Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah bercirikan penggunaan masalah dunia
nyata. Model ini dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-
konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar, dimana
tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu peserta didik mencapai
keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya
pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah,
termasuk bagaimana belajar (Arends, 1997: 156). Pendapat ini senada dengan temuan
hasil penelitian Adams, dkk (dalam Slavin, 1994: 295) bahwa penggabungan
keterampilan berpikir dengan pembelajaran dalam bidang kajian tertentu, hasilnya
memberikan harapan yang lebih baik.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivis, sebab disini guru berperan sebagai penyaji masalah,
penanya, mengadakan dialog, pemberi fasilitas penelitian, menyiapkan dukungan dan
dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual peserta
didik. Prinsip utama pendekatan konstruktivis adalah pengetahuan tidak diterima
secara pasif, tetapi dibangun secara aktif oleh individu. Hasil penelitian Carpenter dan
Fenema (dalam Slavin, 1994: 284) menunjukkan adanya pengaruh positif pendekatan
konstruktivis terhadap variabel hasil belajar tradisional dalam matematika.

Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan
(Arends, 1977). Untuk itu perlu didukung oleh sumber belajar yang memadai bagi
peserta didik, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan, perlengkapan kurikulum,
tersedianya waktu yang cukup, serta kemampuan guru dalam mengangkat dan
merumuskan masalah (Sujana, 1989: 93) agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Salah satu sarana belajar yang berperan penting dalam pencapaian tujuan
pembelajaran adalah tersedianya perangkat pembelajaran. Hasil penelitian Sinaga
(1999: ix) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran berdasarkan masalah dengan
bahan kajian fungsi kuadrat untuk SMU mampu mengurangi dominasi guru dalam
pembelajaran dan mampu mengaktifkan siswa dalam belajar. Juga ditemukan bahwa
kemampuan guru dalam mengelola model pembelajaran berdasarkan masalah cukup
baik, dan sebagian besar siswa yang mengikuti pembelajaran ini memberikan respon
senang dan berminat mengikuti pembelajaran berikutnya.

Hasil penelitian Terry Wood dan Patricia Sellers (dalam Arends, 1997: 180)
yang berpusat pada masalah menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik dengan
pembelajaran berpusat pada masalah ada pada tingkat yang baik. Perbandingan antara
hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran berpusat pada masalah lebih tinggi
secara signifikan dari peserta didik yang belajar dengan algoritma tradisonal.


Pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi lima tahapan.
Tahap pertma adalah orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi
peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.
Tahap kedua: mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta
didik ke dalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap ketiga:
membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah. Tahap keempat: mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap
ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya. Tahap kelima: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka digunakan.

Beberapa hasil penelitian dan tahapan pelaksanaan model pembelajaran
berdasarkan masalah yang jelas inilah menjadi acuan dan keyakinan untuk melakukan
penelitian matematika berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah di SMU
Khadijah Surabaya.