Dampak Buruk Mengerjakan PR Anak

Penulis: Andrian Pratama

RENTANG usia emas atau golden age boleh jadi banyak yang berbeda. Ada yang bilang 0-6 tahun, ada pula 0-8 tahun. Tapi yang pasti, pada kurun usia itu merupakan masa yang sangat baik bagi anak untuk belajar.

Di usia emas, anak sedang dalam keadaan aktif dan giat untuk belajar. Mereka mudah mengingat dan meniru segala kegiatan yang ada di sekitarnya.

Dewasa ini, banyak orang tua memanfaatkan masa golden age dengan menyekolahkan sang anak ke lembaga pendidikan terkemuka, dengan harapan mendapat hasil maksimal. Bahkan, mereka rela mengeluarkan biaya besar. 

Namun, terlepas di mana pun anak bersekolah, yang pasti naluri bermainnya tak akan bisa hilang. Kalau sudah begini, urusan sekolah bisa terabaikan, termasuk pekerjaan rumah (PR). Terkadang, banyak orang tua yang mengambil alih tugas demi “kebaikan” anaknya di sekolah.

Di mata psikolog, model orang tua seperti ini merupakan penyimpangan dari yang seharusnya. Sebaiknya jangan dilakukan.

“Orang tua wajib memberikan pendampingan saat anak belajar. Bukan ikut mengerjakan,” ujar psikolog anak Endang Widyorini, Ph.D kepada Plasadana.com yang mewawancarainya untuk Yahoo Indonesia.

Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, ini mengatakan bahwa tindakan orang tua mengerjakan tugas anak tidaklah tepat. Jika hal seperti itu dilakukan terus, akan berdampak buruk terhadap anak.

Menurut dia, anak akan berperilaku negatif di masa depan. Anak menjadi manja, bergantung dengan orang lain, dan tidak bisa mandiri. Parahnya lagi, anak bisa tidak pernah mau berusaha keras dalam menggapai impian. 

“Anak jadi malas, tidak mau berusaha keras,” papar perempuan lulusan Radboud University Nijmegen, Belanda ini.

Psikolog kelahiran 1982 itu menyarankan agar orang tua tidak mencampuri urusan pelajaran anak. Kata dia, pemberian kesempatan anak untuk belajar penting. Apabila sang anak mengalami kesulitan, orang tua bisa membantunya dalam menuntaskan tugas, tapi bukan mengambil alih.

“Orang tua harus memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengerjakan sendiri. Kalau tidak tahu cara mengerjakan, baru (anak) diajari,” pungkasnya.

Jadi, apakah Anda masih berniat baik dengan mengerjakan tugas sekolah sang anak? Sebaiknya pikirkan kembali demi masa depan buah hati Anda.