Sel-sel darah Sel-sel darah Keping-keping
- Presipitin - fibrinogen - glukosa merah putih darah
-Lisin - globumin - as. Amino
- Antitoksin - albumin - as. Lemak
-gliserin Agranulosit Granulosit
-garam-garam
mineral
- limfosit - basofil
- eosinofil
Gambar 2.1 Struktur darah manusia
-monosit - neotrofil
Darah terdiri atas dua bagian [1] : unsur berbentuk, atau sel-sel darah, dan
plasma (sesuatu yang berbentuk), cairan tempat sel-sel darah itu terendam. Unsur
berbentuk ialah eritrosit, atau sel darah merah; leukosit, atau sel darah putih; dan
trombosit, atau keping-keping darah. Di ketahui bahwa 55 % dari volume darah
terdiri atas plasma. Sebagian besar dari sisa 45 % terdiri atas sel darah merah, sel
darah putih dan keping-keping darah hanya merupakan kurang dari 1 % volume.
Plasma darah manusia mengandung 90 % sampai 92 % air. Peranan air dalam darah
besar sekali, sebab di samping sebagai pelarut zat-zat, air diperlukan untuk
memelihara tekanan darah, kondisi osmotik dan pengatur panas. Air mempunyai
kalor jenis tinggi, konduktivitas panas tinggi dan kalor penguapan laten yang tinggi
pula. Sifat-sifat air tersebut sangatlah menguntungkan dalam hal pengaturan panas.
Plasma mengangkut zat nutrisi dari tempat penyerapan (absorpsi) atau pembuatan zat
nutrisi, menyebarkannya ke berbagai tempat dari jaringan. Plasma juga mengangkut
sisa metabolisme, yang dikeluarkan dari darah oleh organ-organ ekstretoris. Darah,
sebagai sarana penyebaran bagi hormon, memungkinkan pertukaran pesan kimiawi
antara organ-organ yang berjauhan untuk fungsi sel-sel yang normal. Plasma adalah
larutan berair yang mengandung substansi dengan berat molekul kecil atau besar
yang merupakan 10 % dari volumenya. Protein plasma merupakan 7 % dari volume
dan garam anorganik 0,9 %; sisanya 10 % terdiri atas beberapa senyawa organik
asam amino, vitamin, hormon, lipoprotein, dan lain-lain.
[1] L. Carlos Junquiera, Jose Carneiro, Robert O. kelly, Basic Histology
Protein plasma yang utama ialah: albumin; alfa, beta, dan gama globumin
dan fibrinogen. Albumin adalah komponen utama dan mempunyai peran utama
dalam mempertahankan tekanan osmosis darah. Gama globumin adalah zat anti dan
di sebut imunoglobin. Fibrinogen adalah suatu protein yang dapat berubah menjadi
fibrin dan menyebabkan terjadinya penggumpalan darah apabila kita terluka.
Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel yang telah hilang intinya. Mereka
mengandung protein yang berwarna merah yang di sebut hemoglobin. Disebabkan
adanya hemoglobin inilah maka eritroit (dan darah keseluruhannya) tampak
berwarna merah. Hemoglobin berperan penting dalam membawa oksigen dari paruparu
ke jaringan tubuh. Dalam 1 mm3 darah terdapat 4,2 sampai 5,4 juta sel darah
merah. Dalam 100 ml darah terdapat kira-kira 15 gram hemoglobin. Kekurangan
konsentrasi eritrosit dalam darah dinamakan anemia. Kelebihan sel darah merah
dalam darah dari keadaan normal di sebut polisitemia. Sel darah merah dapat hidup
bertahan selama 120-125 hari dalam peredaran, kemudian sel tersebut mengalami
kerusakan. Kira-kira 0,8 % dari seluruh eritrosit mengalami kerusakan dan di
bentuk setiap hari.
Sel darah putih (leukosit) mempunyai arti penting karena dapat melindungi
tubuh terhadap penyakit. Seperti eritrosit, leukosit juga di produksi dalam sumsum
tulang. Leukosit berbeda dengan eritrosit, karena tidak mengandung hemoglobin dan
dapat keluar dari sistem sirkulasi dan mencapai bagian-bagian pada jaringan, sesuai
dengan fungsinya untuk melawan penyakit. Leukosit dalam sistem sirkulasi maupun
dalam jaringan hanya berumur beberapa hari saja. Dari keterangan di atas, ada
beberapa perbedaan antara leukosit dan eritrosit.
1.
Leukosit merupakan sel sejati, karena setiap leukosit memiliki inti, mitokondria,
kompleks golgi, dan organel lain.
2.
Leukosit tidak mengandung hemoglobin dan oleh sebab itu maka leukosit tampak
tidak berwarna pada sajian yang tidak dipulas.
3.
Berbeda dengan eritrosit tidak dapat bergerak sendiri, leukosit dapat bergerak
aktif.
4.
Sebagai akibatnya, eritrosit biasanya tidak keluar dari sistem pembuluh, tetapi
leukosit dapat menyusup keluar dan masuk ke dalam jaringan sekitarnya.
Terdapat beberapa leukosit. Ada diantaranya yang memiliki granula di dalam
sitoplasmanya dan di sebut granulosit. Tergantung sifat granula terhadap pulasan
maka granulosit di bagi lagi dalam leukosit neutrofil, leukosit eosinofil, dan leukosit
basofil. Leukosit agranulosit tidak memiliki granula spesifik, termasuk didalamnya
limfosit dan monosit. Neutrofil adalah sel darah putih yang penting guna melindungi
tubuh dari serangan bakteri. Adanya parasit dalam tubuh dapat menaikkan jumlah
eosinofil dalam darah. Basofil mempunyai sifat seperti neutrofil, tetapi tidak sekuat
neutrofil. Monosit berfungsi seperti neutrofil, yaitu membunuh bakteri penyakit.
Monosit apabila bertemu dengan bakteri penyakit, daya bunuhnya lebih besar
daripada neutrofil, sebab monosit mengandung enzim-enzim lain yang tidak terdapat
pada neutrofil. Telah di ketahui bahwa terdapat lebih kurang 7000 leukosit antara
(5000-10.000) dalam setiap mm3 darah. Dari jumlah ini sekitar dua pertiga (60-70
%) terdiri atas neutrofil dan sekitar seperempat (20-30 %) adalah limfosit. Jenis lain
hanya berjumlah kecil. Eosinofil sekitar 3 %, basofil sekitar 1 % dan monosit sekitar
5 %. Jumlah relatif dan absolut pelbagai jenis leukosit dalam keadaan sehat saja
sangat bervariasi, apalagi pada penyakit. Perkiraan jumlahnya merupakan
keterangan penting dalam menentukan diagnosis banyak penyakit. Dalam hal ini
perlu ditekankan bahwa jumlah absolut lebih bermanfaat daripada presentase.
Dalam individu sehat jumlah neutrofilnya 3000-6000 per mm3; limfosit 1500-2700
per mm3; monosit 100-700; eosinofil 100-400 dan basofil 25-200 per mm3. Limfosit
bertugas mempertahankan tubuh terhadap invasi bakteri dan organisme lain.
Berbeda dengan dengan granulosit dan monosit yang secara langsung menyerang
organisme lain, limfosit melakukannya dengan menghasilkan substansi yang di sebut
antibody. Antibodi juga di sebut imunoglobin. Mereka merupakan protein yang
sanggup mengenali protein asing. Protein asing itu biasanya disebut antigen.
Sebuah antigen mungkin merupakan bagian bakteri atau organisme lain yang masuk.
Antigen mungkin juga berupa sel (seperti halnya transfusi darah dari orang lain, atau
bila sepotong jaringan orang lain yang dicangkokkan padanya). Dapat di pahami
bahwa mungkin terdapat banyak sekali protein asing demikian. Tubuh sendiri
mengandung sejumlah besar protein. Agar sistem pertahanan terhadap protein asing
dapat berjalan efektif maka limfosit harus mampu membedakan yang mana protein
milik sendiri dan yang mana protein asing.
Keping-keping darah (trombosit) adalah fragmen sel mirip cakram, tidak
berinti dengan garis tengah 2-4 m. Trombosit berasal dari fragmentasi
megakariosit poliploid raksasa yang ada di sumsum tulang. Trombosit
mempermudah pembekuan darah dan membantu memperbaiki celah dalam dinding
pembuluh darah, mencegah hilangnya darah. Nilai normal trombosit berkisar dari
200.000 – 400.000 per mm3 darah. Sekali trombosit memasuki peredaran darah,
maka trombosit mempunyai jangka hidup lebih kurang 10 hari. Fungsi utama
trombosit adalah untuk pembekuan darah. Segera setelah darah keluar dari
pembuluhnya, trombosit saling melekat dan melekatkan pada sembarang permukaan
yang ada. Mereka pecah berbulir-bulir dan benang-benang fibrin timbul di
sekitarnya.
2.1.2 Penggumpalan Darah
Pada jaringan yang terluka darah dapat keluar dari pembuluh darah kapiler.
Beberapa saat kemudian terjadi penggumpalan darah yang akan menutup luka
sehingga pendarahan dapat berhenti. Apabila darah darah yang dikeluarkan dari
pembuluhnya dan di tampung pada suatu tempat dan dibiarkan beberapa menit,
darah akan menggumpal dan diatas gumpalan darah tersebut terdapat cairan jernih
yang dinamakan serum.
Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen, yaitu protein yang larut dalam
plasma, di ubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring. Perubahan fibrinogen
menjadi fibrin disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai
protombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya
tromboplastin dan ion Ca++. Tahap-tahap proses penggumpalan darah dapat di lihat
pada Gambar 2.2.
Tahap I tromboplastin
Tahap II protrombin
+ Ca ++
trombin
fibrinogen fibrin
Tahap III
Gambar 2.2 Tahap-tahap pembekuan darah
Tahap I di awali dengan pembentukan tromboplastin, ada beberapa jenis
tromboplastin yang terdiri atas bahan lipid. Bahan lipid ini terdapat pada semua
jaringan dan kerusakan jaringan menyebabkan keluarnya bahan lipid kedalam cairan
disekitarnya. Jadi, kerusakan pada pembuluh darah juga menyebabkan kerusakan
pada jaringan yang kemudian melepaskan tromboplastin. Tromboplastin juga dapat
di bentuk oleh trombosit secara tidak langsung. Trombosit yang rusak mengeluarkan
sefalin, kemudian melalui serangkaian reaksi kimia dengan protein plasma
membentuk tromboplastin plasma. Baik tromboplastin plasma maupun
tromboplastin jaringan dapat bekerja pada proses penggumpalan darah.
Tahap II ialah pembentukan trombin dari protrombin dengan bantuan
tromboplastin dan ion Ca++. Tromboplastin yang terbentuk pada tahap I dilepaskan
ke dalam darah dan bekerja sebagai enzim dalam reaksi tahap II. Di samping itu
agar reaksi tahap II dapat berlangsung diperlukan pula ion Ca++ dan beberapa jenis
protein. Reaksi pembentukan trombin ini segera berlangsung begitu ada
tromboplastin, ion Ca++ dan beberapa protein yang diperlukan. Reaksi tahap II ialah
pembentukan fibrin. Apabila trombin telah terbentuk, dapat menyebabkan
perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Fibrinogen ialah salah satu protein dalam
plasma darah dengan konsentrasi kira-kira 0,3 %. Trombin bekerja sebagai enzim
untuk mengaktifkan molekul fibrinogen membentuk monomer fibrin. Molekulmolekul
monomer fibrin ini segera berpolimerisasi dengan sesama monomer dan
menghasilkan fibrin yang berbentuk benang. Dalam bentuk benang ini fibrin dapat
menangkap atau mengurung sel darah merah, sel darah putih dan sel trombosit
sehingga terbentuk gumpalan.
Setelah terbentuk gumpalan, benang-benang fibrin secara perlahan-lahan
mengkerut (mengecil) sehingga plasma darah terperas keluar dari gumpalan. Plasma
yang keluar dari gumpalan tidak lagi mengandung fibrinogen karena telah di ubah
menjadi fibrin.
Apabila ke dalam darah yang telah diambil dari tubuh ditambahkan garam
oksalat, maka ion Ca++ akan bereaksi membentuk endapan Ca oksalat. Tidak adanya
ion Ca++ maka, reaksi tahap II tidak akan terjadi, dengan demikian tidak terjadi
proses penggumpalan darah. Di samping garam oksalat, ada zat lain yang dapat
mencegah proses penggumpalan darah yaitu heparin. Heparin menghambat reaksi
pembentukan trombin dari protombin dengan cara membentuk kompleks dengan
globumin yang ikut dalam reaksi aktivasi protombin. Dalam sirkulasi darah terdapat
heparin dalam konsentrasi yang cukup untuk mencegah terbentuknya trombin.
Garam sitrat dapat digunakan juga untuk mencegah penggumpalan darah, sebab
dengan ion Ca++ akan membentuk Ca sitrat, sehingga tidak terdapat lagi ion Ca++
dalam darah.
- Presipitin - fibrinogen - glukosa merah putih darah
-Lisin - globumin - as. Amino
- Antitoksin - albumin - as. Lemak
-gliserin Agranulosit Granulosit
-garam-garam
mineral
- limfosit - basofil
- eosinofil
Gambar 2.1 Struktur darah manusia
-monosit - neotrofil
Darah terdiri atas dua bagian [1] : unsur berbentuk, atau sel-sel darah, dan
plasma (sesuatu yang berbentuk), cairan tempat sel-sel darah itu terendam. Unsur
berbentuk ialah eritrosit, atau sel darah merah; leukosit, atau sel darah putih; dan
trombosit, atau keping-keping darah. Di ketahui bahwa 55 % dari volume darah
terdiri atas plasma. Sebagian besar dari sisa 45 % terdiri atas sel darah merah, sel
darah putih dan keping-keping darah hanya merupakan kurang dari 1 % volume.
Plasma darah manusia mengandung 90 % sampai 92 % air. Peranan air dalam darah
besar sekali, sebab di samping sebagai pelarut zat-zat, air diperlukan untuk
memelihara tekanan darah, kondisi osmotik dan pengatur panas. Air mempunyai
kalor jenis tinggi, konduktivitas panas tinggi dan kalor penguapan laten yang tinggi
pula. Sifat-sifat air tersebut sangatlah menguntungkan dalam hal pengaturan panas.
Plasma mengangkut zat nutrisi dari tempat penyerapan (absorpsi) atau pembuatan zat
nutrisi, menyebarkannya ke berbagai tempat dari jaringan. Plasma juga mengangkut
sisa metabolisme, yang dikeluarkan dari darah oleh organ-organ ekstretoris. Darah,
sebagai sarana penyebaran bagi hormon, memungkinkan pertukaran pesan kimiawi
antara organ-organ yang berjauhan untuk fungsi sel-sel yang normal. Plasma adalah
larutan berair yang mengandung substansi dengan berat molekul kecil atau besar
yang merupakan 10 % dari volumenya. Protein plasma merupakan 7 % dari volume
dan garam anorganik 0,9 %; sisanya 10 % terdiri atas beberapa senyawa organik
asam amino, vitamin, hormon, lipoprotein, dan lain-lain.
[1] L. Carlos Junquiera, Jose Carneiro, Robert O. kelly, Basic Histology
Protein plasma yang utama ialah: albumin; alfa, beta, dan gama globumin
dan fibrinogen. Albumin adalah komponen utama dan mempunyai peran utama
dalam mempertahankan tekanan osmosis darah. Gama globumin adalah zat anti dan
di sebut imunoglobin. Fibrinogen adalah suatu protein yang dapat berubah menjadi
fibrin dan menyebabkan terjadinya penggumpalan darah apabila kita terluka.
Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel yang telah hilang intinya. Mereka
mengandung protein yang berwarna merah yang di sebut hemoglobin. Disebabkan
adanya hemoglobin inilah maka eritroit (dan darah keseluruhannya) tampak
berwarna merah. Hemoglobin berperan penting dalam membawa oksigen dari paruparu
ke jaringan tubuh. Dalam 1 mm3 darah terdapat 4,2 sampai 5,4 juta sel darah
merah. Dalam 100 ml darah terdapat kira-kira 15 gram hemoglobin. Kekurangan
konsentrasi eritrosit dalam darah dinamakan anemia. Kelebihan sel darah merah
dalam darah dari keadaan normal di sebut polisitemia. Sel darah merah dapat hidup
bertahan selama 120-125 hari dalam peredaran, kemudian sel tersebut mengalami
kerusakan. Kira-kira 0,8 % dari seluruh eritrosit mengalami kerusakan dan di
bentuk setiap hari.
Sel darah putih (leukosit) mempunyai arti penting karena dapat melindungi
tubuh terhadap penyakit. Seperti eritrosit, leukosit juga di produksi dalam sumsum
tulang. Leukosit berbeda dengan eritrosit, karena tidak mengandung hemoglobin dan
dapat keluar dari sistem sirkulasi dan mencapai bagian-bagian pada jaringan, sesuai
dengan fungsinya untuk melawan penyakit. Leukosit dalam sistem sirkulasi maupun
dalam jaringan hanya berumur beberapa hari saja. Dari keterangan di atas, ada
beberapa perbedaan antara leukosit dan eritrosit.
1.
Leukosit merupakan sel sejati, karena setiap leukosit memiliki inti, mitokondria,
kompleks golgi, dan organel lain.
2.
Leukosit tidak mengandung hemoglobin dan oleh sebab itu maka leukosit tampak
tidak berwarna pada sajian yang tidak dipulas.
3.
Berbeda dengan eritrosit tidak dapat bergerak sendiri, leukosit dapat bergerak
aktif.
4.
Sebagai akibatnya, eritrosit biasanya tidak keluar dari sistem pembuluh, tetapi
leukosit dapat menyusup keluar dan masuk ke dalam jaringan sekitarnya.
Terdapat beberapa leukosit. Ada diantaranya yang memiliki granula di dalam
sitoplasmanya dan di sebut granulosit. Tergantung sifat granula terhadap pulasan
maka granulosit di bagi lagi dalam leukosit neutrofil, leukosit eosinofil, dan leukosit
basofil. Leukosit agranulosit tidak memiliki granula spesifik, termasuk didalamnya
limfosit dan monosit. Neutrofil adalah sel darah putih yang penting guna melindungi
tubuh dari serangan bakteri. Adanya parasit dalam tubuh dapat menaikkan jumlah
eosinofil dalam darah. Basofil mempunyai sifat seperti neutrofil, tetapi tidak sekuat
neutrofil. Monosit berfungsi seperti neutrofil, yaitu membunuh bakteri penyakit.
Monosit apabila bertemu dengan bakteri penyakit, daya bunuhnya lebih besar
daripada neutrofil, sebab monosit mengandung enzim-enzim lain yang tidak terdapat
pada neutrofil. Telah di ketahui bahwa terdapat lebih kurang 7000 leukosit antara
(5000-10.000) dalam setiap mm3 darah. Dari jumlah ini sekitar dua pertiga (60-70
%) terdiri atas neutrofil dan sekitar seperempat (20-30 %) adalah limfosit. Jenis lain
hanya berjumlah kecil. Eosinofil sekitar 3 %, basofil sekitar 1 % dan monosit sekitar
5 %. Jumlah relatif dan absolut pelbagai jenis leukosit dalam keadaan sehat saja
sangat bervariasi, apalagi pada penyakit. Perkiraan jumlahnya merupakan
keterangan penting dalam menentukan diagnosis banyak penyakit. Dalam hal ini
perlu ditekankan bahwa jumlah absolut lebih bermanfaat daripada presentase.
Dalam individu sehat jumlah neutrofilnya 3000-6000 per mm3; limfosit 1500-2700
per mm3; monosit 100-700; eosinofil 100-400 dan basofil 25-200 per mm3. Limfosit
bertugas mempertahankan tubuh terhadap invasi bakteri dan organisme lain.
Berbeda dengan dengan granulosit dan monosit yang secara langsung menyerang
organisme lain, limfosit melakukannya dengan menghasilkan substansi yang di sebut
antibody. Antibodi juga di sebut imunoglobin. Mereka merupakan protein yang
sanggup mengenali protein asing. Protein asing itu biasanya disebut antigen.
Sebuah antigen mungkin merupakan bagian bakteri atau organisme lain yang masuk.
Antigen mungkin juga berupa sel (seperti halnya transfusi darah dari orang lain, atau
bila sepotong jaringan orang lain yang dicangkokkan padanya). Dapat di pahami
bahwa mungkin terdapat banyak sekali protein asing demikian. Tubuh sendiri
mengandung sejumlah besar protein. Agar sistem pertahanan terhadap protein asing
dapat berjalan efektif maka limfosit harus mampu membedakan yang mana protein
milik sendiri dan yang mana protein asing.
Keping-keping darah (trombosit) adalah fragmen sel mirip cakram, tidak
berinti dengan garis tengah 2-4 m. Trombosit berasal dari fragmentasi
megakariosit poliploid raksasa yang ada di sumsum tulang. Trombosit
mempermudah pembekuan darah dan membantu memperbaiki celah dalam dinding
pembuluh darah, mencegah hilangnya darah. Nilai normal trombosit berkisar dari
200.000 – 400.000 per mm3 darah. Sekali trombosit memasuki peredaran darah,
maka trombosit mempunyai jangka hidup lebih kurang 10 hari. Fungsi utama
trombosit adalah untuk pembekuan darah. Segera setelah darah keluar dari
pembuluhnya, trombosit saling melekat dan melekatkan pada sembarang permukaan
yang ada. Mereka pecah berbulir-bulir dan benang-benang fibrin timbul di
sekitarnya.
2.1.2 Penggumpalan Darah
Pada jaringan yang terluka darah dapat keluar dari pembuluh darah kapiler.
Beberapa saat kemudian terjadi penggumpalan darah yang akan menutup luka
sehingga pendarahan dapat berhenti. Apabila darah darah yang dikeluarkan dari
pembuluhnya dan di tampung pada suatu tempat dan dibiarkan beberapa menit,
darah akan menggumpal dan diatas gumpalan darah tersebut terdapat cairan jernih
yang dinamakan serum.
Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen, yaitu protein yang larut dalam
plasma, di ubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring. Perubahan fibrinogen
menjadi fibrin disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai
protombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya
tromboplastin dan ion Ca++. Tahap-tahap proses penggumpalan darah dapat di lihat
pada Gambar 2.2.
Tahap I tromboplastin
Tahap II protrombin
+ Ca ++
trombin
fibrinogen fibrin
Tahap III
Gambar 2.2 Tahap-tahap pembekuan darah
Tahap I di awali dengan pembentukan tromboplastin, ada beberapa jenis
tromboplastin yang terdiri atas bahan lipid. Bahan lipid ini terdapat pada semua
jaringan dan kerusakan jaringan menyebabkan keluarnya bahan lipid kedalam cairan
disekitarnya. Jadi, kerusakan pada pembuluh darah juga menyebabkan kerusakan
pada jaringan yang kemudian melepaskan tromboplastin. Tromboplastin juga dapat
di bentuk oleh trombosit secara tidak langsung. Trombosit yang rusak mengeluarkan
sefalin, kemudian melalui serangkaian reaksi kimia dengan protein plasma
membentuk tromboplastin plasma. Baik tromboplastin plasma maupun
tromboplastin jaringan dapat bekerja pada proses penggumpalan darah.
Tahap II ialah pembentukan trombin dari protrombin dengan bantuan
tromboplastin dan ion Ca++. Tromboplastin yang terbentuk pada tahap I dilepaskan
ke dalam darah dan bekerja sebagai enzim dalam reaksi tahap II. Di samping itu
agar reaksi tahap II dapat berlangsung diperlukan pula ion Ca++ dan beberapa jenis
protein. Reaksi pembentukan trombin ini segera berlangsung begitu ada
tromboplastin, ion Ca++ dan beberapa protein yang diperlukan. Reaksi tahap II ialah
pembentukan fibrin. Apabila trombin telah terbentuk, dapat menyebabkan
perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Fibrinogen ialah salah satu protein dalam
plasma darah dengan konsentrasi kira-kira 0,3 %. Trombin bekerja sebagai enzim
untuk mengaktifkan molekul fibrinogen membentuk monomer fibrin. Molekulmolekul
monomer fibrin ini segera berpolimerisasi dengan sesama monomer dan
menghasilkan fibrin yang berbentuk benang. Dalam bentuk benang ini fibrin dapat
menangkap atau mengurung sel darah merah, sel darah putih dan sel trombosit
sehingga terbentuk gumpalan.
Setelah terbentuk gumpalan, benang-benang fibrin secara perlahan-lahan
mengkerut (mengecil) sehingga plasma darah terperas keluar dari gumpalan. Plasma
yang keluar dari gumpalan tidak lagi mengandung fibrinogen karena telah di ubah
menjadi fibrin.
Apabila ke dalam darah yang telah diambil dari tubuh ditambahkan garam
oksalat, maka ion Ca++ akan bereaksi membentuk endapan Ca oksalat. Tidak adanya
ion Ca++ maka, reaksi tahap II tidak akan terjadi, dengan demikian tidak terjadi
proses penggumpalan darah. Di samping garam oksalat, ada zat lain yang dapat
mencegah proses penggumpalan darah yaitu heparin. Heparin menghambat reaksi
pembentukan trombin dari protombin dengan cara membentuk kompleks dengan
globumin yang ikut dalam reaksi aktivasi protombin. Dalam sirkulasi darah terdapat
heparin dalam konsentrasi yang cukup untuk mencegah terbentuknya trombin.
Garam sitrat dapat digunakan juga untuk mencegah penggumpalan darah, sebab
dengan ion Ca++ akan membentuk Ca sitrat, sehingga tidak terdapat lagi ion Ca++
dalam darah.