginan untuk senantiasa bersama dan bersatu dengan orang yang dikasihi. Passionate lovers biasanya memiliki perasaan cinta yang begitu kuat, merasa bahagia karena mendapatkan cinta dan perhatian pasangannya dan merasa putus asa atau kehilangan ketika ditinggalkan.
Macam-2 dalam cinta
Waktu dan budaya
Selalu ada saja tantangan dalam bercinta, padahal kita berasumsi bahwa cinta  adalah prasyarat dalam pernikahan. Akan tetapi, asumsi ini tidak berlaku dalam budaya yang mempraktekkan pernikahan yang pengantinnya dijodohkan oleh orang tua mereka.
Sebagai contoh hingga sekarang di Amerika Utara, pilihan pasangan khususnya bagi wanita masih sangat dipengaruhi adanya pertyimbangan keadaan ekonomi, latarbelakang keluarga, dan status. Budaya seperti ini juga masih berlaku di beberapa negara seperti Pakistan, India, dan Thailand, sehingga jika dibandingkan dengan negara barat yang modern dan umumnya cinta datang terlebih dahulu baru disusul adanya pernikahan; sedangkan seperti di negara bagian timur, pernikahan diselenggarakan terlebih dahulu baru dengan sejalannya waktu cinta mempelai akan bersemi.
Self-monitoring
Baik tempat maupun waktu, para individu sangat vervariasi pendekatannya untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Seseorang yang memiliki self-monitoring tinggi akan sangat terampil dalam memonitor perilakunya sendiri dalam segala kondisi. Selain itu dalam menjalin hubungan, ia tidak mau berlama-2 dalam berpacaran dan memiliki itikad baik dalam berhubungan.
Gender
Apakah sebenarnya laki-2 dan perempuan berbeda dalam hal berpengalaman passionate love? Berdasarkan survei, laki-2 cenderung lebih mudah jatuh cinta dibanding perempuan. Selain itu wanita lebih suka memfokuskan keintiman dalam berteman dan perhatian untuk pasangannya, sedangkan laki-2 lebih memikirkan hal-2 yang berhubungan dengan aspek fisik dan hal-2 yang menyenangkan.
Companionate love
Yaitu kasih sayang yang kita rasakan terhadap pasangan yang tinggal bersama karena adanya rasa saling menyayang yang begitu mendalam. Meskipun api cinta dalam jenis “passionate love” begitu membara, tapi lama kelamaan bisa meredup. Memang biasanya keromantisan dapat bertahan beberapa bulan bahkan hingga satu atau dua tahun, namun cinta passionate love tidak dapat bertahan lama bahkan semakin lama memudar. Sebaliknya, companionate love, jenis cinta ini dapat bertahan lama, dalam keadan apapun pasangan tetap hangat meskipun badai menerpa karena memang sejak awal pasangan telah bersepakat mencintai apapun yang terjadi.
Memelihara Kedekatan dalam menjalin Hubungan
Faktor apa saja yang mempengaruhi menyala dan meredupnya hubungan?
Attachment (kasih sayang)
Seorang anak akan merasa sangat teduh ketika berada di dekat ibunya, karena adanya kehangatan, kasih sayang, dan perhatian yang begitu tulus. Untuk memelihara hubungan antara ibu dan anak tersebut diperlukan adanya bentuk kasih sayang yang tulus dan pemahaman diantara mereka. Seorang ibu seharusnya peka (sensitif) terhadap tingkah laku anak sehingga beliau benar-2 mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan, diinginkan dan tidak diinginkan anak. Begitu juga halnya dalam memelihara jalinan hubungan dengan pasangan.
Equity
Yaitu keadaan yang mana apa yang diperoleh seseorang (outcomes) proporsional dengan apa yang ia kontribusikan. Hal ini berarti dalam menjalin hubungan seharusnya tidak ada kepincangan atau ketidakseimbangan karena yang satu merasa banyak berkorban tanpa mendapatkan perolehan selayaknya.
Self-disclosure
Tindakan atau perilaku diri untuk mengungkapkan segala sesuatu kepada pasangan atau umum yang mana hal tersebut semula merupakan rahasia. Sebuah perkawinan yang dilandasi adanya kepercayaan , kedekatan, dan keintiman satu sama lain akan saling terbuka apapun keadaannya tiada rasa khawatir/ takut untuk ditinggalkan. Hubungan dalam rumah tangga sangat intim, keterbukaan satu sama lain semakin terbuka, saling memberi dan menerima, tingkat pengetahuan untuk saling memahami begitu dalam, terbuka dengan sejujur-jujurnya, karakteristik inilah yang disebut sebagai self-disclosure.
Ending Relationship (Mengakhiri Hubungan)
Tak jarang cinta yang semula diagung-2kan oleh kedua mempelai akhirnya kandas juga. Apa yang menjadi faktor seseorang mengakhiri perkawinannya? Bagaimana sebenarnya pasangan hingga memutuskan berpisah atau sebaliknya yaitu memperbaiki dan memperbarui style hubungan mereka? Setiap pasangan memiliki background dan alasan tersendiri apakah ingin berpisah dengan pasangan atau memperbaiki hubungannya. Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk cenderung memilih bercerai, alasan yang paling klasik yaitu tidak adanya kecocokam lagi.
Siapa yang bercerai?
Tingkat perceraian sangat bervariasi tiap tahunnya di beberapa negara, misal presentase perceraian di Bolivia, Philipina, dan Spanyol kira-2 1 hingga 4,7%. Memprediksikan kecepatan peningkatan budaya perceraian, hal ini membantu untuk mengetahui budaya masing-2 pasangan. Budaya yang individualis (individualistic culture) yang mana orang memaknai cinta sebagai sebuah perasaan dari apa yang hati katakan, budaya ini lebih tinggi tingkat perceraiannya dibanding dengan communal cultures yang mana cinta diartikan sebagai sebuah kewajiban dan apa yang orang lain katakan tentang kita. Resiko perceraian juga tergantung dari siapa menikahi siapa (fergusson, Myers, dan Tzeng).
Orang biasanya lebih mempertahankan perkawin-annya karena beberapa faktor pertimbangan sebelum menikah a.l.:
Menikah setelah usia mempelai lebih dari 20 tahun
Keduanya tumbuh berkembang dari keluarga yang memiliki orang tua genap (bapak dan ibu)
Pacaran guna penjajagan agak lama sebelum memutuskan menikah
Minimal memiliki background pendidikan yang seimbang
Berpenghasilan cukup dari pekerjaan yang baik
Hidup di kota kecil atau area pedesaan
Pernikahan tidak karena hamil sebelum nikah
Menjalankan ibadah secara teratur
Memiliki kesetaraan usia, kesamaan agama, dan kesamaan tingkat pendidikan