17 tingkatan + 4 tambahan dalam tarekat

- Pelajaran yang pertama adalah tentang zikir ismudzat. Dalam zikir ini, seorang pengikut memohon ke hadirat Allah swt. agar hati dan dirinya senantiasa dekat dengan Allah, dibukakan jalan-Nya serta mendapat ridha dari-Nya, kemudian melakukan rabithah terhadap sang mursyid, lalu beristigfar minimal sebanyak 15 kali kemudian dilanjutkan dengan membaca surah al-Fatihah 1 kali dan surah al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan pahalanya diperuntukkan kepada sang mursyid dan seluruh silsilah dalam tarekatnya sambil membayangkan dirinya adalah seorang jenasah yang akan dihadapkan dengan alam kubur. Adapun dalam keadaan tersebut, kemudian melakukan zikir ismudzat yakni Allah, Allah, Allah sebanyak 5.000 kali secara berulang dan tanpa putus.
- Pelajaran yang kedua adalah masih tentang zikir ismudzat, namun diperuntukkan untuk seluruh anggota lataif. Bagi yang sedang dalam pesulukan membacanya sebanyak 7 x 11.000 kali selama 10 hari lamanya dalam sehari semalam. Untuk yang telah selesai pesulukan hanya sebanyak 11.000 kali dalam sehari semalam.
- Pelajaran yang ketiga adalah ditalkinkan tentang zikir nafiy itsbaat. Zikir ini adalah zikir yang dilakukan dengan menahan nafas, yang biasa juga disebut sebagai sultanuzzikri (raja dari segala zikir). Adapun zikir yang dimaksudkan ini adalah lafaz Laailahaillallah yang di lafazkan di dalam hati (latifatul qalby). Bagi seseorang yang sedang dalam pesulukan dikerjakan sebanyak 11.000 kali dalam sehari semalam selama 10 hari, sedangkan di luar pesulukan cukup melakukannya sebanyak 24 kali dalam sehari semalam.
- Pelajaran keempat adalah zikir wukuf, yakni memandang seolah jasadnya berada di padang arafah dan melihat rohnya sedang menghadap kepada Allah swt. Hal ini hanya dilakukan selama dalam masa pesulukan dengan jangka waktu selama 10 hari.
- Pelajaran kelima adalah muraqabah mutlak, yakni memandang bahwa Allah swt. melihat, mendengar dan mengetahui segalanya.
- Pelajaran keenam adalah muraqabah ahadiyatul fi’al, yakni memandang sekaligus meyakinkan diri bahwa semua ajaran yang nyata pada dirinya maupun orang lain, kesemuanya itu adalah pada hakikatnya datang dari Allah swt. Adapun pelaksanaannya sama dengan muraqabah mutlak. Kedua muraqabah tersebut tidak dirangkaikan dengan zikir tahlil lisan.
- Pelajaran ketujuh adalah muraqabah ma’iyah, yakni memandang dan meyakinkan diri bahwa Allah dan dirinya adalah zat yang wajibul wujud, yang mempunyai sifat kesempurnaan dan tidak mempunyai sifat-sifat kekurangan. Muraqabah ini dirangkaikan dengan tahlil lisan sebanyak 7×70.000 kali secara berulang-ulang.
- Pelajaran kedelapan adalah muraqabah akrabiyah, yakni memandang dan meyakinkan diri bahwa Allah swt. itu sangat dekat dengan dirinya, bahkan lebih dekat dengan roh dan jiwanya. Pelaksanaannya dirangkaikan dengan tahlil lisan sebanyak 7×70.000 kali secara berulang-ulang.
- Pelajaran kesembilan adalah muraqabah ahadiyatidzat, yakni memandang sekaligus meyakinkan diri bahwa zat Allah swt. itu Maha Esa, tidak ada sesuatupun yang bersekutu dan dapat menyerupai-Nya. Pelaksanaannya dirangkaikan dengan tahlil lisan sebanyak 7×70.000 kali secara berulang-ulang.
- Pelajaran kesepuluh adalah muraqabah dzatussharfi wal bahti, yakni memandang kepada zat yang maha suci bahwa dari-Nyalah datang kesempurnaan tentang kenabian dan kerasulan (penciptaan Nur Muhammad sebagai yang paling awal dari segala ciptaan). Pelaksanaannya dirangkaikan dengan tahlil lisan sebanyak 7×70.000 kali secara berulang-ulang. Dari pelajaran ke lima sampai pada kesepuluh dikerjakan masing-masing minimal selama 20 menit.
- Pelajaran kesebelas adalah maqam musyahadah, yakni merasakan antara roh dan jiwa sedang berpandangan dengan Allah, dengan pandangan yang penuh dengan keyakinan adanya zat yang wajibul wujud dan tidak ada hijab yang mengantarainya. Pelaksanaannya dirangkaikan dengan tahlil lisan sebanyak 70.000 kali sambil melakukan musyahadah.
- Pelajaran keduabelas adalah maqam mukasyafah, yakni merasakan diri sampai ke maqam terbukanya rahasia Allah swt., dimana diri diyakinkan bahwa pada hakikatnya tidak ada yang hidup, tidak ada yang mendengar, tidak ada yang melihat, tidak ada yang berkuasa, tidak ada yang berkehendak, tidak ada yang mengetahui dan tidak ada yang berbicara selain Allah swt. Pelaksanaannya dirangkaikan dengan tahlil lisan sebanyak 7×70.000 kali secara berulang-ulang.
- Pelajaran ketiga belas adalah maqam muqabalah, yakni berhadap-hadapannya Allah dengan makhluk-Nya, dimana sang makhluk ingat kepada Tuhannya dan begitu pun sebaliknya. Ingatan hamba tersebut disadari bahwa berasal dari Allah yang memiliki zat yang Maha Esa. Pelaksanaannya dirangkaikan dengan tahlil lisan sebanyak 7×70.000 kali secara berulang-ulang.
- Pelajaran keempat belas adalah Maqam Mukafahah, yakni merasakan diri sampai pada maqam yang berkasih-kasihan. Dimana kasih Allah swt. kepada hamba-Nya begitu berlimpah dan begitupun sebaliknya, yang menimbulkan rasa cinta seorang hamba kepada Tuhannya.
- Pelajaran kelima belas adalah maqam fana’ billah, yakni sampainya diri seorang hamba kepada maqam fana’ terhadap Allah swt., dimana fana’ yang dirasakan tersebut adalah fana’ yang menyeluruh kepada Allah, baik terhadap perbuatan, nama, dan segala sifat dan zat-Nya.
- Pelajaran keenam belas adalah maqam baqa’ billah, yakni diri merasakan sampai pada maqam baqa’billah. Dimana timbulnya pandangan bahwa segala bentuk perbuatan, asma’, sifat dan zat yang ada tersebut adalah baqa’ semata-mata hanya bagi Allah swt.
- Pelajaran ketujuh belas adalah tahlilullisan tujuh khatam yang penulis tidak bisa dapatkan, sebab jikalau ingin mengetahuinya harus masuk dan bergabung di dalamnya, karena hal tersebut merupakan pengetahuan rahasia yang hanya boleh diberitahukan kepada seorang pengikutnya. Yang jelas, bahwa dalam tingkatan ini senantiasa dirangkaikan dengan zikir muraqabah dan zikir maqam.
Adapun ke 4 tambahan pelajaran yang berupa zikir-zikirnya, adalah sebagai berikut:
- Pertama adalah tahlilullisan, yang daerahnya ditarik dari latifatul qalbi ke latifaturruhi turun ke pusar tepatnya dua jari diatas pusar, kemudian naik ke latifatunnatiqah.
- Kedua adalah tahlilullisan yang daerahnya ditarik dari latifatulqalbi ke latifatunnatiqah, kemudian dari latifatunnatiqah ke latifatulqalbi kembali.
- Ketiga adalah zikir anfas, yang daerahnya dari pusar yang letaknya dua jari diatasnya kemudian dari situ ditarik nafas, lalu dilepaskan naik ke latifatunnatiqah sampai ke ubun-ubun yang merupakan pintu ruh dan jiwa.
- Keempat hampir sama dengan yang ketiga, hanya saja perbedaannya latifatunnatiqah diganti dengan latifatulqalbi.