Siapa Meniru Suatu Kaum, Dia Termasuk Kelompok Mereka

Siapa Meniru Suatu Kaum, Dia Termasuk Kelompok Mereka
Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani
The Approaching to Armageddon


Seperti yang disebutkan sebelumnya, mengikuti cara berpakaian Nabi saw. atau meneladaninya dalam hal apa pun menjadikan seseorang termasuk ke dalam kelompok beliau dan merupakan sumber rahmat, terutama pada masa sekarang ini. Nabi saw. bersabda: "Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka. Salah satu anjuran hadis tersebut adalah untuk tidak mengikuti cara-cara yang tak-islami. ‘Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Janganlah berpakaian seperti orang-orang yang tidak beriman.

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan datang hingga umatku mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa sebelum mereka, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Nabi ditanya, “Ya Rasulullah, bahkan juga akan mengikuti kebiasaan orang-orang Persia dan Romawi?” Beliau menjawab,“Siapa lagi kalau bukan mereka?” Di sini Nabi saw. menunjukkan bahwa orang-orang Islam
akan meniru kebiasaan orang-orang kafir. Bangsa Romawi berarti negara-negara Barat, sementara bangsa Persia berarti negara-negara Timur. Artinya, orang-orang Islam pada akhir zaman akan mengadopsi kebudayaan dan peradaban nonmuslim, baik dari Timur maupun dari Barat.

Orang-orang Islam dewasa ini meniru semua yang berasal dari orang-orang nonmuslim, entah pakaian, gaya hidup, hiburan, nilai budaya, ataupun ideologi. Mereka menjadikannya sebagai prioritas tertinggi dan tujuan akhir, sambil mengabaikan cara-cara yang diajarkan oleh Alquran dan sunah. Seperti yang dapat dilihat di stasiun-stasiun TV kabel, kebanyakan penyiar ataupun pembawa acara talk show kentara berpenampilan tak-islami yang bisa membangkitkan berahi: meniru gaya orang-orang kafir, menggunakan hiasan wajah yang berlebihan dan mengenakan pakaian yang terbuka. Mereka mengadopsi setiap gaya dan perilaku yang memancing nafsu rendahan, mengabaikan sunah, dan mengikuti budaya orang-orang nonmuslim, yang menjauhkan orang-orang Islam dari Nabi mereka.

Pada satu sisi, hadis, “Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka,” merupakan peringatan terhadap orang-orang Islam agar tidak mengikuti perilaku nonmuslim, dan bersikap waspada agar tidak terjerumus mengikuti mereka. Fenomena ini merupakan salah satu tanda akhir zaman. Dan untuk menekankan bahwa itu pasti terjadi, Imam al-Bukhârî menamai salah satu bab kitabnya dengan ungkapan hadis tersebut.

Nabi saw. bersabda:"Kalian benar-benar akan mengikuti kebiasan orang-orang terdahulu. Artinya, umat Islam akan menjalankan kebiasaan orang-orang nonmuslim 20 atau 30 tahun yang lalu dan mulai menyetujui mereka. Orang-orang Islam dewasa ini, setelah menyaksikan gaya hidup orang-orang nonmuslim yang menggoda, tanpa pikir panjang segera meniru mereka. Masyarakat dari semua bangsa, termasuk masyarakat muslim, kini sudah mengikuti gaya dan jalan hidup masyarakat modern, baik dalam gaya-tak-sopan dalam berpakaian, potongan rambut, musik (rap cabul dan heavy metal), maupun seringnya ke bar, tempat disko, klub malam, teater, dan bioskop film porno. Tak ada agama yang memperkenankan hal-hal itu, termasuk Islam. Kendati demikian, orang-orang Islam dan pemeluk agama lain tetap saja mengikuti gaya hidup yang tak diterima oleh agama tersebut.

Tsawbân meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Hari Kiamat tidak akan datang hingga suku-suku dalam umatku mengikuti orang-orang musyrik dalam segala hal. “Suku-suku” (qabâ’il) dalam hadis tersebut menunjukkan sejumlah besar orang, yang pada masa modern ini sebanding dengan sebuah bangsa atau negara. Di antara tanda akhir zaman adalah bahwa orang-orang Islam akan mengikuti orang-orang kafir dalam semua aspek kehidupan. Apa pun yang mereka perlihatkan atau ucapkan, orang-orang Islam akan mengikutinya karena menyangka bahwa mereka mengikuti peradaban terbaik yang pernah ditawarkan, dan mengabaikan petunjuk Islam.

Peradaban sebuah bangsa diukur dari standar etika dan kemuliaan akhlaknya. Bangsa yang baik ialah bangsa yang menjaga kemuliaan perilaku dan moral. Dan ketika semua ini lenyap, penyimpangan merajalela, maka rusaklah masyarakat. Abû Mâlik al-Anshârî meriwayat kan bahwa Nabi saw. bersabda:"Akan muncul dari kalangan umatku, orang-orang yang menghalalkan perzinaan, sutra, minuman memabukkan, dan musik asusila.

Nabi saw. menggambarkan kondisi kebanyakan masyarakat Islam dewasa ini, yang mempertontonkan perilaku tak bermoral dengan melakukan perbuatan yang terlarang. Yang disebutkan pertama adalah orang-orang di kalangan umat Islam yang membolehkan perzinaan dan pelacuran. Contohnya adalah fenomena sejumlah gerakan orang-orang Islam yang mengklaim bahwa mereka berada dalam kondisi perang dengan orang-orang nonmuslim. Dengan menggunakan landasan keliru tersebut, mereka memutarbalikkan hukum Islam agar sesuai dengan kemauan mereka, dengan menyatakan bahwa mereka diperbolehkan berhubungan seksual dengan nonmuslim.

Di samping itu ada juga pemimpin-pemimpin Islam dan sebuah negara muslim yang membenarkan pernikahan kontrak atau temporer (mut‘ah). Belakangan ini, di sebuah majalah berbahasa Arab terdapat sebuah fatwa seorang mufti dari suatu negara muslim besar yang menyatakan bahwa nikah kontrak dibenarkan oleh syariat. Kecenderungan menghalalkan hubungan yang diharamkan adalah bukti dari pernyataan Nabi saw. bahwa mereka akan menghalalkan perzinaan. Laki-laki
dan perempuan bebas berbaur dan melakukan hubungan di luar nikah kini menjadi standar norma yang diterima oleh lapisan tertentu dalam masyarakat Islam. Menonton film yang memperlihatkan orang-orang telanjang juga sudah menjadi pemandangan umum. Pelacuran terjadi di berbagai tempat di negara Islam. Semua ini merupakan contoh bagaimana orang-orang Islam menganggap perzinaan sebagai hal yang wajar dan alami.

Hadis tersebut juga menyinggung tentang laki-laki yang memakai sutra, yang dalam ajaran Islam hanya diperkenankan untuk perempuan. Laki-laki muslim di berbagai negara kini sudah mengenakan pakaian sutra tanpa segan-segan, seolah itu tidaklah dilarang. Banyak orang Islam juga telah mengonsumsi minuman memabukkan, seperti alkohol atau narkoba. Dalam hadis lain, Nabi saw. menyebutkan ghinâ al-fâhisy—lagu cabul. Musik yang membangkitkan syahwat sudah menjadi
fenomena umum, bahkan di negeri Muslim sekalipun. Di tempat-tempat disko dan klub malam yang modern, kita menyaksikan sejumlah besar orang Islam mengenakan pakaian sutra, menikmati musik porno, dan mengonsumsi alkohol serta obat-obatan terlarang. Laki-laki dan
perempuan yang sedang mabuk itu mengenakan pakaian yang menggoda dan berbaur dengan bebas, sehingga mudah mengundang perzinaan. Tanpa pikir panjang, orang-orang Islam hanyut dalam gaya hidup semacam itu dan mengabaikan aturan-aturan agama.

Mereka bahkan mencoba mengubah pemahaman agama untuk mencari pembenaran terhadap nafsu murahan mereka. Penyimpangan-penyimpangan semacam itu bisa dilihat hatta di tempat-tempat pertemuan dan konferensi keagamaan. Perilaku di kalangan umat Islam ini merupakan kejadian yang telah diramalkan oleh Nabi saw. empat belas abad yang lalu, dan merupakan salah satu tanda paling nyata yang menunjukkan bahwa akhir zaman sudah di depan mata.


Wa min Allah at Tawfiq