Sejak pertama kali radio paket amatir, ada beberapa skema
jaringan paket yang berhasil diterapkan, yaitu:
a. Digipeater
Digipeater merupakan skema jaringan radio paket yang
pertama kali dibuat. Digipeater ini melihat paket yang masuk, dan
jika callsign digipeater ini berada dalam field digipeater dari
frame yang diterimanya, maka dia kan meneruskan paket
tersebut. Dengan cara ini, digipeater memungkinkan diperluasnya
jangkauan transmiter dengan cara mengirimkan setiap paket ke
digipeater ini. Namun ketika paket semakin populer, digipeater
segera memenuhi udara dengan trafik yang dikirim ulang
melewati jarak yang semakin jauh. Dan jika sebuah paket hilang
pada salah satu digipeater, maka stasiun pengirim harus
mengulang keseluruhan paket tersebut sehingga menyebabkan
kongesti yang lebih besar.
b. KA-Nodes
Kantronic memperbaiki digipeater dan membuat KA-Nodes.
Kalau pada digipeater acknowledgment dilakukan dari end-to-
end, maka pada KA-Nodes ini acknowledgment dilakukan secara
point-to-point yaitu pada setiap link (bandingkan dengan pada
keseluruhan route). Dengan demikian KA-Nodes memberi
reliabilitas yang lebih tinggi dari pada digipeater. Meski
demikian, KA-Nodes ini bukanlah jaringan yang sebenarnya,
hanya mirip sebuah kabel telepon yang panjang saja.
c. NET/ROM
NET/ROM merupakan skema jaringan yang pertama kali
memecahkan permasalahan pada digipeater. Seorang pemakai
(user) menghubungi (connect) sebuah stasiun NET/ROM seperti
halnya menghubungi stasiun paket yang lain. Dari sini, dia dapat
memberi perintah kepada stasiun NET/ROM tersebut misal untuk
menghubungi pemakai lokal atau menghubungi stasiun
NET/ROM yang lain. Connect dan connect lagi. Ini berarti bahwa
pemakai hanya terhubung ke stasiun lokal saja dan transmisinya
tidak boleh didigipeated ke seluruh jaringan. Cara ini terbukti
lebih reliable.
Stasiun NET/ROM dengan interval tertentu memancarkan ke
stasiun-stasiun lain daftar stasiun NET/ROM lain yang bisa
didengarnya. Hal ini memungkinkan sebuah stasiun yang baru
mengudara akan langsung dapat tergabung ke jaringan. Namun
kelemahannya, ada kemungkinan beberapa stasiun dalam daftar
yang diterima tidak dapat dijangkau (unreachable). Untuk
menghindari kesalahan routing, pemakai harus menuliskan
sendiri route ke stasiun lain dari pada menggunakan fasilitas
routing otomatis.
d. ROSE
ROSE merupakan protokol lain yang diturunkan dari X.25.
Setiap stasiun ROSE memiliki daftar statik stasiun-stasiun yang
bisa didengarnya. Jika seorang pemakai ingin menggunakan
switch ROSE ini, dia dapat mengirim perintah connect ke stasiun
tujuan, sementara itu pada field digipeater dia harus menuliskan
callsign dari switch ROSE lokal dan switch ROSE non-lokal yang
dapat mendengar stasiun tujuan. Dengan cara ini, jaringan
sepenuhnya transparan bagi pemakai.
Dengan dipakainya tabel routing statik pada ROSE, upaya
untuk mengirimkan paket ke link yang tak terjangkau dapat
dihindari seperti yang sering dilakukan oleh stasiun NET/ROM.
Namun, ROSE menderita ketidakmampuan melakukan update
tabel routing secara otomatis. Operator harus memperbaharui
tabel routing secara manual, sehingga jaringan ROSE
memerlukan penanganan yang lebih banyak.
e. TCP/IP
TCP/IP adalah kependekan dari Transmission Control
Protocol/Internet Protocol. Protokol ini telah digunakan secara
umum di seluruh jaringan komputer Internet. TCP/IP ini
mengandung berbagai fasilitas transmisi seperti FTP (File
Transfer Protocol), SMTP (Simple Mail Transfer Protocol),
Telnet (protokol terminal jarak jauh), dan NNTP (Net News
Transfer Protocol). Program NOS (Network Operating System)
yang dibuat oleh Phil Karn (dengan callsign KA9Q) merupakan
versi TCP/IP dalam radio paket yang paling banyak digunakan.
Awalnya NOS dibuat untuk komputer-komputer PC compatible.
9 www.ax25.net/examplenet1.htm,www.ax25.net
Namun sekarang telah diporting ke berbagai platform komputer
yang berbeda seperti: Amiga, Macintosh, Unix, dan Linux.
jaringan paket yang berhasil diterapkan, yaitu:
a. Digipeater
Digipeater merupakan skema jaringan radio paket yang
pertama kali dibuat. Digipeater ini melihat paket yang masuk, dan
jika callsign digipeater ini berada dalam field digipeater dari
frame yang diterimanya, maka dia kan meneruskan paket
tersebut. Dengan cara ini, digipeater memungkinkan diperluasnya
jangkauan transmiter dengan cara mengirimkan setiap paket ke
digipeater ini. Namun ketika paket semakin populer, digipeater
segera memenuhi udara dengan trafik yang dikirim ulang
melewati jarak yang semakin jauh. Dan jika sebuah paket hilang
pada salah satu digipeater, maka stasiun pengirim harus
mengulang keseluruhan paket tersebut sehingga menyebabkan
kongesti yang lebih besar.
b. KA-Nodes
Kantronic memperbaiki digipeater dan membuat KA-Nodes.
Kalau pada digipeater acknowledgment dilakukan dari end-to-
end, maka pada KA-Nodes ini acknowledgment dilakukan secara
point-to-point yaitu pada setiap link (bandingkan dengan pada
keseluruhan route). Dengan demikian KA-Nodes memberi
reliabilitas yang lebih tinggi dari pada digipeater. Meski
demikian, KA-Nodes ini bukanlah jaringan yang sebenarnya,
hanya mirip sebuah kabel telepon yang panjang saja.
c. NET/ROM
NET/ROM merupakan skema jaringan yang pertama kali
memecahkan permasalahan pada digipeater. Seorang pemakai
(user) menghubungi (connect) sebuah stasiun NET/ROM seperti
halnya menghubungi stasiun paket yang lain. Dari sini, dia dapat
memberi perintah kepada stasiun NET/ROM tersebut misal untuk
menghubungi pemakai lokal atau menghubungi stasiun
NET/ROM yang lain. Connect dan connect lagi. Ini berarti bahwa
pemakai hanya terhubung ke stasiun lokal saja dan transmisinya
tidak boleh didigipeated ke seluruh jaringan. Cara ini terbukti
lebih reliable.
Stasiun NET/ROM dengan interval tertentu memancarkan ke
stasiun-stasiun lain daftar stasiun NET/ROM lain yang bisa
didengarnya. Hal ini memungkinkan sebuah stasiun yang baru
mengudara akan langsung dapat tergabung ke jaringan. Namun
kelemahannya, ada kemungkinan beberapa stasiun dalam daftar
yang diterima tidak dapat dijangkau (unreachable). Untuk
menghindari kesalahan routing, pemakai harus menuliskan
sendiri route ke stasiun lain dari pada menggunakan fasilitas
routing otomatis.
d. ROSE
ROSE merupakan protokol lain yang diturunkan dari X.25.
Setiap stasiun ROSE memiliki daftar statik stasiun-stasiun yang
bisa didengarnya. Jika seorang pemakai ingin menggunakan
switch ROSE ini, dia dapat mengirim perintah connect ke stasiun
tujuan, sementara itu pada field digipeater dia harus menuliskan
callsign dari switch ROSE lokal dan switch ROSE non-lokal yang
dapat mendengar stasiun tujuan. Dengan cara ini, jaringan
sepenuhnya transparan bagi pemakai.
Dengan dipakainya tabel routing statik pada ROSE, upaya
untuk mengirimkan paket ke link yang tak terjangkau dapat
dihindari seperti yang sering dilakukan oleh stasiun NET/ROM.
Namun, ROSE menderita ketidakmampuan melakukan update
tabel routing secara otomatis. Operator harus memperbaharui
tabel routing secara manual, sehingga jaringan ROSE
memerlukan penanganan yang lebih banyak.
e. TCP/IP
TCP/IP adalah kependekan dari Transmission Control
Protocol/Internet Protocol. Protokol ini telah digunakan secara
umum di seluruh jaringan komputer Internet. TCP/IP ini
mengandung berbagai fasilitas transmisi seperti FTP (File
Transfer Protocol), SMTP (Simple Mail Transfer Protocol),
Telnet (protokol terminal jarak jauh), dan NNTP (Net News
Transfer Protocol). Program NOS (Network Operating System)
yang dibuat oleh Phil Karn (dengan callsign KA9Q) merupakan
versi TCP/IP dalam radio paket yang paling banyak digunakan.
Awalnya NOS dibuat untuk komputer-komputer PC compatible.
9 www.ax25.net/examplenet1.htm,www.ax25.net
Namun sekarang telah diporting ke berbagai platform komputer
yang berbeda seperti: Amiga, Macintosh, Unix, dan Linux.