novel/ cerpen, q ambil dr binti iliya faridah, rungkut, judul?


Bagaimana harus menjelaskan semuanya, semuanya seperti mimpi buruk yang tiba-tiba saja hadir dan menggerogoti segalanya. Tidak pernah berfikir akhirnya seperti ini, semua yang terjadi  tidak akan pernah terlupakan karena ini semua adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus dilewati.
Reysha menitikkan air matanya, entah untuk yang keberapa kalinya.
Dari kejauhan momy dan dadynya sedang memperhatikan tingkah laku putrinya tersebut, mereka merasa sedih dengan apa yang dialami putrinya tapi mereka juga tidak mau melihat putrinya menjadi seperti ini. Mereka merasa putrinya yang dulu ceria kini telah memudar, putri mereka menjadi pendiam dan pemurung.
“Aku tidak tahan melihatnya seperti ini” keluh mom kepada dady. Mom menghembuskan napas panjang dan membuangnya “Kita harus melakukan sesuatu”
“Apa?” tanya dad
“Entahlah...” jawab mom pasrah tapi dilubuk hatinya ia berjanji akan mencari solusi untuk menyelesaikan persoalan ini. Mom menghembuskan napas lagi dan menutup pintu kamar Reysha lalu pergi meninggalkan tempat ia berdiri diikuti dady.
Reysha menatap langit yang cerah, terlihat bintang dan bulan memancarkan cahaya yang indah. Angin berhembus lembut membelai wajahnya yang basah karena air mata yang tak kunjung redah.  
Kenapa harus seperti ini? Kenapa harus berakhir dalam keadaan seperti ini? Kenapa harus kamu dan kenapa harus aku? Kenapa semuanya menimpa kita?
Beribu pertanyaan bergejolak dibenak Reysha, ia tidak tahu selanjutnya harus bagaimana, hal ini sangat membuatnya tertekan. Reysha berjalan beralih kearah lemari kecil yang berada tepat disebelah ranjangnya. Reysha berjongkok dan membuka lemari tersebut. Semua barang-barangnya masih tertata rapi didalamnya namun ada satu barang yang menyita perhatiannya. Ia mengambil buku diarynya dan membuka perhalaman buku tersebut.
Reysha tersenyum, merengut dan tertawa kecil membaca tulisan didalam diary itu. Dan tepat pada tulisan terakhir air matanya menetes dan membasahi diary itu.
Aku bingung dengan keadaan ini , bingung dengan sikap Fandi dan bingung dengan status hubunganku dengannya. Aku merasa sia-sia menunggunya tapi hati kecilku selalu berkata aku harus terus menunggunya. Kenapa aku menjadi seperti ini? Kenapa aku menjadi orang yang lemah dalam masalah cinta. Sungguh dada ini sudah terasa sangat pengap dengan ini semua.
Air mata Reysha perlahan tumpah lagi, memang dulu dia sempat meragukan tentang kesetian Fandi, namun sekarang? Apa masih tersisa? Dan apakah masih perlu lagi? Entahlah...
                Reysha membuka lembaran baru dalam bukunya, ia menerawang jauh melewati jendela kamarnya, lalu ia mengambil bulpoin dalam sela-sela lembaran buku tersebut dan tangannya mulai bergerak mengikuti kata hatinya.
Dari sudut mana aku harus berucap
Aku tidak sanggup mengeluarkan suara
Aku hanya diam ketika mereka menyebut namamu

Tak bisakah ini hanya mimpi?
Tak bisakah aku bangun dan menatapmu?
Karena kini aku tlah mengetahui
Bahwa kamu adalah kamu
Bahwa kamu adalah waktu yang terlewat
Seandainya waktu tak berlalu

Maaf... maaf karena aku telah merubah
Karena aku telah membuatmu masuk dan terjebak dalam rasa ini
Perasaan yang ku yakin tak pernah salah
Walau waktu telah menjauhkanmu

Maaf... maaf karena terlalu menginginkanmu
Hingga aku tak sanggup untuk melepasmu
Tapi...
Melihatmu...
Mendengarmu...
Mengenangmu...
Kaulah yang terhebat 

                Tangan Reysha berhenti bergerak, ia membaca apa yang ditulisnya. Melihatmu... mendengarmu... mengenangmu... kaulah yang terhebat. Yah, Fandi memang hebat jika tidak mana mungkin ia menjadi seperti ini.
*****
                5 tahun yang lalu
                Reysha berdiri diambang pagar pembatas dilantai 2 sekolahnya. Dari sana ia dapat melihat siswa-siswi berlarian untuk berteduh menghindari hujan. Reysha menengadahkan tangannya untuk bisa merasakan dinginnya air hujan. Terasa basah, dingin namun menenangkan.
                Surabaya hari ini diguyur hujan cukup lama, sejak pagi buta air hujan ini membasahi tanah surabaya dan sampai pukul 10 menjelang siang pun air hujan ini tetap tidak mau beristirahat. Awan hitam masih nampak ketika mendongak keatas tapi untungnya petir tidak ikut serta dalam hujan kali ini.
                Suasana dingin dan lembab menyeruak ke dalam tubuh Reysha, ia lebih mengeratkan jaketnya agar suasana dingin ini tidak sampai menembus kulitnya.
                “Nggak berniat untuk kekantin?” tanya seorang cowok yang tiba-tiba hadir dan berdiri disamping Reysha.
                Reysha terkekeh ketika mendengar suara itu. Suara itu tidak asing baginya. Ia mendongak ke atas dan mendapati Dani berdiri disampingnya. “Ah, kamu” gumam Reysha yang terdengar kaget  “Nanti saja”
                “Menurut legenda, jika hujan turun tanpa henti seperti sekarang tandanya  ada bidadari cantik yang sedang berduka” ucap Dani dan tersenyum simpul kearah Reysha.
                “Aku juga pernah mendengar legenda itu” jawab Reysha dan membalas senyuman Dani dengan senyum sopan “Tapi setelah aku beranjak besar, pertanyaan-pertanyaan ajaib muncul. Kenapa bidadari itu bisa sedih? Apa yang sedang ia sedihkan? Bukankah bidadari selalu tersenyum karena dunianya sangat menyenangkan?”
                Dani menghembuskan napas dan mengeluarkannya perlahan, tangannya menengadah hingga air hujan membasahi tangannya. “Aku tidak pernah berfikir sejauh itu. Yang aku tahu semua makhluk hidup pasti mengalami masa-masa sulit hingga membuatnya bersedih, sekalipun ia berada didunia yang sangat menyenangkan” kata Dani dan menarik tangannya yang telah basah terhuyur air hujan.
                “Bersedih sekali pun dunianya menyenangkan” gumam Reysha pada diri sendiri namun masih terdengar oleh Dani. Reysha kembali larut dalam kedamaian yang dibawa hujan untuknya. Sesekali ia menengadahkan tangannya dan menariknya, lalu tersenyum simpul seakan dunianya berbahagia karena hujan datang walaupun dilangit sana ada bidadari yang sedang bersedih.
                “Rey... I like you” ucap Dani akhirnya setelah keheningan menyelimuti mereka.
                “Hah?!” jawab Reysha tanpa menatap Dani tak mengerti maksud yang diucapkan cowok itu.
                “Mau nggak kamu jadi pacarku?” kata Dani tulus namun berhasil membuat Reysha tercekat dan mematung beberapa detik.
                Apa yang Dani katakan sungguh diluar dugaan Reysha, ia menelan ludah  seketika saat kata-kata itu meluncur dari mulut Dani. Dani, seorang teman yang begitu dekat dengannya berani berkata seperti itu padanya. Memang tidak salah mengungkapkan perasaan kepada seseorang tapi kenapa Dani yang melakukannya dan kenapa dirinya sendiri yang menerima pernyataan itu. Sungguh Reysha tidak suka dalam posisi semacam ini, apa yang harus ia lakukan?.
                “Apa jawabanmu?” kata Dani lagi yang mempertegas bahwa pertanyaan itu harus dijawab oleh Reysha. Dani menatap Reysha dengan penuh harapan, namun Reysha hanya terkesiap dengan bibir tertutup rapat.
                Reysha balas menatap Dani dengan pandangan memohon agar dia tidak mempunyai keharusan untuk menjawab pertanyaan itu, sebuah pertanyaan yang jawabannya mungkin sudah diketahui Dani. Reysha sudah pernah berkata kepada Dani bahwa ia tidak mau menjalin hubungan dengan teman dekatnya, tapi kenapa Dani tidak menghiraukan kata-katanya dulu.
Namun tidak ada respon, tatapan Dani malah mengisyaratkan jika Reysha harus menjawab pertanyaan itu secepatnya.
Reysha menghela napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Terpaksa ia harus menjawab pertanyaan itu sekarang.
“Kamu serius dengan ucapan kamu?” kata Reysha yang tidak tahu harus memulainya dengan bagaimana.
“Tentu saja” jawab Dani ringan dan memamerkan senyum lebarnya “Jadi apa jawaban kamu?”
“Dan, bisakah kita hanya teman?” ucap Reysha lirih sambil menundukkan kepalanya “Dulu, bukankah aku pernah berkata kalau aku tidak mau menjalin hubungan dengan teman dekatku. Kamu sudah aku anggap sebagai teman, sahabat, malahan saudara aku sendiri” lanjut Reysha dan mulai mengangkat wajahnya hingga bisa melihat reaksi Dani karena ucapannya.
“Jadi, tidak bisakah kita hanya berteman, seperti kemarin dan beberapa waktu yang lalu?”
“Jadi, kamu nolak aku?”
“Tapi kamu maukan jadi teman aku?”
“Selalu” jawabnya dan kembali memamerkan senyumnya yang lebar “Aku akan menjadi temanmu, sahabatmu, dan saudara kamu” ucap Dani dan memamerkan senyumnya yang lebar.
“Thanks”  gumam Reysha dan membalas senyuman Dani.
Mereka terdiam untuk beberapa saat dan menikmati hujan yang turun dari langit. Mereka sangat menyukai hujan, mereka sering bermain, tertawa, dan saling berbagi ketika hujan turun, Reysha masih ingat, ketika mereka masih kecil, Reysha, Dani dan Boni kakak Reysha sering bermain hujan-hujanan sampai tubuh mereka menggigil dan kena omelan mom mereka. Tapi sekarang mereka tidak akan pernah mengulang masa bahagia itu lagi.
“Tadi kamu dicariin kak Rian” ucap Dani memecahkan keheningan.
“Ada apa?”
“Tau! Paling-paling cuman mau ngerayu kamu buat bersedia gabung di osis”
“Masa sih?” ucap Reysha sekenanya. Jujur saja ia paling males bertemu dengan Rian karena setiap bertemu Rian selalu saja cowok itu memaksanya agar ikut gabung di osis padahal Reysha sama sekali tidak berminat gabung di osis.
“Hmm... untung cuman ngerayu buat gabung diosis, awas aja kalo ngerayu buat deketin kamu” gumam Dani nggak jelas sangking lirihnya.
*****
“Reyshhhaaa....”  
Reysha berhenti dan menghadap asal suara yang meneriaki namanya. Ia melihat Rima sedang berlarian kearahnya. “Ada apa?” tanya Reysha sesampainya Rima dihadapannya
“Cuman mau ngasih tau kalo kamu disuruh kak Rian keruang osis”
“Hah? Emangnya kenapa aku harus kesana?”
“Mana aku tau!”
“Jangan bilang kalo dia nyuruh aku kesana buat gabung sama osis?!” sergah Reysha menebak-nebak.
“Kan udah aku bilang, aku nggak tau” jawab Rima meyakinkan bahwa ia tidak tahu kenapa Reysha dipanggil oleh Rian. “Duluan ya, aku mau kekelas” kata Rima dan bergegas pergi meninggalkan Reysha
“Eh.. eh.. tolong temenin aku keruang osis ya?” pinta Rehsha yang berhasil menghentikan Rima
Rima menyipitkan matanya, dan berfikir sejenak. “Pliss...” rengek Reysha untuk merayu Rima dengan memasang tampang melas dan menggenggam tangan Rima penuh pengharapan.
Akhirnya Rima mengangguk dan menggeret Reysha. Reysha merasa bingung kenapa ia yang di geret oleh Rima, bukannya ia yang malah menggeret Rima. Tapi sedetik kemudian Reysha ingat kalau Rima sangat nge-fans sama Rian jadi tidak heran kalau Rima bersedia diajak bertemu dengan orang yang dia puja.
Dalam perjalanan, Reysha berfikir kenapa Rima bisa sampai suka sama kakRian padahal ia dikelilingi orang-orang yang lebih dari kakRian, secara tampang kak Rian kalah saing sama kak Wendra yang jauh lebih cakep. Tentang kegentelan jelas dia kurang gentel, jika dibandingkan sama Panca jelas Panca yang lebih gentel. Dan masalah kebaikan, jelas kak Rian nggak baik mana ada anak yang memaksakan kehendaknya sendiri, contohnya dalam masalah Reysha sama kak Rian. Sudah 5 kali Reysha jadi bulan-bulannya kak Rian, kak Rian terus saja mendesak Reysha agar Reysha mau menjadi anggota osis.
“Rey, jadi gimana Dani nya?” suara Rima membuyarkan lamunan Reysha.
“Maksud kamu?” tanya Reysha tidak mengerti.
“Dani suka sama kamu. Trus, kamu terima nggak dia-nya?”
Reysha menggeleng pelan
“Kenapa?”
“Aku nggak ada feeling sama dia. Dia itu sahabatku dari kecil, nggak etis aja kalo aku pacaran sama dia trus kita ngambek-ngambekan dan akhirnya kita putus, bukannya hanya hubungan pacaran kita aja tapi juga bisa mengancam hubungan persahabatan kita. Dan aku nggak mau kehilangan sahabat kayak dia”
“Oke aku terima argumen kamu, tapi masa sih kamu nggak tertarik sama cowok? Kamu nggak belok kan?”
“Husss.. enak aja. Aku masih normal!”
“Trus kenapa kamu nggak pernah nunjukin tanda-tanda ketertarikan sama lawan jenis? Banyak loh Rey yang coba deketin kamu tapi kamu sia-siain”
“Udah deh Rim, stop bahas ini. Pokoknya suatu hari nanti aku bakalan nemuin some one special, entah disekolah ini atau pun di luar sekolah”
“Kata-katamu sok bijak, bikin aku ngeri aja” ucap Rima polos sambil menggeleng-gelengkan kepalanya lembut. Namun Reysha hanya tertawa mendengar tanggapan temannya itu dan akhirnya mereka tertawa bersama.
Rima memang tidak akan pernah mengerti apa yang di fikirkan Reysha karena Reysha sering berfikiran yang jauh dari bayangannya. Walaupun Rima dan Reysha baru mengenal satu sama lain baru 3 bulan tapi mereka sudah sangat akrab seperti kedekatan Reysha dengan Dani.
Kaki Rima menjadi kaku setelah ia sadar bahwa ia dan Reysha 3 langkah lagi sudah sampai di depan ruang osis. Wajah Rima berubah menjadi pucat pasi namun pipinya merona entah karena apa. Namun Reysha yang ada disampingnya malah menunjukkan keengganan masuk dan memberenggutkan wajahnya.
“Kamu kenapa?” tanya Reysha kepada Rima yang tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika tepat di depan pintu ruang osis.
“Mmmm.... nggak. nggak pa-pa” jawab Rima salah tingkah.
“Iya. Tenang aja” terdengar suara dari dalam ruang osis dan tiba-tiba pintu ruang osis terbuka. “Rimmaaa... Reysha..” terdengar suara yang sama namun kali ini ada nada terkejut.
“Kak Rian” gumam Rima lirih hingga tidak terdengar oleh kak Rian yang ada dihadapannya juga Reysha yang ada disebelahnya.
“Kebetulan kalian sudah disini. Ayo ikut aku” ucap Rian dan mendorong pintu agar terbuka lebar dan memundurkan beberapa langkah untuk memberi ruang kepada Reysha juga Rima memasuki ruang osis.
Rian menggiring Reysha dan juga Rima disebuah kursi panjang. Rian mempersilahkan Reysha dan Rima duduk. Ruang osis terlihat tidak begitu luas namun tidak juga sempit, ukurannya sekitar 8X15  meteran. Ada beberapa sekat yang membatasi beberapa meja kerja dan juga seperangkat komputer lengkap. Disana juga terlihat televisi besar, LCD, lemari-lemari kecil yang kemungkinan untuk menyimpan berkas-berkas selayaknya ruangan osis pada umumnya. Reysha nampak kaget ketika melihat ke belakang dan menemukan sebuah pigura besar yang menyimpan foto para anggota osis tahun lalu, tidak perlu harus melototi satu-satu untuk menemukan foto Rian dalam foto itu karena Rian berada di barisan paling depan, dengan berjongkok ia tersenyum lebar.
“Aku tadi hampir saja menjemputmu” ucap Rian kepada Reysha “jika aku tidak menemukanmu didepan pintu tadi” lanjutnya dan tertawa entah apa yang ditertawakannya.
“Jadi, kenapa kakak mencariku?”
“Sama seperti beberapa hari yang lalu, aku atas nama osis ingin kamu menjadi bagian dari kita” jawab Rian seperti yang Reysha duga. Cowok yang ada dihadapannya ternyata cowok yang keras kepala “Jadi dengan sangat memohon, tolong kamu bersedia menerima ajakan ini. Aku tahu kamu tidak berniat untuk bergabung dengan osis tapi aku menjamin kamu kalau kamu bersedia menjadi bagian dari kita. Aku jamin kamu tidak akan menyesal, bukannya Rima juga akan menjadi anggota osis?” Rian menatap Rima dan Reysha juga mengikutinya, namun bukannya senyum seperti Rian, Reysha malah melotot namun yang dipelototin malah cengingisan nggak jelas. Dasa Rima! Batin Reysha
“Jadi kamu punya teman selain itu juga kamu punya pengalaman” tutur Rian.
“Alasan basi!” ucap Reysha dalam hati karena tidak mungkin ia mengutarakannya secara langsung. Reysha hampir saja hafal dengan kata-kata kak Rian karena beberapa hari ini kata-kata itu saja yang terngiang di telinganya hingga membuatnya jengkel.
“Rey...” suara Rian membuyarkan lamunan Reysha.
“Yah?” ucap Reysha lirih
“Kamu bersedia gabungkan” tanya Rian penuh harap
“Maa..” jawab Reysha namun terpotong
“Kalau kamu nggak gabung, aku bingung nyari penggati kamu. Sekarang hari jum’at sedangkan hari senin itu acara pelantikannya” kata Rian dengan nada yang entah mengapa terdengar memelas dan frustasi ditelingah Reysha.
“Iya Rey, aku pasti seneng banget kalo kamu juga jadi anggota osis. Aku jadi nggak sendirian deh. Kamu tahu kan perwakilan dari kelas kita cuman aku?!” tambah Rima. Oke sekarang Rima ikut merayu Reysha agar ikut osis dan setelah Rima siapa lagi yang akan merayunya?
“Kak Rian-nya ada” sayup-sayup terdengar suara cowok yang sedang mencari kak Rian dari kejauhan.
Reysha, Rima, dan Rian menoleh secara bersamaan ke asal suara. Ternyata Dani sang pemilik suara, terlihat ia berhadapan dengan seorang cewek untuk menanyakan pertanyaan tadi. Si cewek terlihat celingukan, sepertinya mencari kak Rian.
“Dan...” teriak Rian sambil melambaikan tangannya ke arah Dani.
“Tuh dia..” terdengar suara cewek itu berkata pada Dani dan mempersilahkan Dani untuk bertemu kak Rian.
Jangan bilang kalo Dani juga ikut-ikutan mendesaknya agar bersedia gabung di osis sama seperti Rima tuduh Reysha dala hati
“Siang kak, aku kesini mau mendaftar menjadi anggota osis” kata Dani kepada kak Rian yang membuat Rian mengerutkan dahinya, Reysha yang seperti orang tolol malah membuka melutnya dan berkata “Hah?!” tanpa suara, dan Rima masih terlihat anggun ia hanya menelan ludah. Dan mereka ber-3 terdiam beberapa saat
Dia penolongku. Sorak Reysha bahagia.
“Aku dengar dari anak-anak calon anggota osis yang baru kurang 1, jadi apa boleh aku yang mengisi-nya?” lanjut Dani yang membuat Rian makin mengerutkan dahinya.
Reysha berdehem keras “Tadi kakak bilang sama aku kalau kakak kesulitan mencari 1 orang lagi untuk anggota osis, dan sekarang ada Dani yang menawarkan diri apa kakak bersedia menerima tawarannya?” ucap Reysha mencoba membela Dani dan mengetuk pintu hati Rian agar bersedia menampung Dani dan membebaskannya.
Rian berdehem keras, dan akan membuka suaranya namun didahului oleh argumen Reysha lagi “Dan aku yakin Dani pasti bisa ngejalanin tugasnya jika dia diberi kepercayaan menjadi anggota osis. Dan selama aku mengenal Dani dia juga mempunyai sikap-sikap yang harus dimiliki oleh anggota osis, he is either, smart, thoughful, caring, dan easy going. Bukankah itu yang selama ini diperlukan untuk menjadi anggota osis?  Dan selama di SD prestasinya juga bagus, yah.. walaupun nggak the best student tapi dia selalu ikut peringkat 5 besar dikelas. Jadi tolong jadiin Dani anggota osis ya kak? Baru sekarang aku lihat Dani sesemangat ini untuk ikut keorganisasian” tutur Reysha kepada Rian
Rian hanya manggut-manggut mendengar argumen Reysha tentang Dani. Rian berfikir sejenak, disatu sisi ia sangat lega karena sudah menemukan 1 calon anggota tapi buruknya jika ia merekrut Dani itu berarti kesempatannya untuk mendekati Reysha dalam keosisan akan musnah. Namun Rian berusaha menjadi seseorang yang egois. Lembaga osis bukan sebagai sarana untuk pedekate.
“Oke, aku terima argumen Reysha. Aku jadi penasaran dengan kemampuan kamu” kata Rian yang langsung membuat Dani mencibir. “oke, kalau begitu sebaiknya kita cepat-cepat mulai sesi wawancaranya.” Rian kepada Dani yang sontan membuat Dani terperangah.
“Wawancara?” gumam Reysha dan menatap Rian tak percaya aneh...
Apa-apan sih nih anak? Wawancara? Reysha nggak pernah ikut wawancara tapi kenapa aku diwajibin wawancara? Mau ngetes? Atau menghalangi? Oke, siapa takut!  Pikir Dani dengan menatap kak Rian tajam.
“Dan, mari ikut aku ke meja ketos karena aku akan mewancaraimu disana, mumpung si ketos nggak lagi sibuk jadi bisa ikut  mewancarai kamu juga” kata Rian lagi dan ikuti oleh anggukan Dani. Mereka pun pergi ke meja ketos yang tidak jauh dari tempat mereka tadi, sedangkan Reysha dan Rima hanya bisa menonton Dani diwawancari oleh kak Rian dan ketua osis dari kejauhan.
Setengah jam berlalu dengan sangat lambat, duduk sekitar 30 menitan di ruang osis sangat membuat Reysha uring-uringan, ia ingin sekali meledak karena saking membosankannya tapi tentu saja tidak ia lakukan, bisa-bisa ia mati diserbu karena nggak ada angin dan nggak ada hujan tiba-tiba dirinya ngamuk diruang osis. sedangkan Rima hanya diam sambil memperhatikan kak Rian dari kejauhan dan sesekali tersenyum entah karena apa.
Tidak lama kemudian Dani selesai sesi wawancara, setelah memastikan Dani sudah diterima menjadi calon anggota osis dan besok senin akan dilantik, Reysha, Rima dan Dani keluar dari ruang osis yang begitu mengerikan bagi Reysha.
“Gimana sesi wawancaranya? Pertanyaannya susah nggak?” tanya Rima setelah 5 langkah meninggalkan ruang osis.
“Nggak. tinggal bohong dan melebih-lebihkan sedikit kayak calon DPR yang mau ikut pilkada aja apa susahnya?!” jawab Dani dengan enteng
“Emang pertanyaannya kayak gimana sih Dan?” tanya Reysha penasaran
“Yah kayak,.. tujuan kamu mengikuti osis itu apa? Moto kamu apa? Trus, entar setelah menjadi anggota osis apa yang akan kamu lakukan untuk mengangkat nama sekolah di masyarakat luas, ya kayak gitulah. Tapi ada pertanyaan yang paling lucu dari Rian” jawab Dani sekenanya namun ketika Dani menyebut nama Rian, Rima langsung menatap Dani lekat-lekat dan menunggu kelanjutan ceritanya “masa dia tanya ‘bagaimana pandangku tentang masalah korup di Indonesia’ aneh kan tuh anak?! Emang dia pikir aku mau jadi DPR? Walikota? atau Presiden apa?!” lanjut Dani
“Wajar kali kak Rian tanya gitu sama kamu, kan anggota osis tidak hanya dituntut pinter dalam keorganisasian tapi juga harus berpengetahuan luas termasuk masalah korup” ucap Rima yang tidak terima karena Dani menghina kak Rian. “Ya udah deh, aku kelas dulu. Males ngomong sama kamu!” lanjut Rima dan mempercepat langkahnya sehingga meninggalkan Reysha dan Dani berdua.
“Oh ya, udah dibilang sama kak Rian kalo ntar ada latihan upacara pelantikan kan? So, awas kalo kamu pulang duluan!” ucap Rima lagi ditengah perjalanannya setelah itu ia kembali  melanjutkan langkah besarnya untuk meninggalkan Reysha dan Dani.
Reysha dan Dani hanya berpandangan tidak mengerti atas perubahan sikap Rima. Tapi sedetik kemudia Reysha bisa menguasai dirinya karena ia baru teringat bahwa Rima menyukai Rian, jadi wajar saja Rima tidak suka ketika Dani menghina Rian.
“Kenapa sih dia?” tanya Dani “Aneh!”
“Biasalah dia lagi kena sindrom Rian is never wrong“
“Apa sih?” tanya Dani yang masih tidak mengerti, namun Reysha hanya tersenyum kecil tanpa memberi tahu maksudnya dan melanjutkan langkahnya.
******
Reysha sedang duduk dibangku depan kelas XII IPA1 yang ada dilantai dasar. Ia memperhatikan siswa-siswi calon pengurus osis yang berlatih untuk acara pelantikan besok senin, diantara mereka ada Rima dan Dani, melihat Rima yang antusias dengan setiap intruksi dari pelatih osis sedangkan Dani berdiri sambil mendengarkan dengan setengah hati membuat perut Reysha geli.
Reysha sengaja menolak tawaran Rian untuk bergabung menjadi pengurus osis karena ia benar-benar tidak berminat dengan hal-hal seperti osis, ia tidak siap untuk menjadi icon sekolah dan menjadi panutan untuk semua warga sekolah dan belum lagi ia harus bersedia jika sewaktu-waktu disuruh menyiapkan tek-tek bengek acara sekolah yang sangat menyita waktu. Dan alasan lainnya adalah Rian, entah mengapa Reysha suka risih dengan semua yang berhubungan dengan cowok itu. Entah apa sebabnya.
30 menit yang lalu Reysha sudah menelpon Dad untuk menjemputnya tapi sampai sekarang masih belum datang juga. Dad sengaja menjemput Reysha setiap hari walaupun sesibuk apapun, ia tidak pernah membiarkan Reysha pulang sendirian atau naik angkutan umum, dad sangat over dalam menjaga Reysha. Walaupun sedikit risih dengan semua perhatian Dad namun Reysha diam saja karena mungkin itu semua wujud kasih sayang Dad kepadanya.
“Masih nunggu jemputan?” tanya Rian yang tau-atau sudah duduk disamping Reysha.
“Eh... iya kak” jawab Reysha dengan nada setengah terkejut. “Kakak sendiri kenapa disini? latihannya kan belum selesai”
“Latihannya diistirahatin dulu, kasian anak-anak udah kecapean” jawab Rian sambil mengedarkan pandangan kearah halaman sekolah dimana anak-anak sedang latihan “Tuh kan, pada bubar” lanjutnya dan beberapa detik selanjutnya Rima yang disusul oleh Dani berlarian kearah Rian dan juga Reysha.
“Kenapa masih disini? Dady kamu mana?” tanya Dani pada Reysha setibanya di hadapan gadis itu.
“Belum dijemput, mungkin dad dalam perjalanan kesini”
                “Udah ditelepon?”
Reysha mengangguk pelan. “Gimana latihannya? Seru?” tanya Reysha kepada Dani dan juga Rima.
“Banget” jawab Rima riang.
“Apanya?!” jawab Dani sewot dan mendenguskan napas secara berlebihan “Yang ada panas, bukan seru!”
“Itu kan menurut kamu kalo menurut aku seru, nggak salah dong!” ucap Rima yang nggak kalah sewotnya dari Dani
“dasar! Makanya buka mata hati biar bisa ngeliat mana yang seru dan mana yang enggak!”
“mata hati?! emang kamu kira lagi ada adegan yang tragis apa?!”
“Udah-udah nggak usah berantem, kayak anak kecil aja!” sela Rian sebelum Dani meladeni ucapan Rima. Rian tersenyum sama “Aku rasa kalo kalian jadian pasti cocok, kalian bakalan jadi pasangan yang heboh” lanjut Rian yang langsut membuat Rima, Dani, dan Reysha saling bertatapan dan menyipitkan mata mereka. Menimbang ucapan Rian yang tidak masuk akal.
Huuueeekkk... Rima tiba-tiba berpura akan muntah. Dani hanya bergumam tidak jelas dan Reysha hanya menahan tawa sambil membalas tatapan Rian.
“tiba-tiba aja aku pengen ke toilet. Duluan ya” ucap Rima dan langsung ngancir begitu saja.
“aku ke kantin dulu, mau beli minum. Kamu mau nitip?” tanya Rian pada Reysha dan ketika melihat gelengan Reysha ia langsung pergi begitu saja.
Terkadang Rima dan Dani begitu solid dan melengkapi, seperti beberapa waktu yang lalu mereka terjebak dalam kelompok biologi si Rima bertugas mencari bahan, Dani bertugas membuat makalah dan ditutup oleh mereka berdua yang secara bergantian presentasi didepan kelas. Tapi tidak kadang juga mereka seperti tikus dan kucing yang selalu berantem, padahal hanya masalah sepele yang seperti tadi. Pada saat pertama kali Reysha bertemu Rima ia yakin pasti ia dan Rima akan bisa akrab namun setelah beberapa waktu berjalan malah Dani yang lebih akrab dengan Rima. Mungkin karena mereka sama-sama menyukai sepak bola. Terlepas dari itu semua Reysha bersyukur karena keduanya bisa menjadi teman dekatnya yang turut mewarnai hari-harinya dan selalu ada pada saat ia sedih dan juga ada pada saat ia bahagia.
Tiba-tiba ponsel Reysha bergetar, ternyata ada telepon dari dad-nya. Setelah ia mengangkat telepon, Reysha lalu berpamitan kepada Rian karena dad-nya sudah ada digerbang depan. Setelah melambai kan tangan kepada Reysha, Rian hanya bisa menatap punggung gadis itu pergi.
Rian tidak tahu kenapa ia tertarik dengan Reysha, memang Reysha cantik dan pintar tapi Reysha tipe cewek tertutup dan susah bergaul dengan orang lain yang itu berarti bukan tipe Rian. Sejak pertemuannya di awal mos beberapa bulan lalu ia merasa tertarik pada Reysha, dan setelah terlibat pembicaraan dengan cewek itu Rian malah semakin tertarik mungkin karena gaya bahasanya yang kalem seperti ibunya. Tapi Rian yakin bukan hanya itu yang membuatnya ia tertarik pada Reysha, mungkin sekarang ia belum menemukan apa itu, tapi suatu saat nanti ia akan menemukannya.
*****
Reysha mengedarkan pandangannya di setiap jalan yang ia lalui, tidak ada hal yang menarik dalam perjalanannya tapi sebisa mungkin Reysha membuat dirinya tertarik dalam segala hal dalam perjalanannya. Inilah Reysha, dia selalu menarik dirinya untuk tertatik pada semua hal yang awalnya biasa-biasa saja. Sejak kecil ia sudah terbiasa dalam kegiatan itu, mungkin aneh tapi bagaimana lagi itu sudah terlanjur melekat pada dirinya.
Kali ini langit sangat cerah, berbeda sekali dengan pagi tadi. Dan sepertinya hati Dady Reysha juga tertular kecerahan langit sore. Beberapa kali Dady bersiul-siul tidak jelas dan sekali-kali Dady juga menarikan jemarinya kekemudi, Reysha senang melihat Dadynya seperti itu dan ini pemandangan kesekian kalinya yang menarik perhatiannya. Bukan mencoba untuk tertarik tapi katena memang ia benar-benar tertarik.
“Dady keliatannya lagi seneng. Tadi habis dapat apa sih? Lotre ya?” ujar Reysha pada akhirnya, ia tidak bisa menahan untuk bertanya karena lama-kelamaan perutnya terasa menggeletik melihat kelakuan Dady-nya.
“Ah sayang, lotre sih nggak bakalan bisa ngebuat Dady seneng kayak gini. Dad seneng kayak gini karena kakak kamu, Boni tadi ngasih kabar ke dady bahwa dia menang juara 1 dalam olimpiade matematikanya” jawab dady dengan nada ceria yang membuat Reysha langsung lumpuh ditempat.
“Oooo...” gumam Reysha layu
“Oooo?” gumam dady yang secara tidak langsung memberi isyarat bahwa ia menginginkan jawaban dari gumaman Reysha yang tidak diharapkannya.
“ooo... maksud aku, I’m happy for you Dad, end... Boni...” ucap Reysha mencoba meralat ucapannya tadi. Reysha bersikap seperti itu bukan karena ia tidak suka tapi ada alasan lain yang menggelayuti hatinya dan membuat efek yang seperti tadi.
Dady tampak menghembuskan napas lega dan kembali menyetir dengan bersiul dan juga menarikan jari-jemarinya.
Reysha tahu Boni kakak yang sempurna, dia ganteng, baik hati, dan smart. Tapi kini penilaian Reysha agak berubah, Reysha menganggap Boni hanya kakak yang egois dan sangat menyebalkan. Reysha tidak tahu kenapa penilainnya terhadap kakak kesayangan itu berubah tapi yang pasti Reysha sangat membenci Boni yang sekarang.
“Dad, jangan kaget ya. Rey nggak jadi ikut osis” ucap Reysha dan langsung membuat dady-nya menoleh kearahnya.
“Why, darling. Ikut osis kan enak, banyak pengalaman, banyak teman”
“Reysha nggak minat sama osis. Rey, juga nggak mau repot-repot ngurusin osis. Ribet”
“kamu nggak boleh gitu dong. Itu cuman ketakutan awal kamu aja. Kalo udah gabung pasti seneng. Liat Boni, dia aktif di osis dan hasilnya seperti sekarang. Dia semakin bersinar”
Apanya?! Bersinar keego-annya? Mungkin itu yang tepat!. Gerutu Reysha dalam hati.
“tetep aja Rey nggak mau kayak kak Boni”
“why?”
Apa perlu aku jelasin. Kalo aku jelasin tentunya banyak argumen dan perdebatan. Dan itu sama sekali nggak bagus. “Pokoknya Rey nggak mau! TITIK”
“Semua tidakan pasti ada alasannya dong”
“Tidak semuanya Dad, sekarang gini deh, dulu sampe sekarang Dad kenapa sangat mencintai mom? Kalo dady menjawab karena mom cantik, berarti kalo mom nggak cantik lagi dady bakalan berhenti mencintai mom. Kalo dady bilang karena mom sudah melahirkan buah hati yang dad sayangi, kalo suatu hari aku dan kak Boni meninggal berarti Dady harus berhenti mencintai mom. Rey yakin nggak sesimpel itu kan? Tidak semua tindakan memerlukan alasan. Dady tau itu!” cerocos Reysha dengan nada penuh kekesalan.
Dady hanya menatap putrinya tak percaya, ia belum memercayai gadis kecilnya kini beranjak remaja. Kini ia mampu mengungkapkan apa yang ia suka dan tidak suka. Dan ia pun sudah mampu berargumen tentang sesuatu yang ia percaya. Dad hanya memhembuskan napas berat, tidak tahu harus senang atau bersedih.
Reysha mencuri-curi pangdang ke dady. Ia tahu kata-katanya keterlaluan, ia hanya ingin lepas dari bayangan Boni. “Dad, I’m sorry. Aku tidak bermaksud seperti itu” ucap Reysha akhirnya. Ia paling tidak tahan melihat dadynya mengeluarkan ekspresi seperti itu.
“yah... I know. I’m sorry too. Dady hanya ingin kamu menjadi putri yang terbaik” ujar dady melunak.
Sepuluh menit berlalu, tidak ada yang saling berbicara mereka sibuk memikirkan sesuatu diotak mereka masing-masing. Reysha tidak lagi melakukan kegiatan anehnya lagi. Ia hanya meremas-remas jari-jemarinya dan diam seribu bahasa.
Reysha merasa kesal, kecewa dan bahagia dalam satu waktu.
Setelah mobil dady berhenti digarasi rumah. Treysha langsung berlari memasuki rumah.
“sayang... kenapa lari-larian?’ tanya mom lembut dan berhasil menghentikan langkahnya. Mom terlihat sedang duduk dan merangkul pundak Boni. Reysha tau kenapa momy-nya melakukannya. Tapi Reysha pura-pura tidak tahu. Itu lebih aman.
“Biasalah mom, dia kan sedang teropsesi jadi kuda pelari” celetuk Boni yang langsung membuat Reysha melotot. 
Reysha menoleh kearah mom “notink mom” gumam Reysha dan kembali berlari menuju kamarnya. Untuk meluapkan kekesalannya. Reysha menutup pintunya dan menghempaskan tubuhnya ke ranjangnya.
Tidak lama kemudian terdengar suara dady “Dad bangga sama kamu” ujurnya dengan nada keras entah disegaja atau tidak dan detik selanjutnya suara Boni menjelajahi otak Reysha “thank you Dad!” dengan nada yang lebih keras. Dasar! . Reysha langsung menarik selimut dibawah kakinya dan membendung seluruh tubuhnya dengan selimut agar tidak mendengar kicauan yang tidak penting. Ia harus tidur dan melupakan semuanya. Bad day.
****