Bagaimana Mencapai Tujuan Kalian dengan Mursyid Kalian
Seseorang mendatangi seorang Grandsyekh dan mengetuk pintunya. Grandsyekh itu bertanya, “Siapa di sana?”
“Ibrahim,” kata orang itu. “Ini aku.”
“Aku, aku, aku, selalu mengatakan aku,” kata Grandsyekh. “Aku?” Grandsyekh berkata, “Tempatku hanya untuk seorang, bukannya dua. Pergilah.”
Jadi orang itu harus pergi. Setelah satu tahun, ia berusaha lagi. Ia datang dan mengetuk pintunya.
“Siapa di sana?” tanya Grandsyekh.
“Kau, kau,” jawabnya kali ini.
“Karena engkau mengatakan, “kau,” sekarang kau boleh masuk,” kata Grandsyekh.
Oleh sebab itu, kondisi pertama bagi seseorang yang ingin mencapai kedamaian sejati adalah bahwa ia harus menyerahkan dirinya, semua yang ia bawa, untuk diserahkan kepada mursyidnya. Mursyidnya dapat mengambil dan membawanya. Ketika kalian menyerahkan diri kepada mursyid kalian, itu adalah jalan untuk mencapai tujuan kalian.
Bayangkan sebuah pesawat. Ia dapat membawa seratus atau dua ratus atau bahkan tiga ratus penumpang, tetapi ketika ia terbang kalian hanya melihat sebuah pesawat jet terbang. Kalian tidak melihat tiga ratus orang di dalamnya; yang kalian lihat hanyalah sebuah pesawat yang sedang terbang. Pesawat itu membawa semua orang di dalamnya, selesai. Oleh sebab itu, ketika kalian mengambil seorang pemandu menuju tujuan kalian, kalian bisa berada di dalamnya; kalian dapat menyerahkan diri kalian kepadanya. Kalian harus menganggap diri kalian sebagai sebuah tetesan dan ketika ia mencapai Samudra, ia bukan lagi berupa tetesan, selesai. Kalian tidak lagi menjadi tetesan, tetapi menjadi Samudra. Al-Fatiha.
Seseorang mendatangi seorang Grandsyekh dan mengetuk pintunya. Grandsyekh itu bertanya, “Siapa di sana?”
“Ibrahim,” kata orang itu. “Ini aku.”
“Aku, aku, aku, selalu mengatakan aku,” kata Grandsyekh. “Aku?” Grandsyekh berkata, “Tempatku hanya untuk seorang, bukannya dua. Pergilah.”
Jadi orang itu harus pergi. Setelah satu tahun, ia berusaha lagi. Ia datang dan mengetuk pintunya.
“Siapa di sana?” tanya Grandsyekh.
“Kau, kau,” jawabnya kali ini.
“Karena engkau mengatakan, “kau,” sekarang kau boleh masuk,” kata Grandsyekh.
Oleh sebab itu, kondisi pertama bagi seseorang yang ingin mencapai kedamaian sejati adalah bahwa ia harus menyerahkan dirinya, semua yang ia bawa, untuk diserahkan kepada mursyidnya. Mursyidnya dapat mengambil dan membawanya. Ketika kalian menyerahkan diri kepada mursyid kalian, itu adalah jalan untuk mencapai tujuan kalian.
Bayangkan sebuah pesawat. Ia dapat membawa seratus atau dua ratus atau bahkan tiga ratus penumpang, tetapi ketika ia terbang kalian hanya melihat sebuah pesawat jet terbang. Kalian tidak melihat tiga ratus orang di dalamnya; yang kalian lihat hanyalah sebuah pesawat yang sedang terbang. Pesawat itu membawa semua orang di dalamnya, selesai. Oleh sebab itu, ketika kalian mengambil seorang pemandu menuju tujuan kalian, kalian bisa berada di dalamnya; kalian dapat menyerahkan diri kalian kepadanya. Kalian harus menganggap diri kalian sebagai sebuah tetesan dan ketika ia mencapai Samudra, ia bukan lagi berupa tetesan, selesai. Kalian tidak lagi menjadi tetesan, tetapi menjadi Samudra. Al-Fatiha.