Makam Mbah Sunan Kuning, Tulungagung

Makam Mbah Sunan Kuning, Tulungagung

 
 
 
 
 
 
7 Votes

Ritual Pesugihan di Makam Mbah Sunan Kuning Tulungagung, Jatim Kabulkan Permintaan Orang yang Kecingkrangan
Keberadaan sejarah makam tidak diketahui, namun masyarakat mempercayai yangsumare di dalam pusara itu adalah tokoh sakti yang sanggup mengabulkan  semua permintaan. Karena itulah banyak pelaku ngalap berkah hingga pemburu pesugihan melakukan ritualdi pusara ini.
DALAM penelusuran tempat- tempat mistik di kawasan Tulungagung, posmo mendapati sebuah makam misterius yang dijadikan sarana ngalap berkah para peziarah termasuk orang-orang yang gandrung memburu pesugihan gaib. Konon, setiap hari Kamis malam mereka menggelar atur sesaji dan ubarampe di pelata ran makam dengan sejuta hara-pan muncul agar setelah hajatan apa yang menjadi kehendak hati bisa terkabul. Itu adalah gambaran sekilas yang tampak di Makam Mbah  Sunan Kuning yang berada di Dusun Gajah, Desa Macanbang,    Kec. Ngondang, Tulungagung, Masyarakat setempat tidak begitu paham sejak kapan makam itu ada di desanya. Menurut penduduk setempat makam itu dulunya ada juru kuncinya, namanya Mbah Kandar. Setelah beliau  meninggal diganti oleh Mbah Mohammad Syaidin. Ketika beliau meninggal yang menjadi juru kunci sudah tidak ada lagi.
Setiap orang yang datang ke makam mempunyai maksud dan tujuan bermacam-macam. Bisa jadi, mereka ingin menjadi kaya atau agar masalah yang se­dang dihadapi selekasnya men­emukan jalan keluarnya. “Ban­yak tujuan orang yang datang ke makam. Biasanya mereka langsung nyekar lalu berdoa di makam,” jelasnya. Bahkan tak jarang peziarah menggelar selamatan di pela­taran makam. Dipercaya mer­eka yang datang dan menggelar selamatan merupakan orang-orang yang telah terkabul permohonannya, termasuk nazar dimu­rahkan rezekinya yang banyak diartikan sebagai ritual pesugi­han. Peziarah setelah melaku­kan ritual nyekar acap kali kem­bali datang untuk selanjutnya menggelar selamatan.
Tokoh Mataram
Siapa sejatinya Mbah Sunan Kuning? Sejarah tutur setempat menyebut, beliau hidup sekitar tahun 1500-an. Asalnya diya­kini dari tlatah Mataram. Aji ke­saktian yang dimiliki membuat beliau dikenal sebagai sosok yang pemurah. Suka membantu antarsesama sekaligus berjiwa dermawan.
Selanjutnya tak ada data resmi, apa sebab beliau sampai keplayu (melarikan diri) ke Tulungagung. Tetapi penduduk setempat meyakini, beliaulah yang mbabat alas ka­wasan Desa Lemahbang hingga pada akhirnya makamnya dite­mukan di desa tersebut.
Hajatan untuk mengenang jasa-jasa almarhum dilak­sanakan warga setiap malam Kamis, dengan mengambil tem­pat di pelataran makam. Cukup banyak yang datang. Saat bersa­maan, lazim terjadi masyarakat bertafakur di makam, memohon kemurahannya terkait dengan masalah yang dihadapi. Terma­suk meminta kelancaran rezeki bahkan ada yang menyebut ber­buru pesugihan.
Namun, menurut warga, semua itu berpulang pada hati masing-masing yang datang un­tuk berziarah. “Ya, kita sama-sama tidak mengerti, apa yang diminta oleh mereka,” menurut beberapa warga. Sebab, makam Mbah Kuning memang tidak ada juru kuncinya. Jadi setiap orang bebas datang kapan pun, demikian juga dengan per­mintaan yang disampaikan.■EDY WIENARTO
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  Posmo, edisi 606,  29 Desember 2010