AHMADIYAH



Sebuah aliran yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad AS. Ahmadiyah pecah menjadi dua, yaitu Ahmadiyah Qodiyan dari Pakistan. Mereka memproklamirkan Mirza Ghulam Ahad sebagai Nabi. Demikian pengakuan da'i Ahmadiyah yang sudah bertaubat bernama H Ahmad Hariadi. Beliau mengatakan bahwa Ahmadiyah Qodiyani (Qodiyan) memutar balikkan ayat Al-Quran dan Hadits tentang Nabi pamungkas. Adapun Ahmadiyah Lahore masih dalam ajaran Islam, karena mereka hanya mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai Mujaddid.
Ahmadiyah itu sudah dilarang di beberapa negara termasuk negara asalnya, Pakistan namun sesuai dengan awal munculnya sebagai antek penjajah Inggris, maka sampai kini pusatnya ada di London. Berbagai ulama, telah mengarang kitab yang mengungkap kebohongan-kebohongan Ahmadiyah, di antaranya kitab karangan Ihsan Ilahi Dlohir, ulama Timur Tengah yang dibunuh orang karena mengarang kitab yang mengungkap kepalsuan-kepalsuan aliran Syiah dan lain-lainnya. Yang intinya: Ahmadiyah menodai Al-Quran. H. Ahmad Hariyadi mantan da'i Ahmadiyah yang beroperasi di Indonesia, Malaysia dan Singapura yang kemudian telah bertaubat dari Abmadiyah sesat itu, mengarang buku; Ahmadiyah Qodiyani Memutar Balikkan Ayat Al Quran Dan Hadits Tentang Nabi Pamungkas.
Pelita, Sabtu, Minggu, 12-13 Agustus 1995/15-16 Rabiul Awal 1416 H. Dalam khutbah Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad yang diterjemahkan bapak Abdul Wahid H.A. edisi pertama terbit tahun 1954. edisi ketiga diperbaharui R. Ahmad Anwar.
Cetakan pertama 1954
Cetakan kedua1954
Cetakan ketiga 1963
Cetakan keempat 1970
Cetakan kelima 1974
Cetakan keenam 1979
Cetakan ketujuh 1980
Cetakan kedelapan 1981
Cetakan kesembilan 1982
Cetakan kesepuluh 1983
Cetakan kesebelas 1985
Cetakan kedua belas 1988
Cetakan ketiga belas 1988
Cetakan keempat belas 1990
Cetakan kelima belas 1991
Cetakan keenam belas 1993
Cetakan kedua belas 1988

Dalam buku tersebut dapat diketahui penyelewengan-penyelewengan sebagai berikut: dalam Hal.15 disebutkan. Apa yang dikatakan oleh orang-orang Ahmadiyah: bahwa makna tentang “Khotamun Nabi”yang dewasa ini populer di kalangan muslimin itu tidak sesuai dengan apa yang termaktub pada Ayat tersebut dan begitu pula makna itu tidak menjelmakan keutamaan dan keagungan Beliau sesuai dengan kemuliaan dan keagungan ayat tersebut. Jadi orang-orang Ahmadiyah tidak mengingkari gagasan Khotamun Nubuwah, melainkan menolak arti Khotamun Nubuwah. Dewasa ini terdengar kesalahan telah tersebar di kalangan muslimin.
Pada halaman 16 tertulis; "kami berkeyakinan teguh bahwa berkat pertolongan Al Quran Al Karim, kami dapat mengadakan hubungan dengan para Malaikat dan dari mereka ini kami dapat mempelajari ilmu-ilmu kerohanian. Penulis sendiri telah banyak mendapat berbagai ilmu kerohanian dari para Malaikat, sebuah peristiwa satu Malaikat telah mengajarkan kepada saya tafsir dari ayat fatihah, semenjak saat itu hingga sekarang".
Pada halaman 17; "bahwa saya baradu gulat dengan Setan dan dengan pertolongan Allah swt. Serta berkat kalimat tauhid, saya pun dapat mengalahkannya. Setan itu, peristiwa Allah swt pernah mengatakan pada saya bahwa di dalam tugas yang diembankan Allah pada saya, Setan akan mengadakan bermacam-macam rintangan. Dengan karunia Allah dan Rahimnya, kemudian saya menuju arah kejurusan mana Allah swt mengisyaratkan kepada saya."
Pada Hal. 19 disebutkan; dapat terjadi orang Ahmadi masuk neraka seperti halnya orang yang bukan Ahmadi masuk surga."
Pada Hal. 20; "kami berkepercayaan bahwa tak ada seorang pun yang akan mengalami siksaan secara abadi baik ia mukmin, ataupun ia kafir."
Pada Hal. 24; "menurut pendapat Ahmadiyah sesuatu ucapan dari Nabi Muhammad yang dapat dipertanggungjawabkan buktinya memperoleh prioritas dari pada segala ucapan manusia lain."
Pada Hal. 56; "karena Hadrat Masih Al Maud as telah memenangkan kepada orang-orang Ahmadi".