MAKALAH MOBILITAS SOSIAL
.
Nama : Rendy Destara F
Kelas : XI – MM1
No : 36
Kelas : XI – MM1
No : 36
Kata Pengantar .
Segala puji bagi tuhan yang telah
menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan dia mungkin penyusun penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik .Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh makalah ini terhadap pembaca . Makalah ini memuat tentang MOBILITAS
SOSIAL.
Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada guru pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini .
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya .Terimakasih
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Pengertian mobilitas sosial
B. Macam-macam mobilitas sosial
C. Faktor-faktor yang mendorong dan
menghambat mobilitas sosial
D.
Prinsip-prinsip mobilitas sosial
E. Saluran-saluran Mobilitas Sosial
F. Konsekuensi Mobilitas sosial
G. Perumusan masalah
Bab II Pembahasan
A. Fungsi & Tujuan Pembuatan makalah mobilitas sosial
Bab III Penutup .
A. Simpulan
B. Saran .
E. Saluran-saluran Mobilitas Sosial
F. Konsekuensi Mobilitas sosial
G. Perumusan masalah
Bab II Pembahasan
A. Fungsi & Tujuan Pembuatan makalah mobilitas sosial
Bab III Penutup .
A. Simpulan
B. Saran .
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.Pengertian
Mobilitas Sosial.
Menurut
Paul B.
Horton, mobilitas sosial adalah suatu
gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack mobilitas
sosial adalah suatu gerak dalam struktur
sosial yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara Individu
dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dalam dunia modern,
banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal
tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka
melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat
mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap
dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan
terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas
sosial tertutup.
Mobilitas sosial lebih
mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah
strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk
pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta Pada
masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling
rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak
mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan
atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan.
Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain
yang lebih tinggi.
Secara umum, cara orang untuk dapat
melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
- Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan
status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang
lebih tinggi. Ini akan memengaruhi peningkatan status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan,
karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer,
sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat
dikatakan naik apabila ia tidak mengubah standar hidupnya, misalnya jika dia
memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai
rendahan.
- Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial
yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui Perkawinan
Contoh: Seseorang wanita yang
berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga
kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si
wanita tersebut.
- Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial,
seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke
tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya
yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang
yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh
masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
- Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang
tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan
bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai
kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan
sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang
diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya
meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia
selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya,
dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
- Perubahan Nama
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama
diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan
dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat
feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat
sebutan "kang" di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai
pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya
yang baru seperti "Raden"
Ada beberapa faktor penting yang
justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain
sebagai berikut :
Nelson Mandela, pejuang persamaan
hak kulit hitam di Afrika selatan
- Perbedaan kelas rasial, seperti yang terjadi di Afrika selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan
tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat
duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut
Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela seorang kulit
hitam, terpilih menjadi Presiden Afrika Selatan
- Agama, seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem
Kasta
- Diskriminasi Kelas
dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini
terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan
berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu
mendapatkannya.
Contoh: jumlah anggota DPR
yag dibatasi hanya 500 orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan
untuk menaikan status sosialnya menjadi anggota DPR.
- Kemiskinan
dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai
suatu sosial tertentu.
Contoh: "A" memutuskan
untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa
membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status
sosialnya.
- Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi,
kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan
status sosialya.
B. Macam-macam mobilitas sosial
Mobilitas horizontal merupakan
peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial
ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam
derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat
mengganti kewarganegaraannya dengan Kewarganegaraan Indonesia dalam hal
ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena
gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak mengubah Status Sosialnya
Mobilitas
sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah
perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke
kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas
sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing)
dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).
Mobilitas vertikal ke atas atau
social climbing mempunyai dua bentuk yang utama
- Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan
rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut
telah ada sebelumnya.
Contoh: A adalah seorang guru
sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala
sekolah.
- Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu
untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri
menjadi ketua organisasi.
Contoh: Pembentukan organisasi baru
memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut,
sehingga status sosialnya naik.
Mobilitas vertikal ke bawah
mempunyai dua bentuk utama.
- Turunnya kedudukan.
Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.
Contoh: seorang prajurit dipecat
karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
- Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa
disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contoh: Juventus terdegradasi ke
seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih,
misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya.
Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun
dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu
sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi
lainnya.
Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang
becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia
berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan
telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.
Mobilitas sosial intragenerasi adalah
mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu
generasi.
Contoh: Pak Darjo awalnya adalah
seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga
keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin
besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama
Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada
awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung daripada
kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang
pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial
antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas
intragenerasi.
Gerak sosial ini adalah perpindahan Individu
atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti Transmigrasi,
Urbanisasi dan Migrasi
C. Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat mobilitas
sosial
Faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial
Faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial
Mobilitas sosial dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut.
- Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat
berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar
masyarakat Misalnya, kemajuan teknologhi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas
ke atas. Perubahan idiologi dapat menimbilkan stratifikat baru.
- Ekspansi tetorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan
penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan
mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan
berkurangnya penduduk.
- Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi
komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara
strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka
dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi
yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial
uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang
menghadang.
- Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya
mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat
pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan
menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang
lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini
memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati
status tersebut.
- Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki
tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas
yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi
cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu,
orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai
kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam
situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
- Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah
didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan
berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan
dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani
pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya
pengetahuan.
D.
Prinsip-prinsip mobilitas sosial
- Sekalipun suatu masyarakat
menganut sistem pelapisan sosial yang terbuka, namun mobilitas sosial
tidak dapat dilakukan sebebas-bebasnya
- Tidak ada mobilitas sosial yang
umum berlaku bagi semua masyarakat; artinya setiap masyarakat memiliki
karakteristiknya sendiri dalam hubungannya dengan mobilitas sosial
- Laju mobilitas sosial yang
disebabkan faktor-faktor ekonomi, politik maupun pekerjaan tidaklah sama
- Tidak ada kecenderungan yang kontinyu mengenai
bertambah atau berkurangnya laju mobilitas sosial
E. Saluran-saluran Mobilitas Sosial
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial vertikal mempunyai
saluran-saluran yang disebut social circulation sebagai berikut:
- Angkatan bersenjata (tentara); terutama dalam masyarakat yang dikuasai oleh sebuah
rezim militer atau dalam keadaan perang
- Lembaga keagamaan. Contohnya tokoh organisasi massa keagamaan yang
karena reputasinya kemudian menjadi tokoh atau pemimpin di tingkat
nasional
- Lembaga pendidikan; sekolah sering merupakan saluran yang paling konkrit
untuk mobilitas sosial, sehingga disebut sosial elevator yang
utama. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang berhasil diraih seseorang
semakin terbuka peluangnya untuk menempati posisi atau kedudukan tinggi
dalam struktur sosial masyarakatnya.
- Organisasi politik, ekonomi dan
keahlian (profesi);
seorang tokoh organisasi politik yang pandai beragitasi, berorganisasi,
memiliki kepribadian yang menarik, penyalur aspirasi yang baik, akan lebih
terbuka peluangnya memperoleh posisi yang tinggi dalam masyarakat.
- Perkawinan;
melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi anggota kelas
bangsawan. Status sosial seseorang yang bersuami/beristerikan orang ternama
atau menempati posisi tinggi dalam struktur sosial ikut pula memperoleh
penghargaan-penghargaan yang tinggi dari masyarakat.
F. Konsekuensi Mobilitas sosial
Terjadinya mobilitas sosial di dalam masyarakat menimbulkan berbagai konsekuensi, baik positif maupun negatif. Apakah konsekuensi tersebut positif atau negatif ditentukan oleh kemampuan individu atau kelompok individu menyesuaikan dirinya terhadap “situasi” baru: kelompok baru, orang baru, cara hidup baru.
Terjadinya mobilitas sosial di dalam masyarakat menimbulkan berbagai konsekuensi, baik positif maupun negatif. Apakah konsekuensi tersebut positif atau negatif ditentukan oleh kemampuan individu atau kelompok individu menyesuaikan dirinya terhadap “situasi” baru: kelompok baru, orang baru, cara hidup baru.
Apabila individu atau kelompok
individu yang mengalami mobilitas sosial mampu menyesuaikan dirinya dengan
situasi yang baru maka akan memperoleh hal-hsl posiitif sebagai konsekuensi
mobilitas sosial, antara lain:
- mengalami kepuasan, kebahagiaan
dan kebanggaan.
- Peluang mobilitas sosial juga berarti
kesempatan bagi individu atau kelompok individu untuk lebih maju.
- Kesempatan mobilitas sosial yang luas akan mendorong
orang-orang untuk mau bekerja keras, mengejar prestasi dan kemajuan
sehingga dapat meraih kedudukan yang dicita-citakan.
Apabila individu atau kelompok
individu tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi baru, maka akan
terjadi konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut:
- Konflik antar-kelas
Konflik ini terjadi karena benturan
kepentingan antar-kelas sosial. Misalnya konflik antara majikan dengan buruh
yang menghendaki kenaikan upah.
- Konflik antar-kelompok
Konflik antar-kelompok (konflik
horizontal) bisa melibatkan ras, etnisitas, agama atau aliran/golongan. Konflik
jenis ini dapat terjadi karena perebutan peluang mobiitas sosial, misalnya
kesempatan memperoleh sumber-sumber ekonomi, rekrutmen anggota, peluang
memperoleh kekuasasan politik atau pengakuan masyarakat.
- Konflik antar-individu
Konflik antar-individu dapat terjadi
misalnya karena masuknya individu ke dalam kelompok tidak diterima oleh anggota
kelompok yang lain. Misalnya lingkungan organisasi atau seseorang tidak dapat
menerima kehadiran seseorang yang dipromosikan menduduki suatu jabatan
tertentu.
- Konflik antar-generasi
Konflik ini terjadi dalam
hubungannya mobilitas antar-generasi. Fenomena yang sering terjadi adalah
ketika anak-anak berhasil meraih posisi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari
posisi sosial orang tuanya, timbul ethnosentrisme generasi. Masing-masing
generasi –orang tua maupun anak— saling menilai berdasarkan ukuran-ukuran yang
berkembang dalam generasinya sendiri. Generasi anak memandang orang tuanya
sebagai generasi yang tertinggal, kolot, kuno, lambat mengikuti perubahan, dan
sebagainya. Sementara itu generasi tua mengganggap bahwa cara berfikir, berperasaan
dan bertindak generasinya lebih baik dan lebih mulia dari pada yang tumbuh dan
berkembang pada generasi anak-anaknya.
- Konflik status dan konflik peran
Seseorang yang mengalami mobilitas
sosial, naik ke kedudukan yang lebih tinggi, atau turun ke kedudukan yang lebih
rendah, dituntut untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan kedudukannya yang
baru.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan
statusnya yang baru akan menimbulkan konflik status dan konflik peran.
Konflik status adalah pertentangan
antar-status yang disandang oleh seseorang karena kepentingan-kepentingan yang
berbeda. Hal ini berkaitan dengan banyaknya status yang disandang oleh
seseorang.
Konflik peran merupakan keadaan
ketika seseorang tidak dapat melaksanakan peran sesuai dengan tuntutan status
yang disandangnya. Hal ini dapat terjadi karena statusnya yang baru tidak
disukai atau tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Post Power Syndrome
merupakan bentuk konflik peran yang dialami oleh orang-orang yang harus turun
dari kedudukannya yang tinggi.
G. Perumusan masalah
Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran seseorang. Faktor-faktor yang mendorong seseorang melakukan mobilitas sosial Menurut berbagai pengamatan antara lain: Status sosial, Ketidakpuasan seseorang atas status yang diwariskan oleh orangtuanya, karena orang pada dasarnya tidak dapat memilih oleh siapa ia dilahirkan, dapat menjadi dorongan untuk berupaya keras memperoleh status atau kedudukan yang lebih baik dari status atau kedudukan orangtuanya. Keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan, misalnya yang dialami oleh masyarakat di daerah minus, mendorong mereka untuk berurbanisasi ke kota-kota besar dengan harapan memperoleh kehidupan ekonomi yang lebih baik. Situasi politik yang tidak menentu, biasanya juga berakibat pada jaminan keamanan yang juga tidak menentu, dapat mendorong orang untuk meninggalkan tempat itu menuju ke tempat lain. Mobilitas sosial yang didorong oleh motif keagamaan tampak pada peristiwa orang berhaji, dan lain sebagainya. Dengan demikian mobilitas sosialm pasti akan terjadi pada seluruh masyarakat, namun seberapa cepat perubahan tersebut itulah yang membedakan antara satu tempat dengan tempat yang lainnya tergantung dari seberapa kuat faktor pendorong dan penghambatnya.
Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran seseorang. Faktor-faktor yang mendorong seseorang melakukan mobilitas sosial Menurut berbagai pengamatan antara lain: Status sosial, Ketidakpuasan seseorang atas status yang diwariskan oleh orangtuanya, karena orang pada dasarnya tidak dapat memilih oleh siapa ia dilahirkan, dapat menjadi dorongan untuk berupaya keras memperoleh status atau kedudukan yang lebih baik dari status atau kedudukan orangtuanya. Keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan, misalnya yang dialami oleh masyarakat di daerah minus, mendorong mereka untuk berurbanisasi ke kota-kota besar dengan harapan memperoleh kehidupan ekonomi yang lebih baik. Situasi politik yang tidak menentu, biasanya juga berakibat pada jaminan keamanan yang juga tidak menentu, dapat mendorong orang untuk meninggalkan tempat itu menuju ke tempat lain. Mobilitas sosial yang didorong oleh motif keagamaan tampak pada peristiwa orang berhaji, dan lain sebagainya. Dengan demikian mobilitas sosialm pasti akan terjadi pada seluruh masyarakat, namun seberapa cepat perubahan tersebut itulah yang membedakan antara satu tempat dengan tempat yang lainnya tergantung dari seberapa kuat faktor pendorong dan penghambatnya.
Bab II Pembahasan
A. Fungsi & Tujuan Pembuatan makalah mobilitas sosial
A. Fungsi & Tujuan Pembuatan makalah mobilitas sosial
Maksud dan tujuan pembuatan makalah
ini adalah untuk mengetahui pengertian pertentangan sosial dan integrasi
masyarakat, mengetahui teori-teori tentang pertentangan sosial dan integrasi
masyarakat, serta membahas masalah-masalah atau studi kasus pertentangan sosial
dan integrasi terjadi di lingkungan masyarakat.
Bab III Penutup .
A. Simpulan
Dari semua penjabaran diatas dapat
kita simpulkan bahwa mobilitas sosial (social mobility) merupakan proses
perpindahan posisi atau status sosial atau yang dialami oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam struktur sosial masyarakat. Terdapat
beberapa faktor penentu terjadinya suatu mobilitas dalam masyarakat. Dan
klasifikasi dari mobilitas sosial, dengan mengetahui itu kita tahu termasuk
dalam golongan apa kita ini entah itu mobilitas vertikal, mobilitas horizontal
atau yang lainnya itu tergantung kita menyikapinya. Mobilitas sosial
dimasyarakat ternyata tidak seperti yang dibayangkan yaitu bergerak lurus
sesuai dengan status dan peran sosial suatu individu atau kelompok. Jadi
disimpulkan jika mobilitas sosial bersifat dinamis dapat berubah secara cepat
dan lambat.
B.
Saran .
Sebagai manusia kita pasti akan
menuntut untuk status dan peran sosialnya sangatlah tinggi, namun sebagai
manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti dan menyadari mobilitas sosial
atau gerakan sosial ini tidak terjadi begitu saja dengan sendirinya. Karena
mobilitas sosial terjadi tergantung bagaimana diri kita sendiri menyingkapi
status serta peran sosial diri dan menurut prestasi kita masing-masing anggota
masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya jika memang menginginkan mobilitas naik
kita juga tidak boleh duduk diam dalam struktur sosial tetapi kita harus
terbuka dan positif terhadap perubahan yang positif juga dimasyarakat.