Ceritera Agung Sulung dan Sulung Agung

Ceritera Agung Sulung dan Sulung Agung

 
 
 
 
 
 
Rate This

Ceritera rakyat tentang Agung Sulung dan Sulung Agung ada hubungannya dengan Bali. Kisah ini berkisar antara hubungan dua orang kakak beradik bersama beberapa tokoh penting dari Kerajaan Macan Putih yang dikaitkan dengan ceritera historis dari Kerajaan Klungkung (Bali).
Adapun ringkasan ceritanya sebagai berikut: “Pada jaman kejayaan Kerajaan Macan Putih (Blambangan) dibawah perintah Kanjeng Sinuhun Tawang Alun, hidup dua orang ber­saudara kakak beradik yang bernama Agung Sulung dan Sulung Agung. Kedua orang kakak beradik itu taat dan patuh terhadap peraturan pemerintah kerajaan serta sangat mengagumi kebijaksanaan Ratu Gustinya dalam mengemudikan pemerintahan dan membina rakyat, sehingga kaula Blambangan hidup sejahtera, aman dan tentram.
Setelah Kanjeng Sinuhun Tawang Alun mangkat, Kerajaan Macan Putih diambail alih oleh putra-putra mendiang Prabu Tawang Alun secara berturut-turut yaitu Pangeran Patih Sasranegara dan Pangeran Adipati Macan Apura. Menurut penilaian Agung Sulung dan Sulung Agung dalam mengemudikan pemerintahan Pangeran Patih Sastanegara maupun Pangeran Adipati Macan Apura tidak sebijak mendiang ayahnya dan sering merugikan kepentingan rakyatnya sehingga rakyat Blambangan merasa kecewa dan dalam kehidupannya selalu diliputi kecemasan dan kurang tentram.
Agung Sulung dan Sulung Agung juga merasa tidak tentram dan selalu diliputi rasa kecewa dalam kehidupan sehari-hari sehingga kedua kakak beradik itu bersepakat dan bertekat meninggalkan kampung halaman serta mengembara mencari kepuasan batin dan ketenangan hidup.
Disamping itu sepeninggal Kanjeng Sinuhun Tawang Alun di Kerajaan Macam putih telah terjadi “Perang Saudara” yang sangat dahsyat antara Pangeran Patih sasranegara dengan Pangeran Adipati Macan Apura sehingga menyebabkan kelemahan serta kemunduran Kerajaan Macan Putih dalam segala bidang. Dalam perang saudara tersebut Pangeran Patih Sasranegara dapat dikalahkan yang kemudian Pangeran Adipati Macan Apura naik tahta. Sedangkan yang menjadi Patih diangkat adiknya yang lain yang bernama Pangeran Kertanegara.
Sebenarnya pada saat terjadi perang saudara itu juga didengar, oleh Gusti Dewa Agung yakni raja Klungkung (Bali) yang telah menjalin hubungqan baik dengan Kanjeng Sinuhun Tawang Alun. Itulah sebabnyaGusti Dewa Agung mengirim utusan ke Kerajaan Macan Putih untuk mendamaikan mereka yang sedang bertikai. Utusan dari Bali itu dipimpin oleh Gusti Gede Panji Kerta dan Gusti Made Karangasem. Dan untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi, utusan dari Bali itu disertai beberapa pasukan yang bersenjata lengkap.
Kedatangan (pendaratan) utusan Klungkung yang disertai sejumlah pasukan yang bersenjata lengkap di Blambangan, menjadikan Pangeran Adipati Macan Apura bersamaPatih Kertanagara salah duga, pasukan dari Bali yang bersenjatakan lengkap dikira akan menyerang Kerajaan Macan Putih yang mana pada saat itu pertahanan di Kerajaan Macan Putih sangat lemah. Itulah sebabnya Raja dan Patih bersama beberapa keluarga istana terpaksa meninggalkan istana dengan dikawal oleh beberapa prajurit. Sedangkan para kaula Blambangan yang tinggal di dalam kota juga menyingkir-dan mengungsi untuk mencari perlindungan.
Sementara itu dalam pengembaraannya Sulung Agung dan Agung Sulung berpisah dan mengambil tujuan yang berbeda. Agung Sulung menuju ke arah barat, masuk dusun Cungking yang akhirnya menjadi cikal bakal serta menurunkan masyarakat di daerah Giri dan Glagah. Sedangkan Sulung Agung Menuju ke arah Tenggara , masuk desa Lateng (Rogojampi) yang kemudian juga merupakan cikal bakal serta menurunkan masyarakatdi daerah Rogojampi, Singojuruh dan daerah sekitarnya.
Menurut ceritera beberapa orang tua di Blambangan, akibat ulah Sulung Agung kemudian terjadi nama desaLatang (sekarang berubah menjadi Desa Lateng; Rogojampi). Gletekan (sekarang berubah menjadi Desa Gladag; Rogojampi), Gentongan (sekarang berubah menjadi DesaGintangan; Rogojampi). Sedang menurut ceritera beberapa orang tua di daerah sekitar Rogojampi, Sulung Agung menjadi Sesepuh (mungkin penguasa) yang hanya menggunakan gelarnya yakni Raden Lateng yang juga dikenal dengan sebutan Demang Kaut Suromenggolo. Disamping itu Sulung Agung dikenal pula dengan sebutan Demang Kaut Senopati.”
Ceritera Agung Sulung dan Sulung Agung terdapat bagian-bagian yang mengisahkan terjadinya beberapa nama Desa ‘ (akibat ulah Sulung Agung). Sedangkan tidak terdengarnya nama Sulung Agung lagi, tidak mustahil bahwa setelah menjadi Demang (penguasa) hanya terkenal dengan sebutan- sebutannya saja.
Oleh karena dalam kisahnya ulah Agung Sulung dan Sulung Agung mengakibatkan terjadinya nama beberapa Desa, maka tidak salah apabila ceritera tersebut dapat digolongkan dalam jenis Legenda. Hal itu juga disebabkan baik cerita rakyat maupun legenda itu bukan sejarah murni, sehingga ceritera rakyat ataupun legenda hanya sebagai pelipur lara dan dapat menambah khasanah budaya nasional kita yang perlu dipertahankan dan dilestarikan khususnya ceritera rakyat atau legenda yang berlatar belakang pendidikan. Tri Asih Rahayu, S. Pd □
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Gema Blambangan, GB. No. 071 / 1997,  hlm. 43-44